Jumat, 20 Oktober 2017

Adab Dalam Menjamu Serta Melayani Tamu


Adab Dalam Menjamu Serta Melayani Tamu

Menjamu tamu yang datang bersilaturrahim atau kunjungan dengan suatu hajat, merupakan suatu kewajiban dan kemulian untuk melayani dan menjamu tamu, dan hal tersebut merupakan tanda keimanan dari Allah 'azza wajalla
Rasululullah sholallohu 'alaihi wa sallam bersabda:

ูˆَู…َู†ْ ูƒَุงู†َ ูŠُุคْู…ِู†ُ ุจِุงู„ู„َّู‡ِ ูˆَุงู„ْูŠَูˆْู…ِ ุงู„ْุขุฎِุฑِ ูَู„ْูŠُูƒْุฑِู…ْ ุถَูŠْูَู‡ُ

"Barangsiapa beriman kepada Alloh dan hari akhir, maka hendaknya ia memuliakan tamunya."

๐Ÿ“™(HR. bukhary no. 6018 Muslim no. 47 dari sahabat Abu Hurairah radhiallahu anhu)....

Terkadang ummat islam menyepelekan perkara ini, serta tidak memperhatikannya, padahal Allah jelas-jelas memerintahkan untuk memuliakan tamu.,,,

■ Imam Al-Auza'i pernah ditanya

ุณُุฆู„ ุงู„ุฃَูˆุฒَุงุนِูŠ : ู…َุง ุฅِูƒْุฑَุงู…ُ ุงู„ุถَّูŠูِ؟ ู‚َุงู„َ: *ุทَู„ุงَู‚َุฉ ุงู„ูˆุฌู‡ ، ูˆَุทِูŠุจُ ุงู„ูƒَู„ุงَู…ِ.

"Al-Auza'i ditanya: apakah itu memuliakan tamu itu... ???... Beliau menjawab: "Wajah yang berseri dan baiknya perbincangan/baiknya berkomunikasi "

Namun kadangkala kita menemukan tuan rumah jika tatkala kita bertamu/berkunjung, tidak melakukan sebagaimana apa yang diutarakan oleh imam Al-Auza'i rahimahullah. 

Sementara menyambut tamu dengan wajah yang senang dan berkomunikasi dengan baik adalah anjuran dalam ajaran agama islam, terlebih lagi seorang penununtut ilmu maka seharusnya lebih faham dan lebih peka terhadap keutamaan dan anjuran dalam memuliakan tamu, dan sebagai pengingat, bahwa Rasululullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :

ู„ุงَ ุฎَูŠْุฑَ ูِูŠْู…َู†ْ ู„َุง ูŠُุถِูŠْูُ

“Tidak ada kebaikan bagi orang yang tidak menjamu tamu”.

๐Ÿ“™(HR Ahmad, ash-Shahihah no. 2434)๐Ÿ“™

Peringatan hadits di atas sangat keras, yakni siapa yang tidak menjamu tamu maka tidak ADA kebaikan bagi orang tersebut, 
Dan Salah satu contoh yang disebutkan oleh seorang ulama jika
Ada ada tamu yang datang berkunjung(bersilaturrahim)....

■ Yakni Sufyan Ats-Tsauri Rahimahullah berkata:

*ุฅِุฐَุง ุฒَุงุฑَูƒَ ุฃَุฎُูˆูƒَ ูَู„ุงَ ุชَู‚ُู„ ู„َู‡ُ ุฃَุชَุฃูƒُู„ُ؟ ุฃَูˆ ุฃุฃُู‚َุฏِّู…ُ ุฅู„ูŠْูƒَ ؟ ูˆَู„َูƒِู† ู‚َุฏِّู… ูَุฅู†ْ ุฃَูƒู„َ ูˆَุฅِู„ุงٍَ ูَุงุฑْูَุนْ.

"Apabila saudaramu datang berkunjung, maka janganlah engkau mengatakan padanya Mau makan?, Maukah aku siapkan?, akan tetapi hendaknya kamu langsung menyuguhi/menyiapkan kalau ia makan, kalaupun tidak maka diangkat makanannya.

Begitu mulia dan beradabnya seorang alim, mereka sangat faham bagaimana cara tutur kata(berkomunikasi) jika  berhadapan dengan tamu. 

Adakah kita memiliki cara dan akhlak seperti demikian...? 

Oleh sebab itu memuliakan tamu merupakan tanda keimanan dalam diri seorang hamba. Semakin dalam ilmu agama yang ia miliki maka semakin tinggi jiwa keimanannya, dan semakin indah tutur kata dan akhlaknya tatkala menjamu tamunya. 

Sehingga Imam Anas bin Malik rahimahullah pernah berkata:

ุฅِู†َّ ุฒَูƒَุงุฉَ ุงู„ุฑَّุฌُู„ِ ูِูŠ ุฏَุงุฑِู‡ ุฃَู† ูŠَุฌْุนَู„َ ูِูŠู‡َุง ุจَูŠุชًุง ู„ู„ุถِّูŠَุงูَุฉِ

"Sesungguhnya zakatnya seseorang di rumahnya adalah ia menjadikan rumah yang diperuntukkan untuk menjamu tamu."

Jika melihat ungkapan diatas maka seolah-olah rumah yang kita tinggali diperuntukkan khusus untuk tamu, ini menandakan bahwa melayani serta menjamu tamu yang datang kerumah kita merupakan suatu kekhususan, dan merupakan kewajiban yang harus dilakukan bagi tuan rumah karena itu merupakan tanda keimanan seorang hamba. 

sebarkanlah semoga bermanfaat


๐Ÿ“Ustadz Abu Qotadah Al-barowy hafizhahullah๐Ÿ“ 

0 komentar:

Posting Komentar