Manfaat Mengingat Mati

“Perbanyaklah mengingat pemutus segala kelezatan (dunia), yakni kematian.” (HR. Ibnu Hibban dan Al-Baihaqi. Dan di-Hasan-kan oleh syeikh Al-Albani).

Keuatamaan Berinfaq Sadaqah

Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji.

Hati yang Bersih

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Lisan Cermin Seseorang

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Tathayyur

Jika mempercayai kupu2 yang masuk rumah itu akan ada tamu yang datang, atau ketika cicak berbunyi saat selesai berbicara artinya perkataannya benar, atau kepercayaan2 lain yang menyerupai hal di atas apakah digolongkan syirik ?.

Senin, 09 Desember 2019

Siapakah Rabbmu ?

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين أمَّا بعد

Ikwah sekalian di grup whatsapp Belajar Islam, yang semoga dimuliakan oleh Allah subhanahu wa ta'ala, pada pertemuan ini akan saya sampaikan bagian pertama dari tiga landasan utama yang menjadi bahasan inti dari kitab kecil ini, yakni tentang Siapakah Rabbmu ? Ikhwah sekalian sebelumnya penulis mengatakan,

فَإِذَا قِيلَ لَك : مَا الأُصُولُ الثَّلاثَةُ التِي يَجِبُ عَلَى الإِنْسَانِ مَعْرِفَتُهَا؟ فَقُلْ: مَعْرِفَةُ الْعَبْدِ رَبَّهُ، وَدِينَهُ وَنَبِيَّهُ مُحَمَّدًا صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وسلم

Jika ditanyakan kepadamu apakah tiga landasan yang wajib diketahui oleh seluruh manusia? Maka jawablah, "Mengenal Rabbnya, agamanya dan Nabinya Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam".

Saudara sekalian, kitab ini ditulis untuk menjelaskan tiga landasan utama yang menjadi pertanyaan di alam kubur nanti, barang siapa yang benar-benar memahami tiga landasan utama yang dijelaskan dalam kitab ini dan tentunya mengamalkannya maka dia berhak untuk mendapatkan kemudahan dalam menjawab pertanyaan di alam kubur.

Syaikh Shalih Alu Syaikh ketika menjelaskan masalah di atas, beliau mengatakan bahwa, "Taklid tidak sah dalam jawaban tiga pertanyaan di atas". Maksudnya tidak boleh seorang muslim taklid dalam tiga pertanyaan di atas, jadi dia harus betul-betul berilmu tentang tiga pertanyaan di atas. (Syarah Tsalatsatul Ushul karya Syaikh Shalih bin Abdul Aziz Alu Syaikh, hal. 50)

Penulis selanjutnya berkata,

فَإِذَا قِيلَ لَكَ : مَنْ رَبُّكَ؟ فَقُلْ: رَبِّيَ اللهُ الَّذِي رَبَّانِي وَرَبَّى جَمِيعَ الْعَالَمِينَ بِنِعَمِهِ وَهُوَ مَعْبُودِي لَيْسَ لِي مَعْبُودٌ سِوَاهُ، وَالدَّلِيلُ قَوْلُهُ تَعَالَى: {الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ} [الفاتحة: 2] وكل ما سِوَى اللهِ عَالَمٌ وَأَنَا وَاحِدٌ مِنْ ذَلِكَ الْعَالَمِ.

Yang artinya: Jika anda ditanya siapakah Rabbmu ? Maka katakanlah Rabbku adalah yang telah mengurusku dan mengurus seluruh alam dengan segala nikmat-Nya, Dialah sesembahanku yang tidak ada sesembahan kecuali Dia, dalilnya adalah firman Allah subhanahu wa ta'ala yang artinya: "Segala puji hanya milik Allah Rabb sekalian alam, segala sesuatu selain Allah adalah alam dan aku adalah salah satu dari alam tersebut".

Ikhwah sekalian, ada beberapa kalimat yang akan saya jelaskan dari perkataan penulis di atas:

Pertama, kalimat:
"Rabbku adalah yang telah mengurusku dan mengurus seluruh alam dengan segala nikmat-Nya"

Jadi kalimat Rabbku yaitu yang mengurusku, di antara makna Rububiyah atau mengaturnya Allah subhanahu wa ta'ala yang paling penting adalah bahwa Allah subhanahu wa ta'ala mengutus para Rasul dan menurunkan kitab-kitab-Nya kepada manusia, di dalamnya ada cahaya bagi kehidupan.

Jadi perhatian Allah, mengurus-Nya Allah kepada manusia yang paling penting bahwa Allah subhanahu wa ta'ala mengutus para rasul menurunkan kitab-kitab-Nya sebagai cahaya bagi kehidupan manusia, Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

قُلۡ بِفَضۡلِ ٱللهِ وَبِرَحۡمَتِهِۦ فَبِذَٰلِكَ فَلۡيَفۡرَحُواْ هُوَ خَيۡرٞ مِّمَّا يَجۡمَعُونَ 

“Katakanlah: "Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”. (Yunus [10]: 58).

Selanjutnya ikhwah sekalian, Rabb itu sendiri mengandung seluruh makna Rububiyyah, yakni menciptakan, mengatur dan memiliki. Jadi Allah adalah Rabb kami, yang menciptakan kami, yang mengatur kami dan memiliki kami, yang mengurus kami semua, tapi nilai rububiyah yang paling penting bahwa Allah subhanahu wa ta'ala mengutus para Rasul kepada kita dan menurunkan Kitab-kitab-Nya.

Kedua, kalimat:
“Dialah sesembahanku yang tidak ada sesembahan kecuali Dia”.

Inilah Allah, Allah adalah Rabb kita, yang telah menciptakan kita, yang telah mengurus kita, kemudian Allah subhanahu wa ta'ala adalah sesembahan kita yang tidak ada sesembahan kecuali Dia.

Ikhwah sekalian, selanjutnya penulis rahimahullah mengenalkan kita tentang Allah bahwa, Dialah sesembahan kita semua, tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Allah subhanahu wa ta'ala.

Ini sebenarnya perkara paling penting dalam mengenal Allah subhanahu wa ta'ala, bahwa Allah adalah sesembahan kita yang tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah, bahkan ikhwah sekalian, inilah inti daripada Tauhid dan makna pokok dari kalimat Laa Ilaha Illallah, karena itulah sebagian ulama ketika mendefinisikan Tauhid berkata: “Tauhid adalah mengesakan Allah dalam ibadah”. 

Ketiga, kalimat:
"Dalilnya adalah firman Allah subhanahu wa ta'ala: “Segala puji hanya milik Allah Rabb sekalian alam”.

Maksudnya bahwa, dalil tentang Allah subhanahu wa ta'ala sebagai Rabb adalah firman Allah subhanahu wa ta'ala dalam surat al-Fatihah:

ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ 

“Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.” (Al-Fatihah [1]: 2).

Jadi ikhwah sekalian, dari penjelasan (uraian) di atas ada beberapa kesimpulan penting:
1) Kita mengenal Allah bahwa, Allah adalah Rabb yang menciptakan kita, Allah adalah Rabb yang mengatur dan memiliki alam semesta, kemudian kita mengenal Allah bahwa Allah subhanahu wa ta'ala sesembahan kita, tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Allah rabbul 'alamin.
2) Diantara makna Rububiyyah yang sangat agung adalah bahwa Allah lah yang membimbing kita, yakni dengan diutusnya para Rasul dan diturunkannya kitab-kitab.
3) Inti daripada Tauhid adalah mengesakan Allah subhanahu wa ta'ala dalam ibadah (Tauhid Uluhiyah).

Ikhwah sekalian demikianlah materi yang bisa saya sampaikan, mudah-mudahan bisa dipahami dengan baik.

Akhukum fillah,
Abu Sumayyah Beni Sarbeni

Makna Al Hanifiyyah #3

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين أمَّا بعد

Ikhwah sekalian di grup whatsApp Belajar Islam, yang semoga dimuliakan oleh Allah subhanahu wa ta'ala, pada pertemuan ini akan saya sampaikan perkataan penulis tentang al-Hanifiyyah bagian ke-3

Penulis rahimahullah berkata:

وأعظم ما أمر الله به: التوحيد، وهو إفراد الله بالعبادة وأعظم ما نهى عنه: الشرك وهو دعوة غيره معه

"Perintah Allah subhanahu wa ta'ala paling agung adalah Tauhid, yakni mengesakan Allah subhanahu wa ta'ala dalam ibadah, dan larangan Allah paling besar adalah syirik, yakni beribadah kepada selain Allah bersama-Nya”.

Penjelasan:

Selanjutnya penulis menegaskan kembali tentang pentingnya Tauhid, ia merupakan perintah dan hak Allah subhanahu wa ta'ala paling agung sebagaimana dijelaskan dalam hadits Muadz bin Jabal radhiyallahu ta'ala anhu.

Yakni hadits ketika Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya kepada Muadz, يا معاذ, أ تدرى ما حق الله على عباد ؟ , Wahai Muadz apakah hak Allah yang menjadi kewajiban atas hamba-Nya, kemudian dijelaskan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwa حق الله على عباد أن يعبدوه ولا يشركو به شيأ hak Allah atas hamba-Nya bahwasannya mereka beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya.

Kemudian penulis pun menegaskan tentang makna Tauhid, yakni إفراد الله بالعبادة beribadah hanya kepada Allah, inilah inti Tauhid, tidak sebagaimana dikatakan oleh ahli kalam bahwa inti Tauhid adalah meyakini bahwa hanya Allah maha pencipta.

Jadi inti Tauhid adalah beribadah hanya kepada Allah saja, bukan keyakinan Allah sebagai pencipta karena jika Tauhid hanya keyakinan sesungguhnya hanya Allah yang Maha Menciptakan, maka keyakinan ini pun diyakini oleh orang-orang kuffar Quraisy sebagaimana yang dijelaskan oleh Allah di dalam Al-Quran,

وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللهُ

"Seandainya engkau (Muhammad) bertanya kepada mereka siapa yang telah menciptakan langit dan bumi, niscaya mereka semua akan menjawab: Allah". (QS. Az-Zumar:38)

Jadi sekali lagi inti Tauhid adalah beribadah hanya kepada Allah subhanahu wa ta'ala.jadi kesimpulan pentingnya Ikhwah sekalian :

1) Kita diperintahkan untuk mengikuti agama Nabi Ibrahim ‘alaihis salam secara khusus.
2) Sebutan untuk agama Nabi Ibrahim 'alaihis salam adalah al-Hanifiyyah.
3) Inti ajaran Al-Hanifiyyah adalah Tauhid, dan ini pula inti risalah seluruh para Nabi.
4) Nabi Ibrahim 'alaihis salam adalah abul Anbiya (bapaknya para Nabi)
5) Tauhid itu menetapkan ibadah hanya kepada Allah dan berlepas diri dari segala peribadatan kepada selain Allah. Ialah dua rukun Tauhid, yakni itsbat (menetapkan ibadah hanya kepada Allah) dan Nafyi (menafikan/meniadakan peribadahan ibadah kepada selain Allah).
6) Orang yang sebatas mengakui kekuasaan Allah, akan tetapi tidak menetapkan ibadah hanya kepada Allah saja, maka orang itu tidak dinamakan bertauhid.
7) Kalimat Tauhid adalah Laa Ilaha Illallah.

Ikhwah sekalian demikianlah materi yang bisa saya sampaikan, mudah-mudahan apa yang saya sampaikan dapat dipahami dengan baik.

Akhukum fillah,
Abu Sumayyah Beni Sarbeni

Makna Al-Hanifiyyah #2

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين أمَّا بعد

Ikwah sekalian di grup whatsapp Belajar Islam, yang semoga dimuliakan oleh Allah subhanahu wa ta'ala, pada pertemuan ini akan saya sampaikan perkataan penulis tentang Al-Hanifiyyah bagian ke-2, penulis rahimahullah berkata :

وبذلك أمر الله جميع الناس، وخلقهم لها، كما قال تعالى: {وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالأِنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُونِ}. ومعنى يعبدون: يوحدون

"Dan dengan itulah Allah memerintah seluruh manusia, Allah menciptakan mereka untuk itu, sebagaimana yang Allah subhanahu wa ta'ala firmankan :"Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka beribadah kepada-Ku". Dan arti (يعبدون) beribadah kepada-Ku maksudnya adalah mentauhidkan-Ku"

Penjelasan:
Ikhwah sekalian, maksud dari perkataan penulis di atas bahwa inti dari perintah Allah subhanahu wa ta'ala adalah beribadah hanya kepada-Nya dan menafikan segala ibadah kepada selain-Nya, inilah hak Allah subhanahu wa ta'ala yang paling agung.

Sebagaimana yang diceritakan Sahabat yang mulia Muadz bin Jabal radhiyallahu anhu, suatu hari aku dibonceng oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam di atas seekor keledai yang namanya Ufair, beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya kepadaku: “Ya Muadz, apakah kau tahu hak Allah yang wajib ditunaikan oleh hamba-Nya ? dan apakah hak hamba yang pasti dipenuhi oleh Allah subhanahu wa ta'ala ?” jawabku: “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu”.

Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Hak Allah yang wajib dipenuhi oleh hamba-Nya adalah bahwa mereka beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, adapun hak hamba yang pasti Allah penuhi adalah bahwa Allah tidak akan menyiksa orang yang tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun”.

Lalu aku bertanya kepadanya, “Wahai Rasulullah, bolehkah aku kabarkan hal ini kepada manusia?” jawab beliau: “Jangan, khawatir mereka hanya bersandar kepadanya saja”. (Shahih, diriwayatkan oleh al-Bukhari (30) dan Muslim (7373))

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah beliau berkata:
“Yakni jangan kau kabarkan kepada mereka karena khawatir mereka hanya bersandar kepada yang wajib, lalu mereka tidak melakukan yang sunnah dengan semestinya. Kemudian Muadz radhiyallahu anhu mengabarkannya setelah wafat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam karena khawatir termasuk menyembunyikan ilmu”. (Syarah Riyadhus Shalihih karya Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, 3/ 325)

Ath-Thibi rahimahullah berkata:
“Muadz mengabarkannya padahal itu dilarang oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, karena beliau tahu bahwa larangan tersebut berubah dengan berubahnya waktu dan keadaan, pada waktu itu kaum muslimin baru masuk Islam dan tidak terbiasa dengan beragam aturan yang ada di dalamnya, kemudian setelah mereka istiqamah di atas agama, maka Muadz pun akhirnya mengabarkan hal itu, yakni setelah adanya perintah menyampaikan ilmu dan larangan menyembunyikannya”. (Mir’atul Mafatih syarah Misykatul Mashabih karya Abul Hasan al-Mubarakfuri, 1/ 90)

Selanjutnya menjelaskan tujuan diciptakannya manusia, yakni beribadah hanya kepada Allah juga berlepas diri dari segala kesyirikan adalah kata lain dari Tauhid itu sendiri. Ikhwah sekalian inilah materi yang bisa saya sampaikan, mudah-mudahan dapat dipahami dengan baik

Akhukum Fillah,
Beni Sarbeni Abu Sumayyah

Makna Al Hanifiyyah #1

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين أمَّا بعد

Ikwah sekalian di grup whatsapp Belajar Islam, yang semoga dimuliakan oleh Allah subhanahu wa ta'ala, pada pertemuan ini akan saya jelaskan perkataan penulis tentang Al-Hanifiyyah, Ini adalah penjelasan bagian pertama, penulis rahimahullah berkata :

اعلم أرشدك الله لطاعته، أن الحنيفية ملة إبراهيم : أن تعبد الله وحده مخلصا له الدين

"Ketahuilah, semoga Allah memberikan kepadamu hidayah agar selalu taat kepada-Nya, bahwa Al-Hanifiyyah yakni Agama Ibrahim itu adalah anda beribadah hanya kepada Allah seraya mengikhlaskan ketaatan untuk-Nya"

Ikhwah sekalian, pada kalimat di atas, penulis menjelaskan tentang Al-Hanifiyyah yakni misi (risalah) yang dibawa oleh Nabi Ibrahim 'alaihi wa sallam sebagai Abul Anbiya atau bapaknya para Nabi, demikian pula ialah risalah yang dibawa oleh Baginda Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam yang tentunya umatnya pun diperintah untuk mengikuti risalah atau agama tersebut.

Allah subhanahu wa ta'ala dalam surat An Nahl ayat 123, Allah berfirman:

ثُمَّ أَوۡحَيۡنَآ إِلَيۡكَ أَنِ ٱتَّبِعۡ مِلَّةَ إِبۡرَٰهِيمَ حَنِيفٗاۖ وَمَا كَانَ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ  ١٢٣

“Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): "Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif" dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan”. (An-Nahl [16]: 123).

Jadi Al-Hanifiyyah itu diambil dari kata "Ibrahim seorang yang hanif" pertanyaan selanjutnya : Lalu apa inti dari agama Nabi Ibrahim 'alaihis salam ? Jawabannya adalah ayat berikut, yakni Surat Az-zukhruf : 26-27 Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:


وَإِذۡ قَالَ إِبۡرَٰهِيمُ لِأَبِيهِ وَقَوۡمِهِۦٓ إِنَّنِي بَرَآءٞ مِّمَّا تَعۡبُدُونَ  ٢٦ إِلَّا ٱلَّذِي فَطَرَنِي فَإِنَّهُۥ سَيَهۡدِينِ  ٢٧

“Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: "Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu sembah. tetapi (aku menyembah) Tuhan Yang menjadikanku; karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku”. (az-Zukhruf [43]: 26-27)

Ikhwah sekalian, agama yang dibawa atau didakwahkan oleh Nabi Ibrahim kepada bapak dan kaumnya adalah :
Pertama, (إِنَّنِي بَرَآءٞ مِّمَّا تَعۡبُدُونَ) "Aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kalian sembah", yakni sikap berlepas diri dari segala yang diibadahi selain Allah subhanahu wa ta'ala. Karena itu kalimat selanjutnya (إِلَّا ٱلَّذِي فَطَرَنِي فَإِنَّهُۥ سَيَهۡدِين) "Tetapi aku menyembah Tuhan yang telah menjadikanku, Tuhan yang telah menciptakanku yakni Allah Rabbul 'alamin".

Jadi dalam kalimat pertama Nabi Ibrahim 'alaihis salam berlepas diri dari segala yang disembah oleh bapak dan kaumnya dan dalam kalimat yang kedua Nabi Ibrahim 'alaihis salam menetapkan ibadah hanya untuk Allah subhanahu wa ta'ala. Karena itulah kalimat di atas semakna dengan firman Allah subhanahu wa ta'ala dalam surat An Nahl ayat 36 :

 وَلَقَدۡ بَعَثۡنَا فِي كُلِّ أُمَّةٖ رَّسُولًا أَنِ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ وَٱجۡتَنِبُواْ ٱلطَّٰغُوتَۖ

“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”. (An-Nahl [16]: 36)

Inilah yang didakwakan oleh para Nabi, jadi ayat di atas menunjukkan dakwahnya para Rasul yakni ibadah hanya kepada Allah dan berlepas diri dari Thagut yakni segala sesuatu yang disembah selain Allah.

Walhasil, kesimpulannya Ikhwah sekalian, Al-Hanifiyyah itu adalah Agama Tauhid yang diringkas dalam kalimatnya yang agung yakni (لا إله إلا الله Laa ilaaha illallah, tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah, kalimat (لا إله) Laa Ilaaha tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar, inilah sikap berlepas diri dari segala sesuatu yang diibadahi selain Allah, adapun (إلا الله) Illallah adalah sikap menetapkan bahwa yang berhak diibadahi hanyalah Allah subhanahu wa ta'ala.

Jadi itulah Al-Hanifiyyah, misi yang dibawa atau risalah yang dibawa oleh Nabi Ibrahim 'alaihis salam demikian pula yang dibawa oleh Baginda Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam bahkan oleh seluruh para Rasul

Ikhwah sekalian, demikianlah materi yang bisa saya sampaikan, mudah-mudahan dapat dipahami dengan baik dan tentunya bermanfaat.

Akhukum Fillah,
Beni Sarbeni Abu Sumayyah

Minggu, 10 November 2019

Bersuci pada Bejana yang Terbuat dari Kulit Bangkai


بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين أمَّا بعد

Ikhwan sekalian di grup whatsApp Belajar Islam yang dimuliakan oleh Allah subhanahu wa ta'ala kita lanjutkan kajian kitab Al-Fiqhul Muyassar, kali ini kita masih membahas Thaharah (bersuci), yakni tentang bersuci pada bejana yang terbuat dari kulit bangkai.

Penulis berkata: Masalah keempat, Bersuci pada bejana yang terbuat dari kulit bangkai:
Kulit bangkai jika disamak, maka ia menjadi suci dan boleh digunakan, hal itu berdasarkan sabda baginda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam

 أيما إهاب دبغ فقد طهر

“Kulit apa saja jika disamak, maka ia menjadi suci”. (Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (1650), Muslim (366) dengan lafazh (إذا دبغ الإهاب فقد طهر) dari hadits Abdullah bin Abbas)

Tentunya yang dimaksud dengan kulit di sini adalah kulit bangkai hewan yang jika dia bukan dalam bentuk bangkai yaitu disembelih secara syariat halal dimakan seperti kulit bangkai kambing, kulit bangkai sapi misalnya, demikian pula karena Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah melewati bangkai kambing,

Beliau berkata: “Kenapa mereka tidak mengambil kulitnya, lalu mereka samak dan mengambil manfaat darinya?” jawaban para shahabat: “Itu adalah bangkai”, kemudian kata Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam : “Yang diharamkan hanya memakannya”

Tentunya yang dimaksud dengan bangkai disini adalah bangkai hewan yang halal jika disembelih sesuai dengan syariat, adapun bulunya maka suci, maksudnya bulu bangkai hewan yang halal dimakan, sementara dagingnya najis dan haram dimakan, hal itu berdasarkan firman Allah subhanahu wa ta'ala:

إِلَّآ أَن يَكُونَ مَيۡتَةً أَوۡ دَمٗا مَّسۡفُوحًا أَوۡ لَحۡمَ خِنزِيرٖ فَإِنَّهُۥ رِجۡسٌ

“Kecuali kalau makanan itu adalah bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi, karena sesungguhnya semuanya itu kotor”. (Al-An’am [6]: 145)

Menyamak itu artinya membersihkan kotoran yang menempel pada kulit, yakni dengan material yang ditambahkan pada air seperti garam dan yang lainnya, atau dengan tumbuhan yang dikenal dengan al-Qaradh, Ur’ur atau yang lainnya.

Kemudian penulis mengatakan: Sementara hewan yang tidak halal walau dengan disembelih maka sama sekali tidak bisa disucikan (kulitnya), karena itulah kulit kucing dan yang serupa dengannya tidak bisa suci dengan disamak, walaupun ketika hidup ia suci.

Ringkasnya, setiap hewan yang mati (menjadi bangkai) yang pada asalnya halal dimakan -jika disembelih secara syariat- maka kulitnya bisa disamak, adapun hewan yang mati dan bukan termasuk yang halal dimakan dagingnya, maka kulitnya tidak bisa disamak.

Ikhwah sekalian demikianlah materi yang bisa saya sampaikan, mudah-mudahan dipahami dengan baik dan tentunya bermanfaat.

Akhukum fillah,
Abu Sumayyah Beni Sarbeni

Tidak boleh berloyal kepada orang yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya



بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين أمَّا بعد

Ikwah sekalian di grup whatsapp Belajar Islam, yang semoga dimuliakan oleh Allah subhanahu wa ta'ala, pada pertemuan ini kita masih membahas tiga perkara yang wajib dipelajari dan diamalkan, kali ini adalah bagian yang ketiga:

Penulis rahimahullah berkata:

الثالثة: أن من أطاع الرسول ووحد الله لا يجوز له موالاة من حاد الله ورسوله، ولو كان أقرب قريب. والدليل قوله تعالى: {لا تَجِدُ قَوْماً يُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ

“Ketiga: sungguh, orang yang taat kepada Rasul dan mentauhidkan Allah, tidak boleh bagi mereka berloyal kepada orang yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya, walaupun dia adalah sedekat-dekatnya kerabat, dalilnya adalah firman Allah subhanahu wa ta'ala (yang artinya): “Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka (QS Al-Mujadilah : 22).

Ikhwah sekalian, Inilah masalah ketiga yang wajib dipelajari dan wajib diamalkan bahwa, tidak boleh memberikan loyalitas kepada orang yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya, walaupun dia adalah kerabat yang sangat dekat.

Dalam pernyataan penulis di atas ada beberapa penjelasan penting:

Pertama, kalimat: “Sungguh, orang yang taat kepada Rasul dan mentauhidkan Allah, tidak boleh bagi mereka berloyal kepada orang yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya, walaupun dia adalah sedekat-dekatnya kerabat”.

Ikhwah sekalian, loyalitas secara umum terbagi menjadi dua, yakni Tawalli dan Muwalah:

Pertama, Tawalli.

Tawalli adalah loyalitas dalam bentuk mencintai kesyirikan dan pelaku kesyirikan, atau seseorang tidak mencintai kesyirikan akan tetapi dia membela pelaku kesyirikan melawan muslim dengan tujuan menangnya kesyirikan di atas Islam. Hukum Tawalli adalah kekufuran yang bisa menjadikan pelakunya keluar dari Islam. (Syarah Tsalatsatul Ushul oleh Syaikh Shalh Alu Syaikh, hal: 41)

Dalilnya adalah firman Allah subhanahu wa ta'ala:

۞يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تَتَّخِذُواْ ٱلۡيَهُودَ وَٱلنَّصَٰرَىٰٓ أَوۡلِيَآءَۘ بَعۡضُهُمۡ أَوۡلِيَآءُ بَعۡضٖۚ وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمۡ فَإِنَّهُۥ مِنۡهُمۡۗ إِنَّ ٱللهَ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلظَّٰلِمِينَ ٥١

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim”. (QS. Al-Maidah : 51)

Yang Kedua adalah muwalah.

Yakni mencintai seorang musyrik karena dunia mereka tanpa ada unsur membela mereka (Syarah Tsalatsatul Ushul oleh Syaikh Shalh Alu Syaikh, hal: 41 – cetakan Maktabah Darul Hijaz 1433 H), hukumnya haram dan merupakan kemaksiatan. Dalilnya adalah firman Allah subhanahu wa ta'ala:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تَتَّخِذُواْ عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمۡ أَوۡلِيَآءَ تُلۡقُونَ إِلَيۡهِم بِٱلۡمَوَدَّةِ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kalian sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang…..” (Al-Mumtahanah [60]: 1)

Misalnya : mencintai seorang pemain sepakbola yang kafir karena kemampuannya dalam bermain sepakbola, nah ini hukumnya haram dan merupakan kemaksiatan. Adapun mencintai seseorang karena kekerabatannya, maka itu tidak termasuk muwalah yang diharamkan.

Asy-syaikh Shalih alu Syaikh dalam kitabnya Ithafus Sa’il, beliau berkata:

“Hendaklah diketahui bahwa loyalitas kepada orang kafir itu ada tiga tingkatan: Pertama, berloyal dan mencintai kafir karena kekufurannya. Tentunya ini adalah kekufuran. Kedua, berloyal kepada kafir, mencintai dan memuliakannya karena urusan dunia (secara mutlak), ini tidak boleh dan diharamkan. Ketiga, loyalitas yang diberikan karena membalas kebaikan atau kekerabatan, maka cinta yang tumbuh dan perbuatan baik atau yang serupa dengannya untuk yang bukan kafir harbi adalah sebuah rukhshah (keringanan yang dibolehkan)”. (Ithafus Sa’il bima fit Thahawiyah min Masail, hal: 583 – al-Maktabah asy-Syamilah)

Ikhwah sekalian inilah materi yang bisa saya sampaikan, mudah-mudahan dipahami dengan baik dan bermanfaat.

Akhukum fillah,
Abu Sumayyah Beni Sarbeni

Jumat, 30 Agustus 2019

KEADANMU DALAM KUBURMU KELAK?

👤 Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata: . حال العبد في القبر كحال القلب في الصدر، نعيماً وعذاباً، وسجناً وانطلاقاً، فإذا أردت أن تعرف حالك في قبرك، فانظر إلى حال قلبك في صدرك. . Keadaan seorang hamba dalam kuburnya, itu seperti keadaan hatinya yang ada dalam dada. Apakah mendapatkan nikmat ataukah adzab, apakah terpenjara ataukah terbebas, maka jika engkau ingin mengetahui keadaanmu di dalam kuburmu, maka lihatlah kepada keadaan hatimu dalam dadamu!! . فإذا كان قلبك ممتلئاً بشاشة وسكينة وطهارة، فهذا حالك في قبرك بإذن الله . Maka jika hatimu dipenuhi oleh kebahagiaan, ketentraman dan kesucian, maka inilah keadaanmu di dalam kuburmu dengan izin Allah, demikian pula sebaliknya. . ولهذا تجد صاحب الطاعة وحسن الخلق والسماحة أكثر الناس طمأنينة . Oleh karena itu, engkau mendapati pemilik ketaatan, pemilik akhlak yang baik dan sifat pemaaf itu adalah orang yang paling tentram hidupnya. . فالإيمان يُذهب الهموم، ويزيل الغموم، وهو قرة عين الموحدين، وسلوة العابدين. . Maka iman itu akan menghilangkan kesedihan, melenyapkan kegalauan, dan iman adalah penyejuk hatinya orang-orang yang bertauhid dan penghiburnya ahli ibadah. . من أدام التسبيح انفرجت أساريره، ومن أدام الحمد تتابعت عليه الخيرات، ومن أدام الاستغفار فتحت له المغاليق . Barang siapa yang senantiasa bertasbih niscaya akan terbuka kebahagiaannya, Dan barang siapa yang senantiasa bertahmid niscaya kebaikan akan beriringan mendatanginya. Dan barang siapa yang senantiasa beristighfar niscaya akan terbuka untuknya berbagai kebuntuan. . ____________ . 📚 Ad-Daa'u wad-Dawaa' halaman 187-188 . 🌏 Web | shahihfiqih.com/keadaanmu-dalam-kuburmu-kelak/

Jumat, 23 Agustus 2019

SIAPAKAH ORANG YANG BENAR-BENAR TERHALANG DARI KEBAIKAN?



Dialah orang yg terhalang dari ketaatan kepada Allah.

Tahu kalau waktu shalat dhuha itu hingga 6 jam, *tapi tidak bisa shalat meski hanya 2 rekaat* , padahal hanya 5 menit untuk melakukannya.

Tahu kalau waktu shalat witir itu mulai ba'da isya' hingga subuh, bisa sampai 9 jam, *tapi tidak bisa shalat witir meski hanya satu rekaat,* padahal hanya 3 menit untuk melakukannya.

Tahu kalau waktu sehari semalam itu 24 jam, *tapi tidak bisa membaca Qur'an* , walaupun hanya 1 juz, padahal hanya membutuhkan waktu ½ jam.. bahkan meski hanya satu halaman, padahal hanya membutuhkan waktu 2 menit.

Tahu kalau lidah itu tidak bertulang dan tidak mudah lelah, *tapi dia tidak gunakan berzikir kepada Allah* .

Tapi, kalau untuk komen tentang orang lain, atau ustadz, atau bahkan tiang listrik, semangatnya luar biasa.. memang apa manfaatnya untuk dirinya?!

Begitulah.. kehidupan dunia ini akan terus berjalan, dan manusia akan terus LALAI, kecuali mereka yg Allah rahmati.

Ayolah, sadarkan diri.. ingatlah waktu ynag berlalu takkan pernah kembali lagi.. kita hanya punya kesempatan pada waktu yang tersisa saja dari umur kita.

Dunia ini akan kita tinggalkan.. yang terpenting adalah nasib kita di akhirat.. mari persiapkan sebaik-baiknya dengan amal, semoga Allah merahmati kita semua, Aamiin.


✍🏼  Ustadz Dr. Musyaffa’ Ad Dariny Lc, MA
Dewan Pembina RisalahIslam.or.id

Oleh: Mutiara Risalah Islam
>>>>>>>>🌺🌺<<<<<<<<

📚  Mau Dapat Tambahan Ilmu Setiap Hari dari Ust Dr. Musyaffa' ad Dariny Lc, M.A. ?

📝  Anda akan mendapatkan Nasehat, Artikel,Tanya Jawab Terbaik Setiap Hari di Group WA Mutiara Risalah Islam MRI

📱  Daftar Group WA: [Nama, Nomor WA, Jenis Kelamin]
kirim ke https://api.whatsapp.com/send?phone=6289628222285

Sabtu, 17 Agustus 2019

Keutamaan Dzikir sayyidul istighfar


Dzikir sayyidul istighfar disebutkan dalam hadis dari Syaddad bin Aus Radhiyallahu anhu, dimana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Sesungguhnya Sayidul Istighfâr (pemimpin istighfar) adalah seseorang hamba mengucapkan,

اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ ، لَا إِلٰـهَ إِلاَّ أَنْتَ خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمتِكَ عَلَيَّ ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ ، فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ

_(Ya Allâh, Engkau adalah Rabbku, tidak ada Ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain Engkau. Engkau yang menciptakan aku dan aku adalah hamba-Mu. Aku menetapi perjanjian untuk taat kepada-Mu dan janji balasan-Mu sesuai dengan kemampuanku. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan perbuatanku, aku mengakui nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku kepada-Mu, maka ampunilah aku. Sebab tidak ada yang dapat mengampuni dosa selain Engkau)._

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, menyebutkan keutamaan sayyidul istighfar,

مَنْ قَالَهَا مِنَ النَّهَارِ مُوْقِنًا بِهَا ، فَمَـاتَ مِنْ يوْمِهِ قَبْل أَنْ يُمْسِيَ ، فَهُو مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ ، وَمَنْ قَالَهَا مِنَ اللَّيْلِ وَهُوَ مُوْقِنٌ بِهَا فَمَاتَ قَبْلَ أَنْ يُصْبِحَ ، فَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ

_“Barangsiapa mengucapkannya di waktu siang dengan penuh keyakinan lalu meninggal pada hari itu sebelum waktu sore, maka ia termasuk penghuni surga. Barangsiapa membacanya di waktu malam dengan penuh keyakinan lalu meninggal sebelum masuk waktu pagi, maka ia termasuk penghuni surga._ (Muttafaq alaih).

Semoga Bermanfaat

✨💠✨ *Keutamaan Dzikir sayyidul istighfar*

DO'A MEMINTA ILMU YANG BERMANFAAT



Nabi ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ berdoa setiap pagi, dengan doa :

ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺇِﻧِّﻲ ﺃَﺳْﺄَﻟُﻚَ ﻋِﻠْﻤﺎً ﻧَﺎﻓِﻌﺎً، ﻭَﺭِﺯْﻗﺎً ﻃَﻴِّﺒﺎً، ﻭَﻋَﻤَﻼً ﻣُﺘَﻘَﺒَّﻼً

– Allahumma Inniy As-aluka ‘ilman naafi’an, wa rizqon thoyyiban, wa ‘amalan mutaqobbalan –

“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik dan amal yang diterima“. (HR. Ahmad, Ibnu Majah dan Ibnu as-Sunni)

Dan juga Nabi ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ berdoa, dengan doa :

ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺍﻧْﻔَﻌْﻨِﻲ ﺑِﻤَﺎ ﻋَﻠَّﻤْﺘَﻨِﻲ , ﻭَﻋَﻠِّﻤْﻨِﻲْ ﻣَﺎﻳَﻨْﻔَﻌُﻨِﻲْ , ﻭَ ﺯِﺩْﻧِﻲْ ﻋِﻠْﻤًﺎ

– Allahumman-fa’niy bimaa ‘allamtaniy wa 'allimiy maa yanfa’uniy, wa zidniy ‘ilman –

“Ya Allah, berilah manfaat kepadaku dengan apa-apa yang Engkau ajarkan kepadaku, dan ajarkanlah aku apa-apa yang bermanfaat bagiku, Dan tambahkanlah ilmu kepadaku.” (HR. at-Tirmidzi:3599, dan Ibnu Majah:251, 3833)

DO'A BERLINDUNG DARI ILMU YANG TIDAK BERMANFAAT

ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺇِﻧِّﻲْ ﺃَﻋُﻮْﺫُﺑِﻚَ ﻣِﻦْ ﻋِﻠْﻢٍ ﻟَﺎ ﻳَﻨْﻔَﻊُ , ﻭَﻣِﻦْ ﻗَﻠْﺐٍ ﻟَﺎ ﻳَﺨْﺸَﻊُ، ﻭَﻣِﻦْ ﻧَﻔْﺲٍ ﻟَﺎ ﺗَﺸْﺒَﻊُ، ﻭَ ﻣِﻦْ ﺩَﻋْﻮَﺓٍ ﻟَﺎ ﻳُﺴْﺘَﺠَﺎﺏُ ﻟَﻬَﺎ

– Allahumma inniy a’udzubika min ‘ilmin laa yanfa’, wa min qolbin laa yakhsya’, wa min nafsin laa tasyba’, wa min da’watin laa yustajaabu lahaa –

“Ya Allah, Aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak khusyu’, jiwa yang tidak pernah puas, dan doa yang tidak dikabulkan.” (HR. Muslim:2722, an-Nasa’i VIII/260). (171)
======================

✍️ *Ustadz Musaddad Bin Rusli Al-Kutawy* _Hafizhahullah_
(Pembina Kajian Ahlussunah Masjid Arrahmah Mamuju Tengah)

——————————————————
⤵⤵⤵ Yuk gabung di:
▪Telegram: https://goo.gl/cBcFBb
▪Instagram: https://goo.gl/tCXsKt
▪Facebook: Fauzan Al Kutawy
▪ YouTube: http://bit.ly/YoutubeDakwahSunnahSD
▪Daftar WhatsApp:
http://bit.ly/Bagi_Faidah_Ikhwah
http://bit.ly/Bagi_Faidah_Akhwat
________
*--- Sebarkan FAiDaH*
      *--- Niatkan IbadaH*
             *--- Raihlah JannaH*
___
📱 *Grup bAGI FAiDaH* 📚

Jumat, 16 Agustus 2019

JANGAN BANYAK BICARA, KECUALI PADA SEMBILAN PERKARA

📝 Fawaid Malam :


● قال الربيع بن خثيم - رحمه الله - :

*《 أقلوا الكلام ، إلا بتسع : تسبيح ، وتكبير ، وتهليل ، وتحميد ، وسؤالك الخير ، وتعوذك من الشر ، وأمرك بالمعروف ، ونهيك عن المنكر ، وقراءة القرآن 》.*

📓 |[ حلية الأولياء (2/109) ]|

*Robi' bin Khutsaim* rohimahulloh pernah berkata :

_"Sedikitkanlah berbicara, kecuali pada sembilan perkara :_

_1. Mengucapkan Tasbih (Subhanalloh)_

_2. Mengucapkan Takbir (Allohu Akbar)_

_3. Mengucapkan Tahlil (Laa ilaaha illalloh)_

_4. Mengucapkan Tahmid (Alhamdulillah)_

_5. Memohon doa kebaikan._

_6. Memohon perlindungan dari kejelekan._

_7. Kamu menyuruh perbuatan yang ma'ruf (yang baik)_

_8. Kamu melarang dari perbuatan yg mungkar (yg jelek)_

_9. Membaca Al-Qur'an."_

[ *HILYAYUL AULIYA'* , 2/109]

*Catatan :*

1. Intinya, hendaknya kita berusaha untuk tidak banyak berkata, kecuali untik kebaikan.

Apakah itu bentuknya kata-kata dzikir (utk mengingat Alloh), berdoa, amar ma'ruf dan nahi mungkar, membaca Al-Qur'an, berdakwah dan sebagainya.

2. Syari'at agama ini membimbing kita utk *lebih banyak diam daripada banyak berkata-kata,* kecuali dalam perkara kebaikan.

Dalam hadits *Abu Hurairah* rodhiyallohu anhu,  Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت

_“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaklah dia berkata yg baik atau hendaklah dia diam.”_

(HR *Imam Al-Bukhari*, no. 6018; *Muslim*, no.47)

Banyak diam, dan tdk berkata kecuali yg benar, maka *balasannya adalah jannah (surga)*

Dalam hadits *Sahl bin Sa’ad* rodhiyallohu anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَنْ يَضْمَنَّ لِي مَابَيْنَ لِحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَ

_“Barang siapa bisa memberikan jaminan kepadaku (untuk menjaga) sesuatu yang ada di antara dua janggutnya dan dua kakinya, kuberikan kepadanya jaminan masuk surga.”_

(HR *Imam Al-Bukhori* no. 6474)

*Keterangan :*

- sesuatu yg ada diantara dua janggutnya, maksudnya adalah *lisannya.*

- sesuatu yg ada di antara kedua kakinya, maksudnya adalah *kemaluannya.*

3. Terhadap hadits Abu Huroiroh rodhiyallohu anhu tsb di atas, para ulama menjelaskan :

A. *Al-Imam Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqolani* rohimahulloh menjelaskan :

_“Ini adalah sebuah ucapan ringkas yang padat makna. Bahwa semua perkataan itu bisa berupa kebaikan, keburukan, atau salah satu di antara keduanya._

_Perkataan baik (boleh jadi) tergolong perkataan yang wajib atau sunnah untuk diucapkan. Karenanya, perkataan itu boleh diungkapkan sesuai dengan isinya. Segala perkataan yang berorientasi kepadanya (kepada hal wajib atau sunnah) termasuk dalam kategori perkataan baik._

_(Perkataan) yang tidak termasuk dalam kategori tersebut berarti tergolong perkataan jelek atau yang mengarah kepada kejelekan. Oleh karena itu, orang yang terseret masuk dalam lubangnya (perkataan jelek atau yang mengarah kepada kejelekan), hendaklah diam.”_

( *Fathul Bari,* 10/446)

B. *Al-Imam An-Nawawi* rahimahullah menyebutkan dalam *Syarah Al-Arbain*, bahwa *Imam As-Syafi’i* rohimahulloh mengatakan :

_“Jika seseorang hendak berbicara, maka hendaklah dia berpikir terlebih dahulu. Jika dia merasa bahwa ucapan tersebut tidak merugikannya, silakan diucapkan. Jika dia merasa ucapan tersebut ada mudharatnya atau ia ragu, maka ditahan (jangan bicara).”_

C. *Al-Imam Abu Hatim Muhammad bin Hibban Al-Busti* rohimahulloh dalam kitabnya *Roudhotul ‘Uqola wa Nuzhatul Fudhola'*, (hal. 45) mengatakan :

_“Orang yang berakal selayaknya lebih banyak diam daripada bicara, karena betapa banyak orang yang menyesal karena bicara, dan sedikit yang menyesal karena diam._

_Orang yang paling celaka dan paling besar mendapat bagian musibah adalah orang yang lisannya senantiasa berbicara, sedangkan pikirannya tidak mau jalan”._

Beliau berkata pula di (hal. 47) :

_“Orang yang berakal seharusnya lebih banyak mempergunakan kedua telinganya daripada mulutnya._

_Dia perlu menyadari bahwa dia diberi d

ua telinga, sedangkan diberi hanya satu mulut, *supaya dia lebih banyak mendengar daripada berbicara.*_

_Sering kali orang menyesal pada kemudian hari karena perkataan yang diucapkannya, sementara diamnya tidak akan pernah membawa penyesalan._

_Menarik diri dari perkataan yang belum diucapkan itu lebih mudah daripada menarik perkataan yang telah terlanjur diucapkan._

_Hal itu karena biasanya apabila seseorang tengah berbicara, maka perkataan-perkataannya akan menguasai dirinya. Sebaliknya, bila tidak sedang berbicara maka dia akan mampu mengontrol perkataan-perkataannya.”_

Beliau menambahkan di (hal. 49) :

_“Lisan seorang yang berakal berada di bawah kendali hatinya. Ketika dia hendak berbicara, dia akan bertanya terlebih dahulu kepada hatinya. Apabila perkataan tersebut bermanfaat bagi dirinya maka dia akan bebicara, tetapi apabila tidak bermanfaat maka dia akan diam._

_Sementara orang yang bodoh, hatinya berada di bawah kendali lisannya. Dia akan berbicara apa saja yang ingin diucapkan oleh lisannya._

_Seseorang yang tidak bisa menjaga lidahnya berarti tidak paham terhadap agamanya.”_

4. Ingatlah selalu wahai saudaraku Muslimin....

Setiap ucapan yg kita sampaikan, *pasti didengar, diketahui dan dicatat oleh Alloh, dan kelak akan dimintai tanggung jawabnya oleh Alloh ta'ala.*

Sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya :

إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُوولًا

_"Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggung-jawaban."_ (QS. Al-Isra’:36)

Alloh ta'ala juga berfirman :

مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

_"Tiada suatu kalimat pun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir."_ (QS. Qaf :18)

Semoga Alloh selalu memberi taufiq-Nya kepada kita, agar selalu berkata yg baik dan benar, serta dijauhkan dari perkataan yg sia-sia.

_Wallohu Waliyyut Taufiq...._

*Surabaya*, Jum'at pagi yg sejuk, 15 Dzulhijjah 1440 H / 16 Agustus 2019 M

✍ Akhukum fillah, *Abu Abdirrohman Yoyok WN Sby*


Semoga bermanfaat bagi kita semuanya.

*T A U H I D* *INILAH KEMERDEKAAN HAKIKI*

☘🍃☘🍁☘🍃☘

● *Mengesakan Allah ﷻ dalam Rububiyyah.* Kita meyakini hanya Allah ﷻ yang maha kuasa, hanya Allah ﷻ yang maha mengatur, dan hanya Allah ﷻ yang maha memiliki. Maka mata hati kita hanya tertuju kepada-Nya.

● *Mengesakan Allah ﷻ dalam Ibadah.* Kita meyakini dan beribadah hanya kepada Allah ﷻ, kita meminta hanya kepada-Nya, kita memohon hanya kepada-Nya.

● *Mengesakan Allah ﷻ dalam nama dan sifat-Nya.* Maka tidak ada yg sempurna kecuali Allah ﷻ.

Jika semua kita tunaikan, di sana kita akan dapati *kemerdekaan sejati*,

Merdeka terlepas dari pengagungan terhadap mahluk dan hamba. Merdeka terlepas dari belenggu hawa nafsu. Merdeka dengan menggantungkan hati hanya pada yang kuasa.

_*MERDEKA...betulkah kita sudah mendapatkanya ? Apakah merdeka kita rayakan dengan hura-hura ?*_

*Apakah merdeka kita rayakan dengan lupa ?! Lupa mensyukuri nikmat, lupa perjuangan cucuran keringat, bahkan darah !!*

Hanya kepada Allah ﷻ kita meminta merdeka yang sebenarnya.

Faidah dari Ustadz,
🔳 *BENI SARBENI, Lc*
Hafidzahullah

☘🍃☘🍁☘🍃☘

Senin, 05 Agustus 2019

AMAL-AMAL SUNNAH PADA BULAN DZULHIJJAH

🌕 AMAL-AMAL SUNNAH PADA BULAN DZULHIJJAH

🔗 http://kontakk.com/@permatasunnah

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah wa ba'du.

Amal-amal shalih pada sepuluh hari di awal bulan Dzulhijjah lebih utama dari amal-amal shalih di bulan lainnya. Yang termasuk dari amal-amal shalih sangatlah banyak, di antaranya:

 1. Berpuasa pada sembilan hari pertama bulan Dzulhijjah.

Mulai dari awal bulan Dzulhijjah, ternyata telah ada amalan yang disunnahkan untuk kita kerjakan. Diriwayatkan dari sebagian istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka berkata:

كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُوْمُ تِسْعَ ذِىْ الْحِجَّةِ، وَيَوْمَ عَاشُوْرَاءَ، وَثَلَاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرِ، وَأَوَّلَ اثْنَيْنِ مِنَ الشَّهْرِ وَالْخَمِيْسَ.

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada sembilan hari bulan Dzulhijjah, hari Asyura, tiga hari pada setiap bulan, dan hari Senin pertama awal bulan serta hari Kamis.” [HR. Abu Dawud (no. 2437)]

Hadits ini menganjurkan kita berpuasa pada tanggal satu sampai sembilan Dzulhijjah. Dan ini merupakan pendapat jumhur Ulama.

2. Puasa Arafah

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِيْ قَبْلَهُ، وَالسَّنَةَ الَّتِيْ بَعْدَهُ

“Puasa pada hari Arafah (tanggal 9 Dzulhijjah), aku berharap kepada Allah, Dia akan menghapuskan (dosa) satu tahun sebelumnya dan satu tahun setelahnya.” [HR. Muslim]

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda ketika ditanya tentang puasa hari Arafah:

يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ.

“Menghapuskan (dosa) setahun sebelumnya dan setahun setelahnya.” [HR. Muslim]

Puasa ini dikenal pula dengan nama puasa Arafah karena pada tanggal tersebut orang yang sedang menjalankan haji berkumpul di Arafah untuk melakukan runtutan amalan yang wajib dikerjakan pada saat berhaji yaitu ibadah wukuf. Pendapat jumhur Ulama bahwa dosa-dosa yang dihapus dengan puasa Arafah ini yaitu dosa-dosa kecil. Adapun dosa-dosa besar, maka wajib baginya taubat.

3. Takbiran

Ketahuilah, bahwa disyariatkan bertakbir, bertahmid dan bertahlil pada sepuluh hari pertama Dzulhijjah ini. Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu secara marfu:

مَامِنْ أَيَّامٍ أَحَبُّ إِلَى اللهِ اَلْعَمَلُ فِيْهِنَّ مِنْ عَشْرِ ذِيْ الْحِجَّةِ، فَعَلَيْكُمْبِالتَّسْبِيْحِ وَالتَّهْلِيْلِ وَالتَّكْبِيْرِ.

“Tidak ada hari-hari yang amal shalih lebih dicintai oleh Allah daripada sepuluh hari pertama Dzulhijjah. Maka hendaklah kalian bertasbih, bertahlil, dan bertakbir.” [HR. Abu Utsman Al-Buhairi dalam Al-Fawaid. Lihat Irwaul Ghalill (III/398-399)]

Disyariatkan juga bertakbir setelah shalat subuh pada hari Arafah sampai akhir hari tasyrik, yaitu dengan takbir:

اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلِله الْحَمْدُ.

“Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tidak ada Ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah, Allah Maha Besar. Allah Maha Besar, dan bagi Allahlah segala puji.”

4. Memperbanyak amal shalih dan ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla

Yaitu dengan memperbanyak shalat-shalat sunnah, sedekah, berbakti kepada kedua orang tua, menyambung tali kekerabatan, bertaubat kepada Allah dengan sebenar-benarnya, memperbanyak dzikir kepada Allah, bertakbir, membaca Al-Quran, dan amalan-amalan shalih lainnya. Sedekah dianjurkan setiap hari, maka pada hari-hari ini lebih sangat dianjurkan lagi, begitu juga ibadah-ibadah yang lain.

Dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu, ia berkata: “Bahwa Sa’id bin Jubair jika memasuki sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, ia sangat bersungguh-sungguh sampai-sampai dia hampir tidak mampu melakukannya.” [HR. Ad-Darimi (II/26)]

5. Haji dan Umrah

Allah Ta’ala berfirman:

وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا

"Kewajiban bagi manusia kepada Allah, berhaji ke Baitullah, bagi siapa yang memiliki kemampuan untuk melakukan perjalanan." [QS. Ali-Imran: 97]

6. Idul Adha

Dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, beliau berkata: “Bahwa ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di Madinah, masyarakat Madinah memiliki dua hari yang mereka rayakan dengan bermain. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya: ‘Dua hari apakah ini?’ Mereka menjawab: ‘Kami merayakannya dengan bermain di dua hari ini ketika zaman Jahiliyyah,’ kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى قَدْ أَبْدَلَكُمْ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا؛ يَوْمَ الْفِطْرِ وَيَوْمَ النَّحْرِ

“Sesungguhnya Allah telah memberikan ganti kepada kalian dua hari yang lebih baik Idul Fithri dan Idul Adha.” [HR. Ahmad (III/103, 178, 235, 250)]

7. Berkurban

Di antara amal taat dan ibadah yang mulia yang dianjurkan adalah berkurban. Kurban adalah hewan yang disembelih pada hari raya Idul Adha berupa unta, sapi dan kambing yang dimaksudkan dalam rangka takarub (mendekatkan diri) kepada Allah Ta’ala.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ

"Laksanakanlah shalat untuk Rabbmu dan sembelihlah kurban." [QS. Al-Kautsar: 2]

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ فَلاَ يَقْرَبَنَّ مُصَلاَّنَا

“Barang siapa yang memiliki kelapangan namun ia tidak berkurban maka jangan mendekati masjid kami.” [HR. Ahmad (I/321), Ibnu Majah (no. 3123), dan Al-Hakim (no. 389), dari sahabat Abu Hurairah]

Sebagian Ulama berpendapat dengan dasar hadits di atas, bahwa hukum menyembelih binatang kurban bagi seseorang adalah wajib bagi yang mampu.

Atha bin Yasar bertanya kepada Abu Ayyub Al-Anshari: “Bagaimana penyembelihan kurban pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?” Beliau menjawab: “Seseorang berkurban dengan seekor kambing untuk diri dan keluarganya. Kemudian mereka memakannya dan memberi makan orang-orang sampai mereka berbangga. Maka jadilah seperti yang engkau lihat.” [HR. At-Tirmidzi (no. 1505), dan Ibnu Majah (no. 3147)]

Barang siapa yang berkurban untuk diri dan keluarganya, maka disunnahkan ketika menyembelih mengucapkan:

بِاسْمِ الله، وَالله أَكْبَرُ، اَللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنِّيْ، اَللَّهُمَّ هَذَا عَنِّيْ وَعَنْ أَهْلِ بَيْتِيْ

“Dengan nama Allah dan Allah Maha Besar, Ya Allah, terimalah (kurban) dariku, ya Allah, ini dariku dan dari keluargaku.”

Disunnahkan bagi orang yang berkurban agar menyembelih sendiri. Jika tidak mampu maka hendaklah ia menghadiri dan tidak diperbolehkan memberikan upah bagi tukang jagal dari hewan kurban tersebut. Kemudian, juga tidak memotong rambut dan kuku bagi yang berkurban.

Seseorang yang ingin berkurban, dilarang memotong kuku atau rambut dirinya (bukan hewannya) ketika sudah masuk tanggal 1 Dzulhijjah sampai ia memotong hewan kurbannya.

Dari Ummu Salamah radhiallahu ‘anha, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ كَانَ لَهُ ذَبْحٌ يَذْبَحُهُ فَإِذَا أَهَلَّ هِلَالَ ذِيْ الْحِجَّةِ، فَلاَ يَأْخُذَنَّ مِنْ شَعْرِهِ وَلَا مِنْ أَظْفَارِهِ شَيْئًا حَتَّى يُضَحِّي

“Barang siapa yang memiliki hewan yang hendak dia sembelih (pada hari raya), jika sudah masuk tanggal 1 Dzulhijjah, maka janganlah memotong (mencukur) rambutnya dan kukunya sedikitpun, sampai dia menyembelih kurbannya.” [HR. Muslim (no. 1977)]

والله أعلم… وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

📑 Sumber:
• Diringkas dari Majalah As-Sunnah Edisi 06/Tahun XVII/1434H/2013M.
• Artikel almanhaj.or.id

 🖊 Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas hafidzahullah

----------•••●◆●•••----------


📡 Silakan disebar Artikel ini dengan tidak menambah dan mengurangi isi tulisan.

Kenapa Aku Tidak Bisa Sholat Tahajud Lagi Seperti Dulu



🌿Shalat tahajjud adalah shalat di malam hari setelah bangun dari tidur. Shalat tahajjud hukumnya sunnah dan sangat utama. Orang yang diberikan taufiq untuk bisa rutin melaksanakan tahajjud setiap malam adalah orang yang mendapatkan keutamaan dan kemuliaan dari Allah Ta'ala.

🌿Seseorang yang semangat di awal hijrah akan terasa mudah melaksanakan shalat tahajjud,  namun bagi yang sudah lama, mulai merasa berat dalam melaksanakannya.

Kenapa demikian❓

👉Karena semangat, tekad dan keimanannya mulai pudar dan loyo karena melakukan dosa dan mulai menjauh dari kedekatan kepada Allah Ta'ala. Ia mulai merasakan ibadahnya menjadi hampa dan tidak merasakan lezatnya. Shalatnya mulai hampa dan tidak khusyu'.

❗Bagi yang keimanannya mulai turun, hendaknya segera diobati dengan banyak bertaubat dan meninggalkan kemaksiatan, karena kemaksiatan akan menyebabkan keimanan menjadi melemah.

🎙Al-Imàm Sufyan At-Tsaurì رحمه الله berkata:

 حرمت قيام الليل خمسة أشهر بسبب ذنب أذنبته.

"Selama lima bulan aku merugi tidak melakukan shalat Tahajjud karena dosa yang aku perbuat.”

👉Ia ditanya, “Apakah dosa yang engkau lakukan?” Ia menjawab: “Aku melihat seseorang menangis, lalu aku berkata dalam diriku, ‘Orang ini riya’.'”

Lihatlah, efek negatif dari dosa. Hanya karena dosa meremehkan orang yang menangis, menjadikan beliau tidak bisa shalat malam selama lima bulan, bagaimana dengan dosa yang lebih besar dari itu❓

👉Seorang laki-laki berkata kepada Al-Imam Al-Hasan Al-Bashri  رحمه الله:

أعياني قيام الليل. فقال: قيدتك خطاياك.

"Aku berat melakukan shalat malam?"

🎙Beliau menjawab: "Dosamu telah mengikatmu (dari melaksanakan shalat malam)".

🎙Fudhail bin ‘Iyadh رحمه الله berkata,

إذا لم تقدر على قيام الليل ، وصيام النهار ، فأعلم أنك محروم مكبّل

“Bila kamu tidak mampu melakukan shalat Tahajjud di malam hari dan puasa di siang hari maka kamu adalah orang yang merugi.”[Al-Hilyah (VIII/91)]

🤲🏻Saudaraku, tinggalkanlah kemaksiatan dan dosa agar bisa berkhalwah (menyendiri) di malam hari dengan Allah Ta'ala dan merasakan kenikmatan dalam beribadah!