Manfaat Mengingat Mati

“Perbanyaklah mengingat pemutus segala kelezatan (dunia), yakni kematian.” (HR. Ibnu Hibban dan Al-Baihaqi. Dan di-Hasan-kan oleh syeikh Al-Albani).

Keuatamaan Berinfaq Sadaqah

Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji.

Hati yang Bersih

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Lisan Cermin Seseorang

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Tathayyur

Jika mempercayai kupu2 yang masuk rumah itu akan ada tamu yang datang, atau ketika cicak berbunyi saat selesai berbicara artinya perkataannya benar, atau kepercayaan2 lain yang menyerupai hal di atas apakah digolongkan syirik ?.

Senin, 09 Desember 2019

Siapakah Rabbmu ?

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين أمَّا بعد

Ikwah sekalian di grup whatsapp Belajar Islam, yang semoga dimuliakan oleh Allah subhanahu wa ta'ala, pada pertemuan ini akan saya sampaikan bagian pertama dari tiga landasan utama yang menjadi bahasan inti dari kitab kecil ini, yakni tentang Siapakah Rabbmu ? Ikhwah sekalian sebelumnya penulis mengatakan,

فَإِذَا قِيلَ لَك : مَا الأُصُولُ الثَّلاثَةُ التِي يَجِبُ عَلَى الإِنْسَانِ مَعْرِفَتُهَا؟ فَقُلْ: مَعْرِفَةُ الْعَبْدِ رَبَّهُ، وَدِينَهُ وَنَبِيَّهُ مُحَمَّدًا صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وسلم

Jika ditanyakan kepadamu apakah tiga landasan yang wajib diketahui oleh seluruh manusia? Maka jawablah, "Mengenal Rabbnya, agamanya dan Nabinya Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam".

Saudara sekalian, kitab ini ditulis untuk menjelaskan tiga landasan utama yang menjadi pertanyaan di alam kubur nanti, barang siapa yang benar-benar memahami tiga landasan utama yang dijelaskan dalam kitab ini dan tentunya mengamalkannya maka dia berhak untuk mendapatkan kemudahan dalam menjawab pertanyaan di alam kubur.

Syaikh Shalih Alu Syaikh ketika menjelaskan masalah di atas, beliau mengatakan bahwa, "Taklid tidak sah dalam jawaban tiga pertanyaan di atas". Maksudnya tidak boleh seorang muslim taklid dalam tiga pertanyaan di atas, jadi dia harus betul-betul berilmu tentang tiga pertanyaan di atas. (Syarah Tsalatsatul Ushul karya Syaikh Shalih bin Abdul Aziz Alu Syaikh, hal. 50)

Penulis selanjutnya berkata,

فَإِذَا قِيلَ لَكَ : مَنْ رَبُّكَ؟ فَقُلْ: رَبِّيَ اللهُ الَّذِي رَبَّانِي وَرَبَّى جَمِيعَ الْعَالَمِينَ بِنِعَمِهِ وَهُوَ مَعْبُودِي لَيْسَ لِي مَعْبُودٌ سِوَاهُ، وَالدَّلِيلُ قَوْلُهُ تَعَالَى: {الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ} [الفاتحة: 2] وكل ما سِوَى اللهِ عَالَمٌ وَأَنَا وَاحِدٌ مِنْ ذَلِكَ الْعَالَمِ.

Yang artinya: Jika anda ditanya siapakah Rabbmu ? Maka katakanlah Rabbku adalah yang telah mengurusku dan mengurus seluruh alam dengan segala nikmat-Nya, Dialah sesembahanku yang tidak ada sesembahan kecuali Dia, dalilnya adalah firman Allah subhanahu wa ta'ala yang artinya: "Segala puji hanya milik Allah Rabb sekalian alam, segala sesuatu selain Allah adalah alam dan aku adalah salah satu dari alam tersebut".

Ikhwah sekalian, ada beberapa kalimat yang akan saya jelaskan dari perkataan penulis di atas:

Pertama, kalimat:
"Rabbku adalah yang telah mengurusku dan mengurus seluruh alam dengan segala nikmat-Nya"

Jadi kalimat Rabbku yaitu yang mengurusku, di antara makna Rububiyah atau mengaturnya Allah subhanahu wa ta'ala yang paling penting adalah bahwa Allah subhanahu wa ta'ala mengutus para Rasul dan menurunkan kitab-kitab-Nya kepada manusia, di dalamnya ada cahaya bagi kehidupan.

Jadi perhatian Allah, mengurus-Nya Allah kepada manusia yang paling penting bahwa Allah subhanahu wa ta'ala mengutus para rasul menurunkan kitab-kitab-Nya sebagai cahaya bagi kehidupan manusia, Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

قُلۡ بِفَضۡلِ ٱللهِ وَبِرَحۡمَتِهِۦ فَبِذَٰلِكَ فَلۡيَفۡرَحُواْ هُوَ خَيۡرٞ مِّمَّا يَجۡمَعُونَ 

“Katakanlah: "Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”. (Yunus [10]: 58).

Selanjutnya ikhwah sekalian, Rabb itu sendiri mengandung seluruh makna Rububiyyah, yakni menciptakan, mengatur dan memiliki. Jadi Allah adalah Rabb kami, yang menciptakan kami, yang mengatur kami dan memiliki kami, yang mengurus kami semua, tapi nilai rububiyah yang paling penting bahwa Allah subhanahu wa ta'ala mengutus para Rasul kepada kita dan menurunkan Kitab-kitab-Nya.

Kedua, kalimat:
“Dialah sesembahanku yang tidak ada sesembahan kecuali Dia”.

Inilah Allah, Allah adalah Rabb kita, yang telah menciptakan kita, yang telah mengurus kita, kemudian Allah subhanahu wa ta'ala adalah sesembahan kita yang tidak ada sesembahan kecuali Dia.

Ikhwah sekalian, selanjutnya penulis rahimahullah mengenalkan kita tentang Allah bahwa, Dialah sesembahan kita semua, tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Allah subhanahu wa ta'ala.

Ini sebenarnya perkara paling penting dalam mengenal Allah subhanahu wa ta'ala, bahwa Allah adalah sesembahan kita yang tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah, bahkan ikhwah sekalian, inilah inti daripada Tauhid dan makna pokok dari kalimat Laa Ilaha Illallah, karena itulah sebagian ulama ketika mendefinisikan Tauhid berkata: “Tauhid adalah mengesakan Allah dalam ibadah”. 

Ketiga, kalimat:
"Dalilnya adalah firman Allah subhanahu wa ta'ala: “Segala puji hanya milik Allah Rabb sekalian alam”.

Maksudnya bahwa, dalil tentang Allah subhanahu wa ta'ala sebagai Rabb adalah firman Allah subhanahu wa ta'ala dalam surat al-Fatihah:

ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ 

“Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.” (Al-Fatihah [1]: 2).

Jadi ikhwah sekalian, dari penjelasan (uraian) di atas ada beberapa kesimpulan penting:
1) Kita mengenal Allah bahwa, Allah adalah Rabb yang menciptakan kita, Allah adalah Rabb yang mengatur dan memiliki alam semesta, kemudian kita mengenal Allah bahwa Allah subhanahu wa ta'ala sesembahan kita, tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Allah rabbul 'alamin.
2) Diantara makna Rububiyyah yang sangat agung adalah bahwa Allah lah yang membimbing kita, yakni dengan diutusnya para Rasul dan diturunkannya kitab-kitab.
3) Inti daripada Tauhid adalah mengesakan Allah subhanahu wa ta'ala dalam ibadah (Tauhid Uluhiyah).

Ikhwah sekalian demikianlah materi yang bisa saya sampaikan, mudah-mudahan bisa dipahami dengan baik.

Akhukum fillah,
Abu Sumayyah Beni Sarbeni

Makna Al Hanifiyyah #3

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين أمَّا بعد

Ikhwah sekalian di grup whatsApp Belajar Islam, yang semoga dimuliakan oleh Allah subhanahu wa ta'ala, pada pertemuan ini akan saya sampaikan perkataan penulis tentang al-Hanifiyyah bagian ke-3

Penulis rahimahullah berkata:

وأعظم ما أمر الله به: التوحيد، وهو إفراد الله بالعبادة وأعظم ما نهى عنه: الشرك وهو دعوة غيره معه

"Perintah Allah subhanahu wa ta'ala paling agung adalah Tauhid, yakni mengesakan Allah subhanahu wa ta'ala dalam ibadah, dan larangan Allah paling besar adalah syirik, yakni beribadah kepada selain Allah bersama-Nya”.

Penjelasan:

Selanjutnya penulis menegaskan kembali tentang pentingnya Tauhid, ia merupakan perintah dan hak Allah subhanahu wa ta'ala paling agung sebagaimana dijelaskan dalam hadits Muadz bin Jabal radhiyallahu ta'ala anhu.

Yakni hadits ketika Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya kepada Muadz, يا معاذ, أ تدرى ما حق الله على عباد ؟ , Wahai Muadz apakah hak Allah yang menjadi kewajiban atas hamba-Nya, kemudian dijelaskan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwa حق الله على عباد أن يعبدوه ولا يشركو به شيأ hak Allah atas hamba-Nya bahwasannya mereka beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya.

Kemudian penulis pun menegaskan tentang makna Tauhid, yakni إفراد الله بالعبادة beribadah hanya kepada Allah, inilah inti Tauhid, tidak sebagaimana dikatakan oleh ahli kalam bahwa inti Tauhid adalah meyakini bahwa hanya Allah maha pencipta.

Jadi inti Tauhid adalah beribadah hanya kepada Allah saja, bukan keyakinan Allah sebagai pencipta karena jika Tauhid hanya keyakinan sesungguhnya hanya Allah yang Maha Menciptakan, maka keyakinan ini pun diyakini oleh orang-orang kuffar Quraisy sebagaimana yang dijelaskan oleh Allah di dalam Al-Quran,

وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللهُ

"Seandainya engkau (Muhammad) bertanya kepada mereka siapa yang telah menciptakan langit dan bumi, niscaya mereka semua akan menjawab: Allah". (QS. Az-Zumar:38)

Jadi sekali lagi inti Tauhid adalah beribadah hanya kepada Allah subhanahu wa ta'ala.jadi kesimpulan pentingnya Ikhwah sekalian :

1) Kita diperintahkan untuk mengikuti agama Nabi Ibrahim ‘alaihis salam secara khusus.
2) Sebutan untuk agama Nabi Ibrahim 'alaihis salam adalah al-Hanifiyyah.
3) Inti ajaran Al-Hanifiyyah adalah Tauhid, dan ini pula inti risalah seluruh para Nabi.
4) Nabi Ibrahim 'alaihis salam adalah abul Anbiya (bapaknya para Nabi)
5) Tauhid itu menetapkan ibadah hanya kepada Allah dan berlepas diri dari segala peribadatan kepada selain Allah. Ialah dua rukun Tauhid, yakni itsbat (menetapkan ibadah hanya kepada Allah) dan Nafyi (menafikan/meniadakan peribadahan ibadah kepada selain Allah).
6) Orang yang sebatas mengakui kekuasaan Allah, akan tetapi tidak menetapkan ibadah hanya kepada Allah saja, maka orang itu tidak dinamakan bertauhid.
7) Kalimat Tauhid adalah Laa Ilaha Illallah.

Ikhwah sekalian demikianlah materi yang bisa saya sampaikan, mudah-mudahan apa yang saya sampaikan dapat dipahami dengan baik.

Akhukum fillah,
Abu Sumayyah Beni Sarbeni

Makna Al-Hanifiyyah #2

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين أمَّا بعد

Ikwah sekalian di grup whatsapp Belajar Islam, yang semoga dimuliakan oleh Allah subhanahu wa ta'ala, pada pertemuan ini akan saya sampaikan perkataan penulis tentang Al-Hanifiyyah bagian ke-2, penulis rahimahullah berkata :

وبذلك أمر الله جميع الناس، وخلقهم لها، كما قال تعالى: {وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالأِنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُونِ}. ومعنى يعبدون: يوحدون

"Dan dengan itulah Allah memerintah seluruh manusia, Allah menciptakan mereka untuk itu, sebagaimana yang Allah subhanahu wa ta'ala firmankan :"Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka beribadah kepada-Ku". Dan arti (يعبدون) beribadah kepada-Ku maksudnya adalah mentauhidkan-Ku"

Penjelasan:
Ikhwah sekalian, maksud dari perkataan penulis di atas bahwa inti dari perintah Allah subhanahu wa ta'ala adalah beribadah hanya kepada-Nya dan menafikan segala ibadah kepada selain-Nya, inilah hak Allah subhanahu wa ta'ala yang paling agung.

Sebagaimana yang diceritakan Sahabat yang mulia Muadz bin Jabal radhiyallahu anhu, suatu hari aku dibonceng oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam di atas seekor keledai yang namanya Ufair, beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya kepadaku: “Ya Muadz, apakah kau tahu hak Allah yang wajib ditunaikan oleh hamba-Nya ? dan apakah hak hamba yang pasti dipenuhi oleh Allah subhanahu wa ta'ala ?” jawabku: “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu”.

Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Hak Allah yang wajib dipenuhi oleh hamba-Nya adalah bahwa mereka beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, adapun hak hamba yang pasti Allah penuhi adalah bahwa Allah tidak akan menyiksa orang yang tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun”.

Lalu aku bertanya kepadanya, “Wahai Rasulullah, bolehkah aku kabarkan hal ini kepada manusia?” jawab beliau: “Jangan, khawatir mereka hanya bersandar kepadanya saja”. (Shahih, diriwayatkan oleh al-Bukhari (30) dan Muslim (7373))

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah beliau berkata:
“Yakni jangan kau kabarkan kepada mereka karena khawatir mereka hanya bersandar kepada yang wajib, lalu mereka tidak melakukan yang sunnah dengan semestinya. Kemudian Muadz radhiyallahu anhu mengabarkannya setelah wafat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam karena khawatir termasuk menyembunyikan ilmu”. (Syarah Riyadhus Shalihih karya Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, 3/ 325)

Ath-Thibi rahimahullah berkata:
“Muadz mengabarkannya padahal itu dilarang oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, karena beliau tahu bahwa larangan tersebut berubah dengan berubahnya waktu dan keadaan, pada waktu itu kaum muslimin baru masuk Islam dan tidak terbiasa dengan beragam aturan yang ada di dalamnya, kemudian setelah mereka istiqamah di atas agama, maka Muadz pun akhirnya mengabarkan hal itu, yakni setelah adanya perintah menyampaikan ilmu dan larangan menyembunyikannya”. (Mir’atul Mafatih syarah Misykatul Mashabih karya Abul Hasan al-Mubarakfuri, 1/ 90)

Selanjutnya menjelaskan tujuan diciptakannya manusia, yakni beribadah hanya kepada Allah juga berlepas diri dari segala kesyirikan adalah kata lain dari Tauhid itu sendiri. Ikhwah sekalian inilah materi yang bisa saya sampaikan, mudah-mudahan dapat dipahami dengan baik

Akhukum Fillah,
Beni Sarbeni Abu Sumayyah

Makna Al Hanifiyyah #1

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين أمَّا بعد

Ikwah sekalian di grup whatsapp Belajar Islam, yang semoga dimuliakan oleh Allah subhanahu wa ta'ala, pada pertemuan ini akan saya jelaskan perkataan penulis tentang Al-Hanifiyyah, Ini adalah penjelasan bagian pertama, penulis rahimahullah berkata :

اعلم أرشدك الله لطاعته، أن الحنيفية ملة إبراهيم : أن تعبد الله وحده مخلصا له الدين

"Ketahuilah, semoga Allah memberikan kepadamu hidayah agar selalu taat kepada-Nya, bahwa Al-Hanifiyyah yakni Agama Ibrahim itu adalah anda beribadah hanya kepada Allah seraya mengikhlaskan ketaatan untuk-Nya"

Ikhwah sekalian, pada kalimat di atas, penulis menjelaskan tentang Al-Hanifiyyah yakni misi (risalah) yang dibawa oleh Nabi Ibrahim 'alaihi wa sallam sebagai Abul Anbiya atau bapaknya para Nabi, demikian pula ialah risalah yang dibawa oleh Baginda Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam yang tentunya umatnya pun diperintah untuk mengikuti risalah atau agama tersebut.

Allah subhanahu wa ta'ala dalam surat An Nahl ayat 123, Allah berfirman:

ثُمَّ أَوۡحَيۡنَآ إِلَيۡكَ أَنِ ٱتَّبِعۡ مِلَّةَ إِبۡرَٰهِيمَ حَنِيفٗاۖ وَمَا كَانَ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ  ١٢٣

“Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): "Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif" dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan”. (An-Nahl [16]: 123).

Jadi Al-Hanifiyyah itu diambil dari kata "Ibrahim seorang yang hanif" pertanyaan selanjutnya : Lalu apa inti dari agama Nabi Ibrahim 'alaihis salam ? Jawabannya adalah ayat berikut, yakni Surat Az-zukhruf : 26-27 Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:


وَإِذۡ قَالَ إِبۡرَٰهِيمُ لِأَبِيهِ وَقَوۡمِهِۦٓ إِنَّنِي بَرَآءٞ مِّمَّا تَعۡبُدُونَ  ٢٦ إِلَّا ٱلَّذِي فَطَرَنِي فَإِنَّهُۥ سَيَهۡدِينِ  ٢٧

“Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: "Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu sembah. tetapi (aku menyembah) Tuhan Yang menjadikanku; karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku”. (az-Zukhruf [43]: 26-27)

Ikhwah sekalian, agama yang dibawa atau didakwahkan oleh Nabi Ibrahim kepada bapak dan kaumnya adalah :
Pertama, (إِنَّنِي بَرَآءٞ مِّمَّا تَعۡبُدُونَ) "Aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kalian sembah", yakni sikap berlepas diri dari segala yang diibadahi selain Allah subhanahu wa ta'ala. Karena itu kalimat selanjutnya (إِلَّا ٱلَّذِي فَطَرَنِي فَإِنَّهُۥ سَيَهۡدِين) "Tetapi aku menyembah Tuhan yang telah menjadikanku, Tuhan yang telah menciptakanku yakni Allah Rabbul 'alamin".

Jadi dalam kalimat pertama Nabi Ibrahim 'alaihis salam berlepas diri dari segala yang disembah oleh bapak dan kaumnya dan dalam kalimat yang kedua Nabi Ibrahim 'alaihis salam menetapkan ibadah hanya untuk Allah subhanahu wa ta'ala. Karena itulah kalimat di atas semakna dengan firman Allah subhanahu wa ta'ala dalam surat An Nahl ayat 36 :

 وَلَقَدۡ بَعَثۡنَا فِي كُلِّ أُمَّةٖ رَّسُولًا أَنِ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ وَٱجۡتَنِبُواْ ٱلطَّٰغُوتَۖ

“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”. (An-Nahl [16]: 36)

Inilah yang didakwakan oleh para Nabi, jadi ayat di atas menunjukkan dakwahnya para Rasul yakni ibadah hanya kepada Allah dan berlepas diri dari Thagut yakni segala sesuatu yang disembah selain Allah.

Walhasil, kesimpulannya Ikhwah sekalian, Al-Hanifiyyah itu adalah Agama Tauhid yang diringkas dalam kalimatnya yang agung yakni (لا إله إلا الله Laa ilaaha illallah, tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah, kalimat (لا إله) Laa Ilaaha tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar, inilah sikap berlepas diri dari segala sesuatu yang diibadahi selain Allah, adapun (إلا الله) Illallah adalah sikap menetapkan bahwa yang berhak diibadahi hanyalah Allah subhanahu wa ta'ala.

Jadi itulah Al-Hanifiyyah, misi yang dibawa atau risalah yang dibawa oleh Nabi Ibrahim 'alaihis salam demikian pula yang dibawa oleh Baginda Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam bahkan oleh seluruh para Rasul

Ikhwah sekalian, demikianlah materi yang bisa saya sampaikan, mudah-mudahan dapat dipahami dengan baik dan tentunya bermanfaat.

Akhukum Fillah,
Beni Sarbeni Abu Sumayyah