Manfaat Mengingat Mati

“Perbanyaklah mengingat pemutus segala kelezatan (dunia), yakni kematian.” (HR. Ibnu Hibban dan Al-Baihaqi. Dan di-Hasan-kan oleh syeikh Al-Albani).

Keuatamaan Berinfaq Sadaqah

Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji.

Hati yang Bersih

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Lisan Cermin Seseorang

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Tathayyur

Jika mempercayai kupu2 yang masuk rumah itu akan ada tamu yang datang, atau ketika cicak berbunyi saat selesai berbicara artinya perkataannya benar, atau kepercayaan2 lain yang menyerupai hal di atas apakah digolongkan syirik ?.

Selasa, 07 Juni 2022

Rabb Adalah yang Berhak Diibadahi

Rabb Adalah yang Berhak Diibadahi


بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين أمَّا بعد
 
Ikhwah di grup whatsApp Belajar Islam yang semoga dimuliakan oleh Allah subhanahu wa ta'ala, kita lanjutkan kajian kitab Tsalatsatul Ushul, kajian kali ini saya beri judul “Rabb Adalah yang Berhak Diibadahi”. Penulis rahimahullah berkata :
 
والرب هو المعبود، والدليل قوله تعالى: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ 21 الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ ۖ فَلَا تَجْعَلُوا لِلهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ 22
قال ابن كثير رحمه الله تعالى: الخالق لهذه الأشياء هو المستحق للعبادة
 
Rabb itu Dialah yang berhak Diibadahi, dalilnya adalah firman Allah subhanahu wa ta'ala : "Hai manusia, beribadahlah kalian kepada Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang sebelummu, agar kamu bertakwa. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kalian mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kalian mengetahui. (QS. Al-Baqarah : 21-22)
Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata : Yang menciptakan semua ini adalah yang berhak untuk diibadahi.
 
Penjelasan :
 
Penulis mengabarkan kepada kita bahwa Rabb adalah yang berhak diibadahi, maksudnya Allah itu sebagai Rabb yang mengatur, yang menciptakan dan yang memiliki alam semesta. Karena itu maka Dia pula yang semestinya diibadahi, tidak kepada yang lainnya, dalilnya adalah firman Allah subhanahu wa ta'ala pada ayat di atas, khususnya firman Allah berikut ini "Hai manusia, beribadahlah kalian kepada Rabb (Tuhan) yang telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian".
 
Artinya yang berhak diibadahi hanyalah Allah, yang memiliki Rububiyah yaitu yang memiliki kemampuan untuk menciptakan alam semesta, mengatur alam semesta dan memiliki alam semesta. Karena itulah Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata: Yang menciptakan semua ini adalah yang berhak untuk diibadahi.
 
Hanya Allah subahanahu wa ta'ala yang berhak untuk diibadahi, karena Allah-lah yang telah menciptakan alam semesta, mengatur alam semesta dan seterusnya. Ini pun berkaitan dengan kaidah dalam ilmu tauhid, yang artinya bahwa tauhid rububiyah melahirkan tauhid uluhiyah atau tauhid ibadah. Artinya kalau seseorang sudah mengakui kekuasaan Allah, mestinya dia beribadah hanya kepada Allah.
 
Syaikh Sulaiman bin Abdillah rahimahullah berkata: "Ini adalah perintah pertama dalam al-Quran, yakni perintah untuk beribadah hanya kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun"
 
Ikhwah sekalian demikianlah materi yang bisa saya sampaikan, semoga bermanfaat.
 
Akhukum fillah,
Abu Sumayyah Beni Sarbeni


1.     "Hai manusia, beribadahlah kalian kepada Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang sebelummu, agar kamu ..... " (QS. Al-Baqarah : 21)
    A     bertakwa
    B.     bersabar
    C.     berlomba
    D.     bertawakal
    
Kunci Jawaban : A

2.     "Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kalian mengadakan ................. bagi Allah, padahal kalian mengetahui."  (QS. Al-Baqarah : 22)
    A.     janji
    B.     durhaka kepada
    C     sekutu-sekutu
    D.     maksiat
    
Kunci Jawaban : C

3.     Penulis membawakan perkataan Imam Ibnu Katsir rahimahullah, yakni ....
    A.     Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap
    B.     Allah itu sebagai Rabb yang mengatur, yang menciptakan dan yang memiliki alam semesta
    C.     Yang menciptakan semua ini adalah yang berhak untuk dihormati
    D     Yang menciptakan semua ini adalah yang berhak untuk diibadahi
    
Kunci Jawaban : D

4.     Pada materi ini Ustadz menyampaikan sebuah kaidah dalam Ilmu Tauhid, yaitu ...
    A     tauhid rububiyah melahirkan tauhid uluhiyah
    B.     tauhid uluhiyah melahirkan tauhid rububiyah
    C.     tauhid rububiyah melahirkan tauhid rububiyah
    D.     tauhid uluhiyah melahirkan tauhid uluhiyah
    
Kunci Jawaban : A

5.     Perintah pertama dalam Al-Qur'an adalah ...
    A.     keluarga sakinah
    B.     dakwah meraih kekuasaan
    C.     perintah untuk beribadah hanya kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun
    D.     berjihad
    
Kunci Jawaban : C

Dengan Apa Engkau Mengenal Rabbmu?

 Dengan Apa Engkau Mengenal Rabbmu?


بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين أمَّا بعد
 
Ikhwah di grup whatsApp Belajar Islam yang semoga dimuliakan oleh Allah subhanahu wa ta'ala, kita lanjutkan kajian kitab Tsalatsatul Ushul, kajian kali ini saya beri judul “Dengan apa engkau mengenal Rabb-mu ?”
 
Penulis rahimahullah berkata:
 
(فَإِذَا قِيلَ لَكَ) : بِمَ عَرَفْتَ رَبَّكَ؟
فَقُلْ: بِآيَاتِهِ وَمَخْلُوقَاتِهِ وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ وَمِنْ مَخْلُوقَاتِهِ السَّمَاوَاتُ السَّبْعُ وَالأَرَضُونَ السَّبْعُ وَمَنْ فِيهِنَّ وَمَا بَيْنَهُمَا، وَالدَّلِيلُ قَوْلُهُ تَعَالَى: {وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ} [فصلت: 37]، وقوله تعالى: {إِنَّ رَبَّكُمُ اللهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ أَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ تَبَارَكَ اللهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ} [الأعراف: 54]
 
Jika anda ditanya: “Dengan apakah anda mengenal Rabbmu ?”
 
Maka katakanlah: “Dengan tanda-tanda-Nya dan makhluk-makhluk-Nya, di antara tanda-tanda (kekuasaan-Nya) adalah malam dan siang, demikian pula matahari dan bulan, dan di antara makhluk-makhluk-Nya adalah langit yang tujuh, bumi yang tujuh dan segala sesuatu yang ada di dalamnya, juga yang ada di antara keduanya.
 
Dalilnya adalah firman Allah subhanahu wa ta'ala (yang artinya): “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah sembah matahari maupun bulan, tapi sembahlah Allah Yang menciptakannya, Jika Ialah yang kamu hendak sembah.” (QS. Fushshilat [41]: 37),
 
demikian pula firman Allah subhanahu wa ta'ala (yang artinya): “Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam”. (QS. Al-A’raf [7]: 54).
 
Penjelasan:
 
Sebagaimana sering kami jelaskan bahwa, makna kalimat Rabb pada asalnya adalah yang menciptakan, yang mengatur dan yang memiliki alam semesta, dalam kalimat di atas penulis menjelaskan tentang ‘dengan apa kita mengenal Rabb kita’, jawabnya – tentu – dengan tanda-tanda kekuasaan Allah dan dengan makhluk (ciptaan-Nya).
 
Dalam kalimat di atas penulis membedakan antara tanda-tanda kekuasaan Allah dan makhluk-Nya, padahal setiap makhluk-Nya adalah tanda kekuasaan Allah, kenapa penulis membedakannya ?
 
Jawab, ini diantara kalimat yang sangat daqiq (teliti) dari penulis, beliau membedakan antara ayat (tanda-tanda kekuasaan) dengan makhluk, hal itu karena yang dimaksud dengan ayat adalah tanda kekuasaan Allah subhanahu wa ta'ala yang berubah-ubah sehingga terasa lebih jelas bagi seorang hamba, karena manusia lebih merasakan perkara yang berubah-ubah, berbeda dengan sesuatu yang tetap, maka kurang terasa dalam rasa manusia sebagai sesuatu kebesaran. Penulis mengatakan: “Diantara tanda-tanda (kekuasaan-Nya) adalah malam dan siang, demikian pula matahari dan bulan, dan diantara makhluk-makhluk-Nya adalah langit yang tujuh”.
 
Selanjutnya, tanda kekuasaan Allah subhanahu wa ta'ala – sebenarnya – bisa dibagi menjadi dua, yakni ayat kauniyah, tanda kekuasaan Allah di alam semesta, dan ayat maqru’ah, tanda kekuasaan Allah subhanahu wa ta'ala yang dibaca, jelasnya adalah al-Qur’an.  
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
 
إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَذِكۡرَىٰ لِمَن كَانَ لَهُۥ قَلۡبٌ أَوۡ أَلۡقَى ٱلسَّمۡعَ وَهُوَ شَهِيدٞ  
 
“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya”. (QS. Qaaf [50]: 37).
 
Dalam ayat lainnya Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
 
وَفِيٓ أَنفُسِكُمۡۚ أَفَلَا تُبۡصِرُونَ  
 
“Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?” (QS. Ad-Dhariyat [51]: 21).
 
Selanjutnya penulis menyebutkan dalil tentang ayat dan makhluk Allah yang dengan keduanya kita mengenal Allah subhanahu wa ta'ala sebagai Rabb, yakni surat QS. Fushshilat [41]: 37 dan QS. Al-A’raf [7]: 54.
 
Ikhwah sekalian, demikianlah materi yang bisa saya sampaikan semoga bermanfaat.
 
Akhukum fillah,
Abu Sumayyah Beni Sarbeni



1.     Jika anda ditanya: “Dengan apakah anda mengenal Rabbmu ?” Maka katakanlah ....
    A.     Aku beriman
    B.     Laa Ilaaha Illallah
    C     Dengan tanda-tanda Nya dan makhluk-makhluk Nya
    D.     Berlepas diri dari segala kesyirikan
    
Kunci Jawaban : C

2.     Di antara tanda-tanda kekuasaan Allah subhanahu wa ta'ala adalah ...
    A.     malam
    B.     siang
    C.     matahari dan bulan
    D     semua jawaban benar
    
Kunci Jawaban : D

3.     Di antara makhluk-makhluk Allah subhanahu wa ta'ala adalah ...
    A.     langit yang tujuh
    B.     bumi yang tujuh
    C.     segala sesuatu yang ada di dalam langit dan bumi
    D     semua jawaban benar
    
Kunci Jawaban : D

4.     Penulis membedakan antara tanda-tanda kekuasaan Allah dan makhluk-Nya, padahal setiap makhluk-Nya adalah tanda kekuasaan Allah, kenapa penulis membedakannya ?
 
    A.     karena yang dimaksud dengan ayat adalah tanda kekuasaan Allah subhanahu wa ta'ala yang berubah-ubah sehingga terasa lebih jelas bagi seorang hamba
    B.     karena manusia lebih merasakan sebagai tanda-tanda kekuasaan terhadap perkara yang berubah-ubah
    C.     karena Allah subahanahu wa ta'ala Maha Kuasa
    D     a dan b benar
    
Kunci Jawaban : D

5.     Yang dimaksud dengan ayat maqru'ah adalah ...
    A.     tanda kekuasaan Allah subhanahu wa ta'ala yang dibaca
    B.     tanda kekuasaan Allah di alam semesta
    C.     al-Qur’an
    D     a dan c benar
    
Kunci Jawaban : D

Siapakah Rabbmu ?

 Siapakah Rabbmu ?


بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين أمَّا بعد
 
Ikwah sekalian di grup whatsapp Belajar Islam, yang semoga dimuliakan oleh Allah subhanahu wa ta'ala, pada pertemuan ini akan saya sampaikan bagian pertama dari tiga landasan utama yang menjadi bahasan inti dari kitab kecil ini, yakni tentang Siapakah Rabbmu ? Ikhwah sekalian sebelumnya penulis mengatakan,
 
فَإِذَا قِيلَ لَك : مَا الأُصُولُ الثَّلاثَةُ التِي يَجِبُ عَلَى الإِنْسَانِ مَعْرِفَتُهَا؟ فَقُلْ: مَعْرِفَةُ الْعَبْدِ رَبَّهُ، وَدِينَهُ وَنَبِيَّهُ مُحَمَّدًا صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وسلم
 
Jika ditanyakan kepadamu apakah tiga landasan yang wajib diketahui oleh seluruh manusia? Maka jawablah, "Mengenal Rabbnya, agamanya dan Nabinya Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam".
 
Saudara sekalian, kitab ini ditulis untuk menjelaskan tiga landasan utama yang menjadi pertanyaan di alam kubur nanti, barang siapa yang benar-benar memahami tiga landasan utama yang dijelaskan dalam kitab ini dan tentunya mengamalkannya maka dia berhak untuk mendapatkan kemudahan dalam menjawab pertanyaan di alam kubur.
 
Syaikh Shalih Alu Syaikh ketika menjelaskan masalah di atas, beliau mengatakan bahwa, "Taklid tidak sah dalam jawaban tiga pertanyaan di atas". Maksudnya tidak boleh seorang muslim taklid dalam tiga pertanyaan di atas, jadi dia harus betul-betul berilmu tentang tiga pertanyaan di atas. (Syarah Tsalatsatul Ushul karya Syaikh Shalih bin Abdul Aziz Alu Syaikh, hal. 50)
 
Penulis selanjutnya berkata,
 
فَإِذَا قِيلَ لَكَ : مَنْ رَبُّكَ؟ فَقُلْ: رَبِّيَ اللهُ الَّذِي رَبَّانِي وَرَبَّى جَمِيعَ الْعَالَمِينَ بِنِعَمِهِ وَهُوَ مَعْبُودِي لَيْسَ لِي مَعْبُودٌ سِوَاهُ، وَالدَّلِيلُ قَوْلُهُ تَعَالَى: {الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ} [الفاتحة: 2] وكل ما سِوَى اللهِ عَالَمٌ وَأَنَا وَاحِدٌ مِنْ ذَلِكَ الْعَالَمِ.
 
Yang artinya: Jika anda ditanya siapakah Rabbmu ? Maka katakanlah Rabbku adalah yang telah mengurusku dan mengurus seluruh alam dengan segala nikmat-Nya, Dialah sesembahanku yang tidak ada sesembahan kecuali Dia, dalilnya adalah firman Allah subhanahu wa ta'ala yang artinya: "Segala puji hanya milik Allah Rabb sekalian alam, segala sesuatu selain Allah adalah alam dan aku adalah salah satu dari alam tersebut".
 
Ikhwah sekalian, ada beberapa kalimat yang akan saya jelaskan dari perkataan penulis di atas:
 
Pertama, kalimat:
"Rabbku adalah yang telah mengurusku dan mengurus seluruh alam dengan segala nikmat-Nya"
 
Jadi kalimat Rabbku yaitu yang mengurusku, di antara makna Rububiyah atau mengaturnya Allah subhanahu wa ta'ala yang paling penting adalah bahwa Allah subhanahu wa ta'ala mengutus para Rasul dan menurunkan kitab-kitab-Nya kepada manusia, di dalamnya ada cahaya bagi kehidupan.
 
Jadi perhatian Allah, mengurus-Nya Allah kepada manusia yang paling penting bahwa Allah subhanahu wa ta'ala mengutus para rasul menurunkan kitab-kitab-Nya sebagai cahaya bagi kehidupan manusia, Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
 
قُلۡ بِفَضۡلِ ٱللهِ وَبِرَحۡمَتِهِۦ فَبِذَٰلِكَ فَلۡيَفۡرَحُواْ هُوَ خَيۡرٞ مِّمَّا يَجۡمَعُونَ  
 
“Katakanlah: "Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”. (Yunus [10]: 58).
 
Selanjutnya ikhwah sekalian, Rabb itu sendiri mengandung seluruh makna Rububiyyah, yakni menciptakan, mengatur dan memiliki. Jadi Allah adalah Rabb kami, yang menciptakan kami, yang mengatur kami dan memiliki kami, yang mengurus kami semua, tapi nilai rububiyah yang paling penting bahwa Allah subhanahu wa ta'ala mengutus para Rasul kepada kita dan menurunkan Kitab-kitab-Nya.
 
Kedua, kalimat:
“Dialah sesembahanku yang tidak ada sesembahan kecuali Dia”.
 
Inilah Allah, Allah adalah Rabb kita, yang telah menciptakan kita, yang telah mengurus kita, kemudian Allah subhanahu wa ta'ala adalah sesembahan kita yang tidak ada sesembahan kecuali Dia.
 
Ikhwah sekalian, selanjutnya penulis rahimahullah mengenalkan kita tentang Allah bahwa, Dialah sesembahan kita semua, tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Allah subhanahu wa ta'ala.
 
Ini sebenarnya perkara paling penting dalam mengenal Allah subhanahu wa ta'ala, bahwa Allah adalah sesembahan kita yang tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah, bahkan ikhwah sekalian, inilah inti daripada Tauhid dan makna pokok dari kalimat Laa Ilaha Illallah, karena itulah sebagian ulama ketika mendefinisikan Tauhid berkata: “Tauhid adalah mengesakan Allah dalam ibadah”.  
 
Ketiga, kalimat:
"Dalilnya adalah firman Allah subhanahu wa ta'ala: “Segala puji hanya milik Allah Rabb sekalian alam”.
 
Maksudnya bahwa, dalil tentang Allah subhanahu wa ta'ala sebagai Rabb adalah firman Allah subhanahu wa ta'ala dalam surat al-Fatihah:
 
ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ  
 
“Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.” (Al-Fatihah [1]: 2).
 
Jadi ikhwah sekalian, dari penjelasan (uraian) di atas ada beberapa kesimpulan penting:
1) Kita mengenal Allah bahwa, Allah adalah Rabb yang menciptakan kita, Allah adalah Rabb yang mengatur dan memiliki alam semesta, kemudian kita mengenal Allah bahwa Allah subhanahu wa ta'ala sesembahan kita, tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Allah rabbul 'alamin.
2) Diantara makna Rububiyyah yang sangat agung adalah bahwa Allah lah yang membimbing kita, yakni dengan diutusnya para Rasul dan diturunkannya kitab-kitab.
3) Inti daripada Tauhid adalah mengesakan Allah subhanahu wa ta'ala dalam ibadah (Tauhid Uluhiyah).
 
Ikhwah sekalian demikianlah materi yang bisa saya sampaikan, mudah-mudahan bisa dipahami dengan baik.
 
Akhukum fillah,
Abu Sumayyah Beni Sarbeni

 



1.     Jika ditanyakan kepadamu apakah tiga landasan yang wajib diketahui oleh seluruh manusia? Maka jawablah ...
    A.     Mengenal Rabbnya, Nabinya Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dan shahabatnya
    B.     Mengenal Rabbnya, para Nabi dan Nabinya Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam
    C.     Mengenal Nasabnya, agamanya dan Nabinya Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam
    D     Mengenal Rabbnya, agamanya dan Nabinya Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam
    
Kunci Jawaban : D

2.     "Taklid tidak sah dalam jawaban tiga pertanyaan di atas"

Siapakah ulama yang menyatakan hal tersebut ...
    A.     Syaikh Abdul Aziz bin Baaz
    B     Syaikh Shalih Alu Syaikh
    C.     Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan
    D.     Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin
    
Kunci Jawaban : B

3.     Berikut ini hal-hal yang terkandung dalam makna Rububiyah, yakni ...
    A.     menciptakan
    B.     mengatur
    C.     memiliki
    D     semua jawaban benar
    
Kunci Jawaban : D

4.     Nilai Rububiyah yang paling penting bahwa Allah subhanahu wa ta'ala ...
    A.     Menciptakan alam semesta
    B.     Memberikan rezeki kepada seluruh makhluk
    C.     Mengatur siang dan malam di alam semesta
    D     Mengutus para Rasul dan menurunkan kitab-kitab-Nya kepada manusia
    
Kunci Jawaban : D

5.     Allah adalah sesembahan kita yang tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah, inilah inti dari Tauhid dan makna pokok dari kalimat Laa Ilaha Illallah. Oleh karenanya sebagian ulama ketika mendefinisikan Tauhid, berkata ...
    A.     Tauhid adalah mengesakan Allah dalam rububiyah
    B     Tauhid adalah mengesakan Allah dalam ibadah
    C.     Tauhid adalah mengesakan Allah dalam nama-nama-Nya
    D.     Tauhid adalah mengesakan Allah dalam sifat-sifat-Nya
    
Kunci Jawaban : B

Makna Al Hanifiyyah #3

Makna Al Hanifiyyah #3


بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين أمَّا بعد
 
Ikhwah sekalian di grup whatsApp Belajar Islam, yang semoga dimuliakan oleh Allah subhanahu wa ta'ala, pada pertemuan ini akan saya sampaikan perkataan penulis tentang al-Hanifiyyah bagian ke-3
 
Penulis rahimahullah berkata:
 
وأعظم ما أمر الله به: التوحيد، وهو إفراد الله بالعبادة وأعظم ما نهى عنه: الشرك وهو دعوة غيره معه
 
"Perintah Allah subhanahu wa ta'ala paling agung adalah Tauhid, yakni mengesakan Allah subhanahu wa ta'ala dalam ibadah, dan larangan Allah paling besar adalah syirik, yakni beribadah kepada selain Allah bersama-Nya”.
 
Penjelasan:
 
Selanjutnya penulis menegaskan kembali tentang pentingnya Tauhid, ia merupakan perintah dan hak Allah subhanahu wa ta'ala paling agung sebagaimana dijelaskan dalam hadits Muadz bin Jabal radhiyallahu ta'ala anhu.
 
Yakni hadits ketika Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya kepada Muadz, يا معاذ, أ تدرى ما حق الله على عباد ؟ , Wahai Muadz apakah hak Allah yang menjadi kewajiban atas hamba-Nya, kemudian dijelaskan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwa حق الله على عباد أن يعبدوه ولا يشركو به شيأ hak Allah atas hamba-Nya bahwasannya mereka beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya.
 
Kemudian penulis pun menegaskan tentang makna Tauhid, yakni إفراد الله بالعبادة beribadah hanya kepada Allah, inilah inti Tauhid, tidak sebagaimana dikatakan oleh ahli kalam bahwa inti Tauhid adalah meyakini bahwa hanya Allah maha pencipta.
 
Jadi inti Tauhid adalah beribadah hanya kepada Allah saja, bukan keyakinan Allah sebagai pencipta karena jika Tauhid hanya keyakinan sesungguhnya hanya Allah yang Maha Menciptakan, maka keyakinan ini pun diyakini oleh orang-orang kuffar Quraisy sebagaimana yang dijelaskan oleh Allah di dalam Al-Quran,
 
وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللهُ
 
"Seandainya engkau (Muhammad) bertanya kepada mereka siapa yang telah menciptakan langit dan bumi, niscaya mereka semua akan menjawab: Allah". (QS. Az-Zumar:38)
 
Jadi sekali lagi inti Tauhid adalah beribadah hanya kepada Allah subhanahu wa ta'ala.jadi kesimpulan pentingnya Ikhwah sekalian :
 
1) Kita diperintahkan untuk mengikuti agama Nabi Ibrahim ‘alaihis salam secara khusus.
2) Sebutan untuk agama Nabi Ibrahim 'alaihis salam adalah al-Hanifiyyah.
3) Inti ajaran Al-Hanifiyyah adalah Tauhid, dan ini pula inti risalah seluruh para Nabi.
4) Nabi Ibrahim 'alaihis salam adalah abul Anbiya (bapaknya para Nabi)
5) Tauhid itu menetapkan ibadah hanya kepada Allah dan berlepas diri dari segala peribadatan kepada selain Allah. Ialah dua rukun Tauhid, yakni itsbat (menetapkan ibadah hanya kepada Allah) dan Nafyi (menafikan/meniadakan peribadahan ibadah kepada selain Allah).
6) Orang yang sebatas mengakui kekuasaan Allah, akan tetapi tidak menetapkan ibadah hanya kepada Allah saja, maka orang itu tidak dinamakan bertauhid.
7) Kalimat Tauhid adalah Laa Ilaha Illallah.
 
Ikhwah sekalian demikianlah materi yang bisa saya sampaikan, mudah-mudahan apa yang saya sampaikan dapat dipahami dengan baik.
 
Akhukum fillah,
Abu Sumayyah Beni Sarbeni



1.     Berikut ini perkataan penulis, kecuali ...
    A.     Perintah Allah subhanahu wa ta'ala paling agung adalah Tauhid
    B.     Yakni mengesakan Allah subhanahu wa ta'ala dalam ibadah
    C.     Larangan Allah paling besar adalah syirik
    D     Juga harus menafikan sesembahan selain Allah
    
Kunci Jawaban : D

2.  Perintah dan hak Allah subhanahu wa ta'ala paling agung adalah ...
    A.     Membangun keluarga sakinah
    B     Tauhid
    C.     Berakhlak baik sesama manusia
    D.     Berbakti kepada orangtua
    
Kunci Jawaban : B

3.     Yang dimaksud dengan syirik adalah ...
    A.     beribadah hanya kepada Allah
    B.     menafikkan ibadah kepada selain Allah
    C.     menjauhi thagut
    D     beribadah kepada selain Allah bersama-Nya
    
Kunci Jawaban : D

4.     Sebutan untuk agama Nabi Ibrahim 'alaihis salam adalah ....
    A.     al-Hambaliyyah
    B     al-Hanifiyyah
    C.     al-Malikiyyah
    D.     Asy-Syafi'iyyah
    
Kunci Jawaban : B

5.   Ada berapakah rukun Tauhid ?
    A.     1
    B.     2
    C     3
    D.     4
    
Kunci Jawaban : B

Makna Al Hanifiyyah #2

 Makna Al Hanifiyyah #2


بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين أمَّا بعد
 
Ikwah sekalian di grup whatsapp Belajar Islam, yang semoga dimuliakan oleh Allah subhanahu wa ta'ala, pada pertemuan ini akan saya sampaikan perkataan penulis tentang Al-Hanifiyyah bagian ke-2, penulis rahimahullah berkata :
 
وبذلك أمر الله جميع الناس، وخلقهم لها، كما قال تعالى: {وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالأِنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُونِ}. ومعنى يعبدون: يوحدون
 
"Dan dengan itulah Allah memerintah seluruh manusia, Allah menciptakan mereka untuk itu, sebagaimana yang Allah subhanahu wa ta'ala firmankan :"Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka beribadah kepada-Ku". Dan arti (يعبدون) beribadah kepada-Ku maksudnya adalah mentauhidkan-Ku"
 
Penjelasan:
Ikhwah sekalian, maksud dari perkataan penulis di atas bahwa inti dari perintah Allah subhanahu wa ta'ala adalah beribadah hanya kepada-Nya dan menafikan segala ibadah kepada selain-Nya, inilah hak Allah subhanahu wa ta'ala yang paling agung.
 
Sebagaimana yang diceritakan Sahabat yang mulia Muadz bin Jabal radhiyallahu anhu, suatu hari aku dibonceng oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam di atas seekor keledai yang namanya Ufair, beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya kepadaku: “Ya Muadz, apakah kau tahu hak Allah yang wajib ditunaikan oleh hamba-Nya ? dan apakah hak hamba yang pasti dipenuhi oleh Allah subhanahu wa ta'ala ?” jawabku: “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu”.
 
Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Hak Allah yang wajib dipenuhi oleh hamba-Nya adalah bahwa mereka beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, adapun hak hamba yang pasti Allah penuhi adalah bahwa Allah tidak akan menyiksa orang yang tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun”.
 
Lalu aku bertanya kepadanya, “Wahai Rasulullah, bolehkah aku kabarkan hal ini kepada manusia?” jawab beliau: “Jangan, khawatir mereka hanya bersandar kepadanya saja”. (Shahih, diriwayatkan oleh al-Bukhari (30) dan Muslim (7373))
 
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah beliau berkata:
“Yakni jangan kau kabarkan kepada mereka karena khawatir mereka hanya bersandar kepada yang wajib, lalu mereka tidak melakukan yang sunnah dengan semestinya. Kemudian Muadz radhiyallahu anhu mengabarkannya setelah wafat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam karena khawatir termasuk menyembunyikan ilmu”. (Syarah Riyadhus Shalihih karya Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, 3/ 325)
 
Ath-Thibi rahimahullah berkata:
“Muadz mengabarkannya padahal itu dilarang oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, karena beliau tahu bahwa larangan tersebut berubah dengan berubahnya waktu dan keadaan, pada waktu itu kaum muslimin baru masuk Islam dan tidak terbiasa dengan beragam aturan yang ada di dalamnya, kemudian setelah mereka istiqamah di atas agama, maka Muadz pun akhirnya mengabarkan hal itu, yakni setelah adanya perintah menyampaikan ilmu dan larangan menyembunyikannya”. (Mir’atul Mafatih syarah Misykatul Mashabih karya Abul Hasan al-Mubarakfuri, 1/ 90)
 
Selanjutnya menjelaskan tujuan diciptakannya manusia, yakni beribadah hanya kepada Allah juga berlepas diri dari segala kesyirikan adalah kata lain dari Tauhid itu sendiri. Ikhwah sekalian inilah materi yang bisa saya sampaikan, mudah-mudahan dapat dipahami dengan baik
 
Akhukum Fillah,
Beni Sarbeni Abu Sumayyah


1.     Berikut ini perkataan yang penulis sampaikan pada materi ini, kecuali ...
    A.     Dan arti (يعبدون) beribadah kepada-Ku maksudnya adalah mentauhidkan-Ku
    B     Sebagaimana yang Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sabdakan :"Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka beribadah kepada-Ku".
    C.     Sebagaimana yang Allah subhanahu wa ta'ala firmankan :"Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka beribadah kepada-Ku".
    D.     Dan dengan itulah Allah memerintah seluruh manusia, Allah menciptakan mereka untuk itu
    
Kunci Jawaban : B

2.     Di bawah ini merupakan hak Allah yang wajib ditunaikan oleh hamba-Nya...
    A.     Beribadah hanya kepada-Nya
    B.     Menafikan segala ibadah kepada selain-Nya
    C.     Berbakti kepada orang tua
    D     A dan B benar
    
Kunci Jawaban : D

3.     Siapakah sahabat yang meriwayatkan hadits tentang hak Allah yang wajib dipenuhi oleh hamba-Nya pada materi ini ?
    A.     Ibnu Mas'ud
    B.     Abdullah bin 'Abbas
    C     Muadz bin Jabal
    D.     Abu Hurairah
    
Kunci Jawaban : C

4.     Apakah hak hamba yang pasti dipenuhi oleh Allah subhanahu wa ta'ala ?
    A     Allah tidak akan menyiksa orang yang menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun
    B.     Nabi akan menyiksa orang yang tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun
    C.     Allah akan menyiksa orang yang tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun
    D.     Allah tidak akan menyiksa orang yang tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun
    
Kunci Jawaban : D

5.     Di bawah ini termasuk perkataan Ath-Thibi rahimahullah, kecuali ...
    A.     Muadz mengabarkannya padahal itu dilarang oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, karena beliau tahu bahwa larangan tersebut berubah dengan berubahnya waktu dan keadaan
    B.     Pada waktu itu kaum muslimin baru masuk Islam dan tidak terbiasa dengan beragam aturan yang ada di dalamnya
    C     Yakni jangan kau kabarkan kepada mereka karena khawatir mereka hanya bersandar kepada yang wajib
    D.     Setelah mereka istiqamah di atas agama, maka Muadz pun akhirnya mengabarkan hal itu, yakni setelah adanya perintah menyampaikan ilmu dan larangan menyembunyikannya
    
Kunci Jawaban : C

Makna Al Hanifiyyah #1

              
Makna Al Hanifiyyah #1


بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين أمَّا بعد
 
Ikwah sekalian di grup whatsapp Belajar Islam, yang semoga dimuliakan oleh Allah subhanahu wa ta'ala, pada pertemuan ini akan saya jelaskan perkataan penulis tentang Al-Hanifiyyah, Ini adalah penjelasan bagian pertama, penulis rahimahullah berkata :
 
اعلم أرشدك الله لطاعته، أن الحنيفية ملة إبراهيم : أن تعبد الله وحده مخلصا له الدين
 
"Ketahuilah, semoga Allah memberikan kepadamu hidayah agar selalu taat kepada-Nya, bahwa Al-Hanifiyyah yakni Agama Ibrahim itu adalah anda beribadah hanya kepada Allah seraya mengikhlaskan ketaatan untuk-Nya"
 
Ikhwah sekalian, pada kalimat di atas, penulis menjelaskan tentang Al-Hanifiyyah yakni misi (risalah) yang dibawa oleh Nabi Ibrahim 'alaihi wa sallam sebagai Abul Anbiya atau bapaknya para Nabi, demikian pula ialah risalah yang dibawa oleh Baginda Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam yang tentunya umatnya pun diperintah untuk mengikuti risalah atau agama tersebut.
 
Allah subhanahu wa ta'ala dalam surat An Nahl ayat 123, Allah berfirman:
 
ثُمَّ أَوۡحَيۡنَآ إِلَيۡكَ أَنِ ٱتَّبِعۡ مِلَّةَ إِبۡرَٰهِيمَ حَنِيفٗاۖ وَمَا كَانَ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ  ١٢٣
 
“Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): "Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif" dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan”. (An-Nahl [16]: 123).
 
Jadi Al-Hanifiyyah itu diambil dari kata "Ibrahim seorang yang hanif" pertanyaan selanjutnya : Lalu apa inti dari agama Nabi Ibrahim 'alaihis salam ? Jawabannya adalah ayat berikut, yakni Surat Az-zukhruf : 26-27 Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
 
 
وَإِذۡ قَالَ إِبۡرَٰهِيمُ لِأَبِيهِ وَقَوۡمِهِۦٓ إِنَّنِي بَرَآءٞ مِّمَّا تَعۡبُدُونَ  ٢٦ إِلَّا ٱلَّذِي فَطَرَنِي فَإِنَّهُۥ سَيَهۡدِينِ  ٢٧
 
“Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: "Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu sembah. tetapi (aku menyembah) Tuhan Yang menjadikanku; karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku”. (az-Zukhruf [43]: 26-27)
 
Ikhwah sekalian, agama yang dibawa atau didakwahkan oleh Nabi Ibrahim kepada bapak dan kaumnya adalah :
Pertama, (إِنَّنِي بَرَآءٞ مِّمَّا تَعۡبُدُونَ) "Aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kalian sembah", yakni sikap berlepas diri dari segala yang diibadahi selain Allah subhanahu wa ta'ala. Karena itu kalimat selanjutnya (إِلَّا ٱلَّذِي فَطَرَنِي فَإِنَّهُۥ سَيَهۡدِين) "Tetapi aku menyembah Tuhan yang telah menjadikanku, Tuhan yang telah menciptakanku yakni Allah Rabbul 'alamin".
 
Jadi dalam kalimat pertama Nabi Ibrahim 'alaihis salam berlepas diri dari segala yang disembah oleh bapak dan kaumnya dan dalam kalimat yang kedua Nabi Ibrahim 'alaihis salam menetapkan ibadah hanya untuk Allah subhanahu wa ta'ala. Karena itulah kalimat di atas semakna dengan firman Allah subhanahu wa ta'ala dalam surat An Nahl ayat 36 :
 
 وَلَقَدۡ بَعَثۡنَا فِي كُلِّ أُمَّةٖ رَّسُولًا أَنِ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ وَٱجۡتَنِبُواْ ٱلطَّٰغُوتَۖ
 
“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”. (An-Nahl [16]: 36)
 
Inilah yang didakwakan oleh para Nabi, jadi ayat di atas menunjukkan dakwahnya para Rasul yakni ibadah hanya kepada Allah dan berlepas diri dari Thagut yakni segala sesuatu yang disembah selain Allah.
 
Walhasil, kesimpulannya Ikhwah sekalian, Al-Hanifiyyah itu adalah Agama Tauhid yang diringkas dalam kalimatnya yang agung yakni (لا إله إلا الله Laa ilaaha illallah, tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah, kalimat (لا إله) Laa Ilaaha tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar, inilah sikap berlepas diri dari segala sesuatu yang diibadahi selain Allah, adapun (إلا الله) Illallah adalah sikap menetapkan bahwa yang berhak diibadahi hanyalah Allah subhanahu wa ta'ala.
 
Jadi itulah Al-Hanifiyyah, misi yang dibawa atau risalah yang dibawa oleh Nabi Ibrahim 'alaihis salam demikian pula yang dibawa oleh Baginda Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam bahkan oleh seluruh para Rasul
 
Ikhwah sekalian, demikianlah materi yang bisa saya sampaikan, mudah-mudahan dapat dipahami dengan baik dan tentunya bermanfaat.
 
Akhukum Fillah,
Beni Sarbeni Abu Sumayyah


1.    Apa yang dimaksud dengan Al-Hanifiyyah ?
    A.     Risalah yang dibawa oleh firqah sesat
    B.     Risalah yang dibawa oleh Hanif
    C.     Risalah yang dibawa oleh Jama'ah Hanif
    D     Risalah yang dibawa oleh Nabi Ibrahim 'alaihis salam
    
Kunci Jawaban : D

2.    “Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): "................ seorang yang hanif" dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan”. (An-Nahl [16]: 123)
    A.     Ikutilah agama nenek moyang
    B.     Ikutilah Agama Isa
    C.     Ikutilah Agama Nuh
    D     Ikutilah Agama Ibrahim
    
Kunci Jawaban : D

3.   Al-Hanifiyyah itu diambil dari kata ...
    A.     Musa seorang yang hanif
    B.     Nuh seorang yang hanif
    C.     Isa seorang yang hanif
    D     Ibrahim seorang yang hanif
    
Kunci Jawaban : D

4.     Berikut ini adalah agama yang didakwahkan oleh Nabi Ibrahim kepada bapak dan kaumnya, yakni ....
    A.     Hanya menyembah Allah Rabbul 'alamin
    B.     Sikap berlepas diri dari segala yang diibadahi selain berhala
    C.     Sikap berlepas diri dari segala yang diibadahi selain Allah subhanahu wa ta'ala
    D     A dan C benar
    
Kunci Jawaban : D

5.     Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "......... , dan......... Thaghut itu”. (An-Nahl [16]: 36)
 
Jawablah titik-titik di atas secara berurutan ...
 
    A.     Puasalah, jauhilah
    B.     Shalatlah, jauhilah
    C     Sembahlah Allah (saja), jauhilah
    D.     Sembahlah Allah (saja), dekatilah
    
Kunci Jawaban : C

Tidak boleh berloyal kepada orang yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya

 Tidak boleh berloyal kepada orang yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya


بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين أمَّا بعد
 
Ikwah sekalian di grup whatsapp Belajar Islam, yang semoga dimuliakan oleh Allah subhanahu wa ta'ala, pada pertemuan ini kita masih membahas tiga perkara yang wajib dipelajari dan diamalkan, kali ini adalah bagian yang ketiga:
 
Penulis rahimahullah berkata:
 
الثالثة: أن من أطاع الرسول ووحد الله لا يجوز له موالاة من حاد الله ورسوله، ولو كان أقرب قريب. والدليل قوله تعالى: {لا تَجِدُ قَوْماً يُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ
 
“Ketiga: sungguh, orang yang taat kepada Rasul dan mentauhidkan Allah, tidak boleh bagi mereka berloyal kepada orang yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya, walaupun dia adalah sedekat-dekatnya kerabat, dalilnya adalah firman Allah subhanahu wa ta'ala (yang artinya): “Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka (QS Al-Mujadilah : 22).
 
Ikhwah sekalian, Inilah masalah ketiga yang wajib dipelajari dan wajib diamalkan bahwa, tidak boleh memberikan loyalitas kepada orang yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya, walaupun dia adalah kerabat yang sangat dekat.
 
Dalam pernyataan penulis di atas ada beberapa penjelasan penting:
 
Pertama, kalimat: “Sungguh, orang yang taat kepada Rasul dan mentauhidkan Allah, tidak boleh bagi mereka berloyal kepada orang yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya, walaupun dia adalah sedekat-dekatnya kerabat”.
 
Ikhwah sekalian, loyalitas secara umum terbagi menjadi dua, yakni Tawalli dan Muwalah:
 
Pertama, Tawalli.
 
Tawalli adalah loyalitas dalam bentuk mencintai kesyirikan dan pelaku kesyirikan, atau seseorang tidak mencintai kesyirikan akan tetapi dia membela pelaku kesyirikan melawan muslim dengan tujuan menangnya kesyirikan di atas Islam. Hukum Tawalli adalah kekufuran yang bisa menjadikan pelakunya keluar dari Islam. (Syarah Tsalatsatul Ushul oleh Syaikh Shalh Alu Syaikh, hal: 41)
 
Dalilnya adalah firman Allah subhanahu wa ta'ala:
 
۞يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تَتَّخِذُواْ ٱلۡيَهُودَ وَٱلنَّصَٰرَىٰٓ أَوۡلِيَآءَۘ بَعۡضُهُمۡ أَوۡلِيَآءُ بَعۡضٖۚ وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمۡ فَإِنَّهُۥ مِنۡهُمۡۗ إِنَّ ٱللهَ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلظَّٰلِمِينَ ٥١
 
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim”. (QS. Al-Maidah : 51)
 
Yang Kedua adalah muwalah.
 
Yakni mencintai seorang musyrik karena dunia mereka tanpa ada unsur membela mereka (Syarah Tsalatsatul Ushul oleh Syaikh Shalh Alu Syaikh, hal: 41 – cetakan Maktabah Darul Hijaz 1433 H), hukumnya haram dan merupakan kemaksiatan. Dalilnya adalah firman Allah subhanahu wa ta'ala:
 
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تَتَّخِذُواْ عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمۡ أَوۡلِيَآءَ تُلۡقُونَ إِلَيۡهِم بِٱلۡمَوَدَّةِ
 
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kalian sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang…..” (Al-Mumtahanah [60]: 1)
 
Misalnya : mencintai seorang pemain sepakbola yang kafir karena kemampuannya dalam bermain sepakbola, nah ini hukumnya haram dan merupakan kemaksiatan. Adapun mencintai seseorang karena kekerabatannya, maka itu tidak termasuk muwalah yang diharamkan.
 
Asy-syaikh Shalih alu Syaikh dalam kitabnya Ithafus Sa’il, beliau berkata:
 
“Hendaklah diketahui bahwa loyalitas kepada orang kafir itu ada tiga tingkatan: Pertama, berloyal dan mencintai kafir karena kekufurannya. Tentunya ini adalah kekufuran. Kedua, berloyal kepada kafir, mencintai dan memuliakannya karena urusan dunia (secara mutlak), ini tidak boleh dan diharamkan. Ketiga, loyalitas yang diberikan karena membalas kebaikan atau kekerabatan, maka cinta yang tumbuh dan perbuatan baik atau yang serupa dengannya untuk yang bukan kafir harbi adalah sebuah rukhshah (keringanan yang dibolehkan)”. (Ithafus Sa’il bima fit Thahawiyah min Masail, hal: 583 – al-Maktabah asy-Syamilah)
 
Ikhwah sekalian inilah materi yang bisa saya sampaikan, mudah-mudahan dipahami dengan baik dan bermanfaat.
 
Akhukum fillah,
Abu Sumayyah Beni Sarbeni



1.     Apa yang dimkasud dengan Tawalli ?
    A.     Loyalitas dalam bentuk mencintai kesyirikan dan pelaku kesyirikan
    B.     Seseorang tidak mencintai kesyirikan akan tetapi dia membela pelaku kesyirikan melawan muslim dengan tujuan menangnya kesyirikan di atas Islam
    C.     Yakni mencintai seorang musyrik karena dunia
    D     A dan B benar
    
Kunci Jawaban : D

2.     Apa hukum Tawalli ?
    A.     Mubah
    B.     Makruh
    C.     Sunnah
    D     Kekufuran yang bisa menjadikan pelakunya keluar dari Islam
    
Kunci Jawaban : D

3.     Apa yang dimaksud dengan Muwalah ?
    A.     Loyalitas dalam bentuk mencintai kesyirikan dan pelaku kesyirikan
    B.     Seseorang tidak mencintai kesyirikan akan tetapi dia membela pelaku kesyirikan melawan muslim dengan tujuan menangnya kesyirikan di atas Islam
    C     Yakni mencintai seorang musyrik karena dunia mereka tanpa ada unsur membela mereka
    D.     Semua jawaban benar
    
Kunci Jawaban : C

4.     Apa hukum muwalah ?
    A.     Mubah
    B.     Makruh
    C     Haram
    D.     Sunnah
    
Kunci Jawaban : C

5.     Asy-syaikh Shalih alu Syaikh membagi loyalitas kepada orang kafir menjadi berapa tingkatan ?
    A.     1
    B.     2
    C     3
    D.     4
    
Kunci Jawaban : C

Tentang Perkara Kedua - Allah Tidak Ridha Dipersekutukan Dengan Apapun

Tentang Perkara Kedua - Allah Tidak Ridha Dipersekutukan Dengan Apapun


بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين أمَّا بعد
 
Ikhwah sekalian di grup whatsapp Belajar Islam, yang semoga dimuliakan oleh Allah subhanahu wa ta'ala, pada pertemuan ini akan saya sampaikan penjelasan Tiga perkara yang wajib dipelajari dan diamalkan, yakni bagian kedua:
 
Penulis rahimahullah berkata:
 
الثانية: أن الله لا يرضى أن يشرك معه أحد في عبادته، لا ملك مقرب ولا نبي مرسل. والدليل قوله تعالى: {وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلا تَدْعُو مَعَ اللَّهِ أَحَداً}
 
Kedua: sungguh Allah subhanahu wa ta'ala tidak ridho disekutukan dengan sesuatu apa pun dalam ibadah kepada-Nya, tidak dengan malaikat yang dekat, tidak pula dengan seorang Nabi yang menjadi Rasul. Dalilnya adalah firman Allah subhanahu wa ta'ala (yang artinya):  “Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah”. (Al-Jin [72]: 18).
 
Pertama, kalimat:
 
“Sungguh Allah subhanahu wa ta'ala tidak ridho disekutukan dengan sesuatu apa pun dalam ibadah kepada-Nya”.
 
Ibadah hanya kepada Allah, inilah tujuan kita diciptakan. Oleh karena itu, dalam masalah kedua ini penulis menyampaikan bahwa, Allah subhanahu wa ta'ala tidak ridha disekutukan dengan apa pun juga, baik dengan malaikat yang dekat maupun dengan seorang Nabi yang menjadi Rasul. dalilnya adalah firman Allah subhanahu wa ta'ala berikut :
 
وَأَنَّ ٱلۡمَسَٰجِدَ لِلهِ فَلَا تَدۡعُواْ مَعَ ٱللهِ أَحَدٗا ١٨
 
“Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kalian menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah”. (Al-Jin [72]: 18)
 
Allah subhanahu wa ta'ala menggunakan kalimat (فَلَا تَدۡعُواْ مَعَ ٱللهِ أَحَدٗا), kata Tad’u makna asalnya adalah “janganlah kalian berdo’a kepada selain Allah”, hanya saja do’a dalam ayat tersebut ada dua macam;
 
Pertama: Do’a dalam arti ibadah-ibadah yang kita lakukan seperti shalat, puasa, zakat dan yang lainnya.
 
Kedua: Do’a Mas’alah, yakni do’a yang biasa kita sebut dengan kata do’a yang artinya meminta, walaupun do’a dalam arti meminta ini pun sejatinya adalah ibadah kita kepada Allah. Jadi simpulnya, ayat tersebut mengandung larangan berbuat syirik kepada Allah subhanahu wa ta'ala.
 
Kedua, Kalimat:
 
“Tidak dengan malaikat yang dekat, tidak pula dengan seorang Nabi yang menjadi Rasul”.
 
Jelasnya, terkadang manusia menduga bahwa, ketika seorang hamba sangat tinggi kedudukannya di sisi Allah subhanahu wa ta'ala, maka ia bisa menjadi wasilah (media) antara manusia dengan Allah subhanahu wa ta'ala seperti orang-orang yang menjadikan wali yang sudah meninggal sebagai wasilah. Nah dalam pernyataannya ini penulis menafikan hal itu, bahkan seandainya yang menjadi media itu adalah Malaikat yang sangat dekat dengan Allah, yakni Malaikat Jibril, demikian pula seorang Nabi yang menjadi Rasul.
 
Perlu diperhatikan dalam hal ini sebuah kaidah bahwa, setiap Rasul adalah Nabi akan tetapi tidak setiap Nabi adalah Rasul, karena itulah penulis menegaskan Nabi yang Rasul pun tidak bisa dijadikan sebagai wasilah antara seorang hamba dengan Allah.
 
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam kitabnya an-Nubuwwat berkata:   
 
“Nabi adalah orang yang diberikan kabar (wahyu) oleh Allah, lalu dia mengabarkannya kepada yang lain. Jika dia diutus kepada kaum yang menyelisihi perintah Allah untuk menyampaikan risalah itu maka dia adalah Rasul, adapun jika dia hanya mengamalkan syariat sebelumnya dan tidak diutus kepada seorang pun untuk menyampaikan risalah maka dia adalah Nabi bukan Rasul”. (An-Nubuwwat 2/ 714)
 
Dalam hal ini Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
 
وَمَآ أَرۡسَلۡنَا مِن قَبۡلِكَ مِن رَّسُولٖ وَلَا نَبِيٍّ إِلَّآ إِذَا تَمَنَّىٰٓ أَلۡقَى ٱلشَّيۡطَٰنُ فِيٓ أُمۡنِيَّتِهِۦ
 
“Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasulpun dan tidak (pula) seorang nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, syaitanpun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu”. (Al-Hajj [22]: 52)
 
Perhatikan kalimat “Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasulpun dan tidak (pula) seorang nabi”, ini adalah kalimat yang menunjukan perbedaan antara Rasul dan Nabi.
 
Jadi kembali kembali kepada permasalahan inti pernyataan penulis bahwasannya, Allah tidak ridho disekutukan dengan sesuatu apa pun bahkan disekutukan dengan seorang malaikat yang dekat atau dengan seorang nabi yang menjadi rasul, apalagi disekutukan dengan yang lainnya. Inilah inti dari perkara kedua yang ingin disampaikan oleh penulis.
 
Mudah-mudahan apa yang saya sampaikan dipahami dengan baik dan tentunya bermanfaat bagi kita semuanya.
 
Akhukum fillah,
Abu Sumayyah Beni Sarbeni


1.     “Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka .............. kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah”
    A.     Hendaknya
    B.     Selayaknya
    C.     Sepantasnya
    D     Janganlah
    
Kunci Jawaban : D

2.     Kalimat (فَلَا تَدۡعُواْ مَعَ ٱللهِ أَحَدٗا), kata Tad’u makna asalnya adalah ...
    A.     Berdo’alah kepada selain Nabi
    B     Janganlah kalian berdo’a kepada selain Allah
    C.     Berdo’alah kepada selain Rasul
    D.     Berdo’alah kepada selain Malaikat
    
Kunci Jawaban : B

3.    Bolehkah menjadikan orang-orang shalih yang sudah mati sebagai wasilah dalam berdoa ...
    A.     Boleh
    B     Tidak boleh
    C.     Sesuai tingkat kesholihannya
    D.     Sesuai keturunan
    
Kunci Jawaban : B

4.     “Nabi adalah orang yang diberikan kabar (wahyu) oleh Allah, lalu dia mengabarkannya kepada yang lain. Jika dia diutus kepada kaum yang menyelisihi perintah Allah untuk menyampaikan risalah itu maka dia adalah Rasul, adapun jika dia hanya mengamalkan syariat sebelumnya dan tidak diutus kepada seorang pun untuk menyampaikan risalah maka dia adalah Nabi bukan Rasul”

Pernyataan siapakah kalimat di atas ?
    A.     Syaikh Muhammad bin abdul Wahhab
    B.     Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah
    C     Syaikh Utsaimin
    D.     Syaikh Albani
    
Kunci Jawaban : B

5.     Di bawah ini adalah kalimat yang menunjukan perbedaan antara Rasul dan Nabi dalam surat al-Hajj ayat 52, yaitu ...
    A.     Syaitanpun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu
    B.     Melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan
    C     Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasulpun dan tidak (pula) seorang nabi
    D.     Semua jawaban salah
    
Kunci Jawaban : C
     

Tentang Perkara Pertama - Allah Yang Telah Menciptakan Kita

Tentang Perkara Pertama - Allah Yang Telah Menciptakan Kita


بسم اللّه الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين أمَّا بعد
 
Ikhwah sekalian di grup whatsApp Belajar Islam, yang semoga dimuliakan oleh Allah subhanahu wa ta'ala, pada pertemuan ini akan saya sampaikan penjelasan satu persatu dari tiga perkara yang wajib dipelajari dan diamalkan sebagaimana yang telah disampaikan teks penulis sebelumnya, bagian yang pertama:
 
Penulis mengatakan : Sungguh Allah telah menciptakan dan memberikan rizki kepada kita, Allah tidak meninggalkan kita begitu saja, akan tetapi Allah mengutus seorang Rasul kepada kita, siapa saja yang mentaatinya maka dia akan masuk surga, dan siapa saja yang bermaksiat kepadanya maka dia akan masuk neraka,
 
Dalilnya adalah firman Allah subhanahu wa ta'ala:
“Sesungguhnya Kami telah mengutus kepada kalian (hai orang kafir Mekah) seorang Rasul, yang menjadi saksi terhadap kalian, sebagaimana Kami telah mengutus (dahulu) seorang Rasul kepada Fir´aun. Maka Fir´aun mendurhakai Rasul itu, lalu Kami siksa dia dengan siksaan yang berat”. (QS. Al-Muzzammil : 15-16)
 
Penjelasan:
 
Ikhwah sekalian, Allah telah menciptakan dan memberikan rizki kepada kita, Allah pun tidak meninggalkan kita begitu saja, Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
 
أَفَحَسِبۡتُمۡ أَنَّمَا خَلَقۡنَٰكُمۡ عَبَثٗا وَأَنَّكُمۡ إِلَيۡنَا لَا تُرۡجَعُونَ ١١٥
 
“Maka apakah kalian mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kalian secara main-main (saja), dan bahwa kalian tidak akan dikembalikan kepada Kami”. (QS. Al-Mu’minun [23]: 115)
 
maka ayat di atas mengabarkan bahwa, penciptaan manusia bukan hanya main-main saja tanpa tujuan, kehidupan itu sendiri adalah ujian, yakni ujian sejauhmana seorang hamba benar-benar beribadah hanya kepada Allah subhanahu wa ta'ala.
 
Dalam ayat yang lain, Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
 
وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ ٥٦  
 
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka hanya beribadah kepada-Ku". (QS. Ad-Dzariyat [51]: 56).
 
Tujuan di atas yaitu menciptakan jin dan manusia untuk beribadah adalah tujuan yang sangat agung, tentu untuk mewujudkannya sangat butuh bimbingan, karena itulah - dengan kasih sayang-Nya - Allah subhanahu wa ta'ala mengutus para Rasul, dan menurunkan kitab-Nya.
 
Maka selanjutnya penulis mengatakan: “siapa saja yang mentaatinya maka dia akan masuk surga, dan siapa saja yang bermaksiat kepadanya maka dia akan masuk neraka”, dalilnya adalah firman Allah subhanahu wa ta'ala:
 
 إِنَّآ أَرۡسَلۡنَآ إِلَيۡكُمۡ رَسُولٗا شَٰهِدًا عَلَيۡكُمۡ كَمَآ أَرۡسَلۡنَآ إِلَىٰ فِرۡعَوۡنَ رَسُولٗا ١٥ فَعَصَىٰ فِرۡعَوۡنُ ٱلرَّسُولَ فَأَخَذۡنَٰهُ أَخۡذٗا وَبِيلٗا ١٦
 
“Sesungguhnya Kami telah mengutus kepada kalian (hai orang kafir Mekah) seorang Rasul, yang menjadi saksi terhadap kalian, sebagaimana Kami telah mengutus (dahulu) seorang Rasul kepada Fir´aun. Maka Fir´aun mendurhakai Rasul itu, lalu Kami siksa dia dengan siksaan yang berat”. (QS. Al-Muzzammil : 15-16).
 
Artinya sebagaimana Fir'aun mendurhakai Nabi Musa dengan sebabnya dia disiksa maka barangsiapa yang mendurhakai baginda Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam pun akan seperti itu nasibnya.
 
Dalam sebuah hadits yang shahih yang diriwayatkan oleh al-Imam al-Bukhari, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
 
كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبَى. قِيلَ: وَمَنْ أَبَى؟ قَالَ: مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِي فقد أَبى
 
“Seluruh umatku masuk surga kecuali yang enggan”, Nabi ditanya: “Siapa yang enggan?” jawab Nabi: “Barang siapa taat kepadaku niscaya dia akan masuk surga, dan barang siapa yang bermaksiat kepadaku, maka dialah yang enggan masuk surga”.
 
Jadi jalan yang ditempuh untuk masuk surga, bukan jalan yang sesuai dengan apa yang kita inginkan, akan tetapi jalan yang diinginkan dan dicintai oleh Allah, yang ringkasnya adalah jalan yang diajarkan oleh baginda Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam,
 
Ikhwah sekalian, rizki itu sudah dijamin oleh Allah, sementara masuk surga tidak ada jaminan dari Allah subhanahu wa ta'ala. Dalam hadits yang shahih yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dan yang lainnya. Baginda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
 
 لا تستبطئوا الرزق، فإنه لم يكن عبد ليموت حتى يبلغ آخر رزق هو له، فأجملوا في الطلب: أخذ الحلال وترك الحرام
 
“Janganlah kalian menganggap lambatnya rizki, karena tidak ada seorang pun wafat kecuali telah mendapatkan seluruh jatah rizkinya, maka carilah rizki dengan baik: mengambil yang halal dan meninggalkan yang haram”.
 
Demikianlah ikhwah sekalian materi yang bisa saya sampaikan, mudah-mudahan bisa dipahami dengan baik dan tentunya bermanfaat.
 
Akhukum fillah,
Abu Sumayyah Beni Sarbeni


1.     Berikut ini adalah perkataan penulis tentang perkara pertama, kecuali ...
    A.     Sungguh Allah telah menciptakan dan memberikan rizki kepada kita
    B     Siapa saja yang mentaatinya (Rasul) maka dia akan masuk surga
    C.     Maka apakah kalian mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kalian secara main-main (saja)
    D.     Allah tidak meninggalkan kita begitu saja, akan tetapi Allah mengutus seorang Rasul kepada kita
    
Kunci Jawaban : C

2.     ... وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ

Kelanjutan ayat tersebut di atas adalah
    A.     أَفَحَسِبۡتُمۡ أَنَّمَا خَلَقۡنَٰكُمۡ
    B.     لَا تُرۡجَعُونَ
    C     إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ
    D.     أَخۡذٗا وَبِيلٗ
    
Kunci Jawaban : C

3.     “Sesungguhnya Kami telah mengutus kepada kalian (hai orang kafir Mekah) seorang Rasul, yang menjadi saksi terhadap kalian, sebagaimana Kami telah mengutus (dahulu) seorang Rasul kepada Fir´aun. Maka Fir´aun mendurhakai Rasul itu, lalu Kami siksa dia dengan siksaan yang berat”

Ayat di atas menjadi dalil dari perkataan penulis, yaitu ...
    A     Siapa saja yang mentaatinya maka dia akan masuk surga, dan siapa saja yang bermaksiat kepadanya maka dia akan masuk neraka
    B.     Siapa saja yang mentaatinya maka dia akan masuk neraka, dan siapa saja yang bermaksiat kepadanya maka dia akan masuk surga
    C.     Sungguh Allah telah menciptakan dan memberikan rizki kepada kita
    D.     Allah tidak meninggalkan kita begitu saja
    
Kunci Jawaban : A

4.     “Seluruh umatku masuk surga kecuali yang enggan”..

Siapakah orang yang "enggan" yang dimaksud dalam hadits di atas ?
    A     Orang yang bermaksiat kepada Rasul
    B.     Orang yang taat kepada Rasul
    C.     Para Sahabat
    D.     Khalafaur Rasyidin
    
Kunci Jawaban : A

5.     “Janganlah kalian menganggap lambatnya rizki, karena tidak ada seorang pun wafat kecuali telah mendapatkan seluruh jatah rizkinya, maka carilah rizki dengan baik: mengambil yang halal dan meninggalkan yang haram”.
 
Hadits di atas menerangkan bahwa ...
    A     Rizki itu sudah dijamin oleh Allah
    B.     Rizki akan disempurnakan setelah wafat
    C.     Rizki itu belum dijamin oleh Allah
    D.     Mencari rizki dengan cara haram
    
Kunci Jawaban : A

Teks Penulis Tentang Tiga Yang Wajib Dipelajari Dan Diamalkan

Teks Penulis Tentang Tiga Yang Wajib Dipelajari Dan Diamalkan


بسم اللّه الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين أمَّا بعد
 
Ikwah sekalian di grup whatsApp Belajar Islam, yang semoga dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa ta'ala, pada pertemuan ini akan saya sampaikan teks kitab atau teks pernyataan dari penulis tentang tiga perkara yang wajib dipelajari dan diamalkan. Tiga perkara ini sebenarnya masih muqaddimah, artinya kita belum masuk ke dalam pembahasan tentang tiga perkara yang menjadi inti dari kitab ini.
 
Penulis rahimahullah berkata:
 
اعلم رحمك الله أنه يجب على كل مسلم ومسلمة تعلم ثلاث هذه المسائل، والعمل بهن. الأولى: أن الله خلقنا ورزقنا ولم يتركنا هملا، بل أرسل إلينا رسولا؛ فمن أطاعه دخل الجنة ومن عصاه دخل النار. والدليل قوله تعالى: {إِنَّا أَرْسَلْنَا إِلَيْكُمْ رَسُولاً شَاهِداً عَلَيْكُمْ كَمَا أَرْسَلْنَا إِلَى فِرْعَوْنَ رَسُولاً فَعَصَى فِرْعَوْنُ الرَّسُولَ فَأَخَذْنَاهُ أَخْذاً وَبِيلاً} الثانية: أن الله لا يرضى أن يشرك معه أحد في عبادته، لا ملك مقرب ولا نبي مرسل. والدليل قوله تعالى: {وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلا تَدْعُو مَعَ اللَّهِ أَحَداً} الثالثة: أن من أطاع الرسول ووحد الله لا يجوز له موالاة من حاد الله ورسوله، ولو كان أقرب قريب. والدليل قوله تعالى: {لا تَجِدُ قَوْماً يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ }
 
Ketahuilah – semoga Allah merahmatimu – bahwa, wajib atas setiap muslim dan muslimah untuk mempelajari tiga masalah berikut dan mengamalkannya.
 
Pertama: Sungguh Allah telah menciptakan dan memberikan rizki kepada kita, Allah tidak meninggalkan kita begitu saja, akan tetapi Allah mengutus seorang Rasul kepada kita, siapa saja yang mentaatinya maka dia akan masuk surga, dan siapa saja yang bermaksiat kepadanya maka dia akan masuk neraka.
 
Dalilnya adalah firman Allah subhanahu wa ta'ala:
“Sesungguhnya Kami telah mengutus kepada kamu (hai orang kafir Mekah) seorang Rasul, yang menjadi saksi terhadapmu, sebagaimana Kami telah mengutus (dahulu) seorang Rasul kepada Fir´aun. Maka Fir´aun mendurhakai Rasul itu, lalu Kami siksa dia dengan siksaan yang berat”. (QS. Al-Muzzammil : 15-16).
 
Kedua: Sungguh Allah subhanahu wa ta'ala tidak ridho disekutukan dengan sesuatu apa pun dalam ibadah kepada-Nya, tidak dengan malaikat yang dekat, tidak pula dengan seorang Nabi yang menjadi Rasul.
 
Dalilnya adalah firman Allah subhanahu wa ta'ala (yang artinya):
“Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah”. (QS. Al-Jin : 18).
 
Ketiga: Sungguh, orang yang taat kepada Rasul dan mentauhidkan Allah, tidak boleh bagi mereka berloyal kepada orang yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya, walaupun dia adalah sedekat-dekatnya kerabat,
 
Dalilnya adalah firman Allah subhanahu wa ta'ala (yang artinya):
“Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. (QS. Al-Mujadilah : 22)
 
Ikhwah sekalian, Inilah pernyataan penulis tentang tiga perkara yang wajib dipelajari dan diamalkan oleh seorang muslim. InsyaAllah pada pertemuan selanjutnya akan kita jelaskan satu persatu.
 
Akhukum fillah,
Abu Sumayyah Beni Sarbeni



1.     Berikut ini adalah masalah pertama yang disampaikan oleh penulis, kecuali ...
    A     Sungguh Allah telah menciptakan dan memberikan rizki kepada kita
    B.     Allah tidak meninggalkan kita begitu saja akan tetapi Allah mengutus seorang Rasul kepada kita
    C.     Siapa saja yang mentaatinya (Rasul) maka dia akan masuk surga dan siapa saja yang bermaksiat kepadanya maka dia akan masuk neraka
    D.     Sungguh Allah subhanahu wa ta'ala tidak ridho disekutukan dengan sesuatu apa pun dalam ibadah kepada-Nya
    
Kunci Jawaban : D

2.     Apa dalil untuk masalah pertama di atas ?
    A.     QS. Al-Muzzammil : 9-10
    B.     QS. Al-Muzzammil : 11-12
    C.     QS. Al-Muzzammil : 13-14
    D     QS. Al-Muzzammil : 15-16
    
Kunci Jawaban : D

3.     Berikut ini adalah masalah kedua yang disampaikan penulis, kecuali ...
    A.     Sungguh Allah subhanahu wa ta'ala tidak ridho disekutukan dengan sesuatu apa pun dalam ibadah kepada-Nya
    B.     Tidak (disekutukan) dengan malaikat yang dekat
    C.     Tidak pula (disekutukan) dengan seorang Nabi yang menjadi Rasul
    D     Walaupun dia adalah sedekat-dekatnya kerabat
    
Kunci Jawaban : D

4.   Apa dalil untuk masalah kedua ?
    A.     إِنَّا أَرْسَلْنَا إِلَيْكُمْ رَسُولاً شَاهِداً عَلَيْكُمْ
    B     وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلا تَدْعُو مَعَ اللَّهِ أَحَداً
    C.     فَعَصَى فِرْعَوْنُ الرَّسُولَ
    D.     لا تَجِدُ قَوْماً يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ
    
Kunci Jawaban : B

5.    Berikut ini adalah masalah ketiga yang disampaikan penulis, yaitu ...
    A     Sungguh, orang yang taat kepada Rasul dan mentauhidkan Allah, tidak boleh bagi mereka berloyal kepada orang yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya, walaupun dia adalah sedekat-dekatnya kerabat
    B.     Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah
    C.     Sungguh Allah subhanahu wa ta'ala tidak ridho disekutukan dengan sesuatu apa pun dalam ibadah kepada-Nya
    D.     Sesungguhnya Kami telah mengutus kepada kamu (hai orang kafir Mekah) seorang Rasul, yang menjadi saksi terhadapmu
    
Kunci Jawaban : A

Tentang Dalil Empat Perkara Yang Disebutkan Penulis (bag.2)

 Tentang Dalil Empat Perkara Yang Disebutkan Penulis (bag.2)


بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين أمَّا بعد
 
Ikhwah sekalian di grup whatsApp Belajar Islam, yang semoga dimuliakan oleh Allah subhanahu wa ta'ala, pada pertemuan sebelumnya sudah saya sampaikan penjelasan dalil empat prinsip hidup seorang muslim untuk bagian pertama, faidah selanjutnya yaitu faidah yang kedua:
 
Penulis rahimahullah berkata:
 
“Imam asy-Syafi'i rahimahullah berkata: “Seandainya Allah tidak menurunkan hujjah kepada makhluk-Nya kecuali surat tersebut, niscaya surat tersebut sudah cukup menjadi hujjah”.
 
Ikhwah sekalian,
Imam asy-Syafi'i adalah Imam Mazhab dengan nama asli Muhammad bin Idris as-Syafi'i, beliau lahir di Gaza pada tahun 150 H dan wafat pada tahun 204 H.
 
Perkataan Imam asy-Syafi'i di atas menunjukan pentingnya surat tersebut, yang seandainya seorang hamba betul-betul mengamalkannya maka dia akan beruntung dalam kehidupannya, ia adalah kunci sukses, ia pun merupakan langkah yang mesti ditempuh untuk menjadi generasi Rabbani. Sebagaimana disebutkan oleh Al-Imam Ibnul Qayyim al-Jauzi dan ayat tersebut sudah cukup menjadi hujjah yang pasti akan Allah minta pertanggung jawabannya nanti di akhirat.
 
Selanjutnya faidah yang ketiga,
 
“Imam al-Bukhari rahimahullah berkata: “Ini bab tentang ilmu sebelum ucapan dan perbuatan. dan dalilnya adalah firman Allah subhanahu wa ta'ala (yang artinya): “Maka ketahuilah bahwa, tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah dan beristigfarlah”, Allah mengawalinya dengan ilmu sebelum ucapan dan pengamalan”.
 
Ikhwah sekalian,
Imam al-Bukhari adalah Muhammad bin Ismail al-Bukhari yang lahir pada tahun 194 H dan wafat pada tahun 256 H, beliau lah penulis kitab al-Jami ash-Shahih, yang lebih dikenal dengan Shahih al-Bukhari, kitabnya ini sebagai kitab paling shahih setelah al-Qur’an.
 
Imam al-Bukhari dalam kalimatnya di atas menegaskan bahwa, ilmu mesti didahulukan sebelum berucap dan beramal, bahkan beliau menjadikan masalah ini sebagai judul bab dalam kitabnya Shahih al-Bukhari. Diantara dalilnya adalah firman Allah subhanahu wa ta'ala:
 
فَٱعۡلَمۡ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا ٱللهُ وَٱسۡتَغۡفِرۡ لِذَنۢبِكَ وَلِلۡمُؤۡمِنِينَ وَٱلۡمُؤۡمِنَٰتِۗ وَٱللهُ يَعۡلَمُ مُتَقَلَّبَكُمۡ وَمَثۡوَىٰكُمۡ ١٩
 
“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal”. (QS. Muhammad [47]: 19).
 
Dalam ayat di atas Allah subhanahu wa ta'ala memerintahkan kita untuk berilmu terlebih dahulu sebelum istigfar, dan istigfar adalah amal. Berarti ilmu dulu sebelum beramal
 
Syaikh Shalih alu Syaikh dalam kitabnya Syarah Tsalatsatul Ushul, beliau berkata: “Jika ilmu itu ada sebelum ucapan dan amal maka dia akan diberkahi walaupun sedikit, adapun jika ucapan dan amal itu ada sebelum ilmu, walaupun besar maka ia tidak akan menjadi jalan keselamatan”.
 
Ikhwah sekalian, inilah materi yang bisa saya sampaikan, mudah-mudahan dipahami dengan baik dan tentunya bermanfaat.
 
Akhukum fillah,
Abu Sumayyah Beni Sarbeni



1.    Siapakah nama asli Imam Asy-Syafi'i ?
    A     Muhammad bin Idris as-Syafi'i
    B.     as-Syafi'i bin Muhammad Idris
    C.     Idris as-Syafi'i bin Muhammad
    D.     Idris bin Muhammad as-Syafi'i
    
Kunci Jawaban : A

2.    Siapakah nama asli Imam Al-Bukhari ?
    A.     al-Bukhari bin Ismail
    B.     al-Bukhari bin Ismail Muhammad
    C.     Ismail bin Muhammad al-Bukhari
    D     Muhammad bin Ismail al-Bukhari
    
Kunci Jawaban : D

3.     Kitab paling shahih setelah Al-Qur`an yang ditulis oleh Imam Al-Bukhari adalah ...
    A.     al-Jami ash-Shahih
    B.     Fathul Baari
    C.     Shahih al-Bukhari
    D     A dan C benar
    
Kunci Jawaban : D

4.     Imam al-Bukhari menegaskan bahwa, ilmu harus didahulukan sebelum berucap dan beramal. Diantara dalil yang beliau bawakan adalah ...
    A     QS. Al-Ashr : 1-3
    B.     QS. Muhammad [47]: 18
    C.     QS. Muhammad [47]: 19
    D.     QS. Muhammad [47]: 20
    
Kunci Jawaban : C

5.     Berikut ini merupakan perkataan Syaikh Shalih Alu Syaikh dalam kitabnya Syarah Tsalatsatul Ushul, yakni ...
    A     Jika ilmu itu ada sebelum ucapan dan amal maka dia akan diberkahi walaupun sedikit
    B.     Jika ucapan dan amal itu ada sebelum ilmu, karena besar maka ia akan menjadi jalan keselamatan
    C.     Ilmu sebelum berucap dan beramal
    D.     Jika ilmu itu ada sebelum ucapan dan amal maka dia tidak akan diberkahi walaupun banyak
    
Kunci Jawaban : A

Tentang Dalil Empat Perkara Yang Disebutkan Penulis (bag.1)

 
                
Tentang Dalil Empat Perkara Yang Disebutkan Penulis (bag.1)


الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين أمَّا بعد
 
Ikhwah sekalian di grup whatsApp Belajar Islam, yang semoga dimuliakan oleh Allah subhanahu wa ta'ala, pada pertemuan sebelumnya sudah saya sampaikan tentang empat perkara penting yang wajib diketahui dan diamalkan, yakni ilmu, amal, dakwah dan sabar, lalu apa dalil empat perkara tersebut ? Jawabannya adalah perkataan penulis berikut ini:
 
والدليل قوله تعالى: بسم الله الرّحمن الرّحيم {وَالْعَصْرِ إِنَّ الأِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِلاَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ}. قال الشافعي رحمه الله تعالى: لو ما أنزل الله حجة على خلقه إلا هذه السورة لكفتهم. وقال البخاري رحمه الله تعالى: باب العلم قبل القول والعمل. والدليل قوله تعالى: {فَاعْلَمْ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ}.فبدأ بالعلم قبل القول والعمل.
 
Dalilnya adalah firman Allah subhanahu wa ta'ala:
“Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, demi masa sesungguhnya manusia ada dalam kerugian kecuali orang-orang yang beriman, beramal shalih, saling berwasiat dengan kebenaran, dan saling berwasiat dengan kesabaran”.
 
Imam asy-Syafii rahimahullah berkata:
“Seandainya Allah tidak menurunkan hujjah kepada mahluk-Nya kecuali surat tersebut, niscaya surat tersebut sudah cukup menjadi hujjah”.
 
Imam al-Bukhari rahimahullah berkata:
“Ini bab tentang ilmu sebelum ucapan dan perbuatan”, dan dalilnya adalah firman Allah subhanahu wa ta'ala (yang artinya): “Maka ketahuilah bahwa, tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah dan beristigfarlah”, Allah mengawalinya dengan ilmu sebelum ucapan dan pengamalan.
----------------------------------------------------------------------------------------------------
 
Ikhwah sekalian penjelasannya adalah sebagai berikut:
Pertama, kalimat: “Dalilnya adalah firman Allah subhanahu wa ta'ala yakni Surat Al-Ashr yang artinya: “Demi masa sesungguhnya manusia ada dalam kerugian kecuali orang-orang yang beriman, beramal shalih, saling berwasiat dengan kebenaran, dan saling berwasiat dengan kesabaran”.
 
Ini adalah firman Allah subhanahu wa ta'ala dalam surat al-Ashr, surat ini menjadi dalil tentang empat perkara yang disampaikan penulis sebelumnya, yakni ilmu, amal, dakwah dan bersabar.
 
Syaikh as-Sa’di rahimahullah berkata:
“Rugi itu beragam dan bertingkat-tingkat, ada orang yang rugi secara mutlak, yakni seperti orang yang rugi dalam kehidupan dunia dan akhirat, tidak mendapatkan nikmat bahkan mendapatkan siksa. Bisa juga kerugian dalam sebagian kehidupannya, oleh karena itulah Allah mengungkapkan secara umum bahwa, kerugian itu berlaku bagi setiap manusia kecuali orang yang disifati dengan empat perkara,
 
Yang pertama adalah : iman kepada apa yang diperintahkan untuk diimani, dan iman tidak akan terwujud kecuali dengan ilmu, karena ia adalah cabang darinya yang tidak akan sempurna kecuali dengan ilmu.
 
Kedua: amal shalih, ini mencakup segala amal kebaikan, yang nampak maupun yang tersembunyi, yang terkait dengan hak Allah maupun hak hamba-Nya, yang wajib maupun yang mustahab yakni sebatas anjuran.
 
Ketiga: saling berwasiat dengan kebaikan, yakni berwasiat dengan iman dan amal shalih.
 
Keempat: saling berwasiat dengan kesabaran di atas ketaatan kepada Allah, sabar dalam meninggalkan maksiat kepada Allah, juga sabar dalam menghadapi takdir Allah yang menyakitkan.
 
Dengan dua perkara yang pertama yaitu ilmu dan amal seorang hamba menyempurnakan dirinya, dan dengan dua perkara yang terakhir yakni dakwah dan sabar, seorang hamba menyempurnakan yang lainnya, lalu dengan menyempurnakan empat perkara tersebut, seorang manusia telah selamat dari kerugian, dan dia mendapatkan keuntungan yang sangat agung”.
 
Jadi inti dari apa yang dijelaskan oleh Syaikh As-Sa'di adalah beliau ingin menjelaskan surat Al-Ashr, bahwa surat Al-Ashr itu meliputi yang pertama Ilmu walaupun dalam ayat disebutkan Iman, tapi intinya adalah ilmu. Mengapa ? Karena tidak mungkin ada iman kecuali dengan ilmu, yang kedua adalah amal, yang ketiga adalah dakwah dan yang keempat adalah bersabar.
 
Ikhwah sekalian ini materi yang bisa saya sampaikan, mudah-mudahan bisa dipahami dengan baik dan bermanfaat.
 
Akhukum fillah,
Abu Sumayyah Beni Sarbeni

1.     Mengapa dalam empat perkara tersebut dikatakan ilmu, walaupun dalam surat Al-Ashr disebutkan iman? karena, ...
    A.     Tidak mungkin ada ilmu kecuali dengan amal
    B.     Tidak mungkin ada ilmu kecuali dengan dakwah
    C.     Tidak mungkin ada ilmu kecuali dengan jihad
    D     Tidak mungkin ada iman kecuali dengan ilmu
    
Kunci Jawaban : D

2.     Dibawah ini adalah perkataan Imam Asy-Syafi'i ...
    A.     Maka ketahuilah bahwa, tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah dan beristigfarlah
    B     Seandainya Allah tidak menurunkan hujjah kepada mahluk-Nya kecuali surat tersebut, niscaya surat tersebut sudah cukup menjadi hujjah
    C.     Demi masa sesungguhnya manusia ada dalam kerugian
    D.     Allah mengawalinya dengan ilmu sebelum ucapan dan pengamalan
    
Kunci Jawaban : B

3.     Berikut ini adalah termasuk perkataan Imam Al-Bukhari ...
    A.     Ini bab tentang ilmu sebelum ucapan dan perbuatan
    B.     Dan dalilnya adalah firman Allah subhanahu wa ta'ala (yang artinya): “Maka ketahuilah bahwa, tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah dan beristigfarlah”
    C.     Allah mengawalinya dengan ilmu sebelum ucapan dan pengamalan
    D     Semua jawaban benar
    
Kunci Jawaban : D

4.     Syaikh As-Sa'di menafsirkan kalimat "amal shalih" yang dimaksud dalam QS. Al-Ashr adalah segala amal kebaikan, yakni ...
    A.     Yang nampak maupun yang tersembunyi
    B.     Yang terkait dengan hak Allah maupun hak hamba-Nya
    C.     Yang wajib maupun yang mustahab
    D.     Semua jawaban benar
    
Kunci Jawaban : D

5.     Syaikh As-Sa'di menafsirkan kalimat "saling berwasiat dengan kesabaran di atas ketaatan kepada Allah" yang dimaksud dalam QS. Al-Ashr adalah ...
    A.     Sabar dalam meninggalkan maksiat kepada Allah
    B.     Sabar dalam menjalankan maksiat kepada Allah
    C.     Sabar dalam menghadapi takdir Allah yang menyakitkan
    D     A dan C benar
    
Kunci Jawaban : D

Tentang Perkara Keempat - Sabar

 Tentang Perkara Keempat - Sabar


بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين أمَّا بعد
 
Ikwah sekalian di grup whatsApp Belajar Islam, yang semoga dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa ta'ala, pada pertemuan sebelumnya sudah saya sampaikan tentang Ilmu, amal dan dakwah, adapun pada kesempatan ini akan saya sampaikan bagian keempat, yakni Sabar.
 
Jadi kewajiban yang keempat setelah ilmu, amal dan dakwah adalah sabar, bersabar dalam semua langkah-langkah di atas, bersabar dalam menuntut ilmu, bersabar dalam mengamalkan ilmu, dan bersabar dalam mendakwahkan ilmu, demikian pula tentunya bersabar dalam melatih diri menjadi orang sabar.
 
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
 
قُلۡ يَٰعِبَادِ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ رَبَّكُمۡۚ لِلَّذِينَ أَحۡسَنُواْ فِي هَٰذِهِ ٱلدُّنۡيَا حَسَنَةٞۗ وَأَرۡضُ ٱللَّهِ وَٰسِعَةٌۗ إِنَّمَا يُوَفَّى ٱلصَّٰبِرُونَ أَجۡرَهُم بِغَيۡرِ حِسَابٖ ١٠
 
“Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu". Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas”. (QS. Az-Zumar [39]: 10).  
 
Jadi pahala orang yang bersabar itu tanpa batas, kemudian ikhwah sekalian...Bersabar yang kita lakukan harus karena Allah Subhanahu wa ta'ala, dan itulah bedanya sabar seorang muslim dengan orang kafir, terkadang orang kafir pun bersabar hanya bedanya orang muslim sabarnya karena Allah, orang kafir sabarnya karena dunia, karena itulah Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman,
 
وَلِرَبِّكَ فَٱصۡبِرۡ  ٧
 
“Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah”. (QS. Al-Muddatsir [74]: 7).
 
Syaikh as-Sa’di rahimahullah berkata:
 
احتسب بصبرك، واقصد به وجه الله تعالى، فامتثل رسول الله صلى الله عليه وسلم لأمر ربه، وبادر إليه، فأنذر الناس، وأوضح لهم بالآيات البينات جميع المطالب الإلهية، وعظم الله تعالى، ودعا الخلق إلى تعظيمه، وطهر أعماله الظاهرة والباطنة من كل سوء، وهجر كل ما يبعد عن الله من الأصنام وأهلها
 
“Maksudnya, berharaplah pahala dari Allah dalam sabar yang kau lakukan, lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun menunaikan perintah Rabbnya dengan segera, Rasul memberikan peringatan kepada manusia, dan menjelaskan kepada mereka seluruh tuntutan Ilahi dengan ayat-ayat yang jelas, Rasulullah pun mengagungkan Allah dan mengajak manusia untuk mengagungkan-Nya, Rasul pun membersihkan seluruh amalnya yang nampak maupun yang tidak dari segala keburukan, demikian pula meninggalkan segala hal yang menjauhkan dirinya dari Allah, yakni berhala dan para penyembahnya”.1  
 
Bersabar kita dalam berilmu, bersabar kita dalam beramal, bersabar kita dalam berdakwah sebagaimana Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pun demikian. Ikhwah sekalian, inilah materi yang bisa saya sampaikan, mudah-mudahan bisa dipahami dengan baik dan tentunya bermanfaat.
 
Akhukum fillah,
Abu Sumayyah Beni Sarbeni
 
__________________________
Footnote:
1Syaikh Abdurrahman as-Sa’di dalam Taisirul Karimir Rahman fi Tafsiri Kalamil Mannan (Muassasah ar-Risalah, cetakan pertama, tahun 200), hal. 895


1.     Kewajiban sabar meliputi hal-hal berikut ini ...
    A     Bersabar dalam menuntut ilmu, mengamalkan ilmu dan mendakwahkannya
    B.     Bersabar dalam menuntut ilmu dan mengamalkannya
    C.     Bersabar dalam menuntut ilmu dan mendakwahkannya
    D.     Bersabar dalam beramal dan berdakwah
    
Kunci Jawaban : A

2.     Apa pahala yang dijanjikan oleh Allah Ta'ala bagi orang-orang yang bersabar ?
    A.     Dibalas 10 kebaikan
    B.     Dibalas 100 kebaikan
    C.     Dibalas 27 kebaikan
    D     Pahala tanpa batas
    
Kunci Jawaban : D

3.     Sebutkan dalil bahwa seorang muslim wajib bersabar dalam menjalankan perintah Allah Subhanahu wa ta'ala !
    A.     قُلۡ يَٰعِبَادِ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ رَبَّكُمۡۚ
    B     وَلِرَبِّكَ فَٱصۡبِرۡ
    C.     لِلَّذِينَ أَحۡسَنُواْ فِي هَٰذِهِ ٱلدُّنۡيَا حَسَنَةٞۗ
    D.     إِنَّمَا يُوَفَّى ٱلصَّٰبِرُونَ أَجۡرَهُم بِغَيۡرِ حِسَابٖ
    
Kunci Jawaban : B

4.     Faidah yang dapat diambil dari tafsir Syaikh As-Sa'di pada pada kalimat وَلِرَبِّكَ فَٱصۡبِرۡ adalah ...
    A     Melatih kesabaran adalah dengan senantiasa bersegera dalam menjalankan perintah Allah Ta'ala dan meninggalkan larangan-Nya
    B.     Kesabaran adalah dengan menahan diri dari berbuat kebaikan terhadap orang muslim yang jahat
    C.     Balasan pahala kesabaran tidak terbatas
    D.     Tidak berbeda antara sabarnya orang muslim dan orang kafir
    
Kunci Jawaban : A

5.     Di bawah ini termasuk contoh perilaku sabar, kecuali ...
    A.     Senantiasa menghadiri majelis ilmu meskipun melewati perjalanan yang panjang
    B     Meninggalkan segala jimat kesyirikan karena akan dipekerjakan di luar negeri
    C.     Silaturahim kepada orang tua walaupun jauh jarak ditempuh
    D.     Berbaik sangka kepada Allah Ta'ala terhadap musibah yang diderita
    
Kunci Jawaban : B

Tentang Perkara Ketiga - Dakwah

 Tentang Perkara Ketiga - Dakwah


بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين أمَّا بعد
 
Ikwah sekalian di grup whatsApp Belajar Islam, yang semoga dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa ta'ala, pada pertemuan sebelumnya sudah saya sampaikan tentang dua kewajiban yakni tentang Ilmu dan amal, adapun pada kesempatan ini akan saya sampaikan bagian ketiga, yakni ad-Dakwah.
 
Ikhwah sekalian,Secara bahasa dakwah itu artinya menyeru, yang dimaksud di sini adalah mengajak manusia ke jalan Allah yang dibangun di atas ilmu, Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
 
ٱدۡعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلۡحِكۡمَةِ وَٱلۡمَوۡعِظَةِ ٱلۡحَسَنَةِۖ وَجَٰدِلۡهُم بِٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعۡلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِۦ وَهُوَ أَعۡلَمُ بِٱلۡمُهۡتَدِينَ ١٢٥
“Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Rabbmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS. An-Nahl [16]: 125)
 
Dalam ayat yang lain, Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
 
قُلۡ هَٰذِهِۦ سَبِيلِيٓ أَدۡعُوٓاْ إِلَى ٱللهِۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا۠ وَمَنِ ٱتَّبَعَنِيۖ وَسُبۡحَٰنَ ٱللهِ وَمَآ أَنَا۠ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ ١٠٨
 
“Katakanlah: "Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik”. (QS. Yusuf [12]: 108)
 
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
 
وَمَنۡ أَحۡسَنُ قَوۡلٌا مِّمَّن دَعَآ إِلَى ٱللهِ وَعَمِلَ صَٰلِحٌا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ ٱلۡمُسۡلِمِينَ ٣٣
 
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?” (QS. Fushshilat [41]: 33).
 
Dakwah paling penting adalah mengajak manusia kepada Tauhid, itulah dakwah para Anbiya dan orang-orang yang mengikuti mereka, Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:
 
وَلَقَدۡ بَعَثۡنَا فِي كُلِّ أُمَّةٖ رَّسُولًا أَنِ ٱعۡبُدُواْ ٱللهَ وَٱجۡتَنِبُواْ ٱلطَّٰغُوتَۖ
 
“Dan sungguh Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”. (QS. An-Nahl [16]: 36).
 
Kemudian objek dakwah yang paling utama adalah keluarga, dalam hal ini Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:
 
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ قُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ وَأَهۡلِيكُمۡ نَارًا
 
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”. (QS. at-Tahrim [66]: 6).
 
Ikhwah sekalian inilah materi yang bisa saya sampaikan pada kesempatan ini, mudah-mudahan apa yang saya sampaikan bermanfaat.
 
Akhukum fillah,
Abu Sumayyah Beni Sarbeni

 

1.     Secara bahasa dakwah adalah ...
    A.     Bepergian
    B.     Membujuk
    C     Menyeru
    D.     Mengakomodir
    
Kunci Jawaban : C

2.     Hendaknya dakwah itu dibangun di atas ?
    A     Ilmu
    B.     Perasaan
    C.     Selera kebanyakan orang
    D.     Semangat
    
Kunci Jawaban : A

3.     Dakwah yang paling penting adalah mengajak manusia ...
    A.     Melaksanakan shalat
    B     Bertauhid
    C.     Membentuk keluarga sakinah
    D.     Berbakti kepada orangtua
    
Kunci Jawaban : B

4.     Objek dakwah yang paling utama adalah ...
    A.     Teman
    B.     Tetangga
    C.     Masyarakat umum
    D     Keluarga
    
Kunci Jawaban : D

5.     يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ قُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ وَأَهۡلِيكُمۡ نَارٗا

Berdasarkan ayat di atas, sebelum mendakwahi keluarga maka yang lebih dahulu untuk memahami dan mengamalkan ilmu adalah ...
    A.     Orang tua
    B     Diri sendiri
    C.     Ustadz
    D.     Teman-teman
    
Kunci Jawaban : B

Tentang Perkara Kedua - Amal

 
                
Tentang Perkara Kedua - Amal


بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين أمَّا بعد
 
Ikhwah sekalian di grup WhatsApp Belajar Islam, yang semoga dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa ta'ala, pada pertemuan sebelumnya sudah saya sampaikan tentang kewajiban pertama yaitu Ilmu, adapun pada kesempatan ini akan saya sampaikan bagian yang kedua, yakni Amal.
 
Ikhwah sekalian,
Kewajiban kedua: mengamalkan ilmu, dan inilah tujuan dari ilmu itu sendiri, yakni untuk diamalkan, sebagimana yang dikatakan oleh sahabat Ibnu Mas'ud Radhiyallahu ta'ala anhu,
 
 تَعَلَّمُوا تَعْلَمُوا , فَإِذَا عَلِمْتُمْ فَاعْمَلُوا
"Belajarlah, belajarlah, jika kalian sudah mengetahui maka amalkanlah". (Atsar Shahih. Diriwayatkan oleh Ibnu Abdil Baar dalam Al-Jaami' (1/705 no.1266))
 
meninggalkan amal ada yang sifatnya kekufuran, ada yang sifatnya kemaksiatan, ada yang sifatnya makruh, bahkan ada juga yang sifatnya mubah.
 
Misalnya ilmu tentang Tauhid, jika tidak diamalkan sehingga seseorang menyekutukan Allah, maka itu mengakibatkan kekufuran. Ilmu tentang wajibnya berbakti kepada orang tua, jika tidak diamalkan maka mengakibatkan kemaksiatan. Kemudian Ilmu tentang tata cara shalat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, jika sunnah-sunnahnya ditinggalkan, maka hukumnya makruh.1
 
Ilmu tentang perkara-perkara mubah yang dilakukan oleh baginda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, misalnya tentang macam makanan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ketika seseorang meninggalkannya maka itu adalah perkara yang mubah.2
 
Orang yang tidak mengamalkan ilmunya padahal dia tahu, maka sifatnya sama dengan orang-orang Yahudi, Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
 
أَتَأۡمُرُونَ ٱلنَّاسَ بِٱلۡبِرِّ وَتَنسَوۡنَ أَنفُسَكُمۡ وَأَنتُمۡ تَتۡلُونَ ٱلۡكِتَٰبَۚ أَفَلَا تَعۡقِلُونَ ٤٤
 
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedang kamu melupakan dirimu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir”. (QS. Al-Baqarah [2]: 44)
 
Ikhwah sekalian demikianlah materi yang bisa saya sampaikan pada kesempatan ini, mudah-mudahan apa yang saya sampaikan bermanfaat.
 
Akhukum fillah,
Abu Sumayyah Beni Sarbeni
 
_______________
Footnote :
1 Lihat syarah Tsalatsatul Utshul, syaikh Shalilh Alu Syaikh, hal: 18
2 Imam al-Juwaini rahimahullah berkata dalam kitabnya al-Waraqat: “Prilaku Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ada yang dilakukan dalam rangka ketaatan dan mendekatkan diri kepada Allah ada juga yang tidak demikian…..jika perbuatannya itu dilakukan bukan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah atau ketaatan, maka hukumnya mubah bagi Nabi dan bagi kita semua. (lihat Syarah al-Waraqat, hal: 156)

 


1.     Konsekuensi yang paling utama setelah seorang muslim memahami ilmu adalah ...
    A.     Mendakwahkan ilmu
    B.     Menyebarkan Ilmu
    C.     Bersabar
    D     Mengamalkan Ilmu
    
Kunci Jawaban : D

2.      تَعَلَّمُوا تَعْلَمُوا, فَإِذَا عَلِمْتُمْ فَاعْمَلُوا

"Belajarlah, belajarlah, jika kalian sudah mengetahui maka amalkanlah."

Kalimat diatas adalah perkataan dari ...
    A     Abdullah Ibnu Abbas
    B.     Abdullah Ibnu Umar
    C.     Abdullah Ibnu Mas'ud
    D.     Abdullah Ibnu Umi Maktum
    
Kunci Jawaban : C

3.     Meninggalkan amal dapat menyebabkan berberapa hal di bawah ini ...
    A.     Kekufuran
    B.     Kemaksiatan
    C.     Makruh
    D     Semua jawaban benar
    
Kunci Jawaban : D

4.     Berikut ini sikap yang benar dari seorang muslim ..
    A.     Beramal kemudian diikuti ilmu
    B     Berilmu kemudian beramal
    C.     Berdakwah kebaikan kemudian berilmu
    D.     Berdakwah mencari pahala walaupun tidak memiliki ilmu
    
Kunci Jawaban : B

5.     Mengetahui ilmu tapi tidak mengamalkanya, hal ini termasuk sifat dari orang-orang ...
    A.     Nashrani
    B     Yahudi
    C.     Kafir
    D.     Musyrikin
    
Kunci Jawaban : B