Selasa, 07 Juni 2022

Tentang Perkara Kedua - Allah Tidak Ridha Dipersekutukan Dengan Apapun

Tentang Perkara Kedua - Allah Tidak Ridha Dipersekutukan Dengan Apapun


بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين أمَّا بعد
 
Ikhwah sekalian di grup whatsapp Belajar Islam, yang semoga dimuliakan oleh Allah subhanahu wa ta'ala, pada pertemuan ini akan saya sampaikan penjelasan Tiga perkara yang wajib dipelajari dan diamalkan, yakni bagian kedua:
 
Penulis rahimahullah berkata:
 
الثانية: أن الله لا يرضى أن يشرك معه أحد في عبادته، لا ملك مقرب ولا نبي مرسل. والدليل قوله تعالى: {وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلا تَدْعُو مَعَ اللَّهِ أَحَداً}
 
Kedua: sungguh Allah subhanahu wa ta'ala tidak ridho disekutukan dengan sesuatu apa pun dalam ibadah kepada-Nya, tidak dengan malaikat yang dekat, tidak pula dengan seorang Nabi yang menjadi Rasul. Dalilnya adalah firman Allah subhanahu wa ta'ala (yang artinya):  “Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah”. (Al-Jin [72]: 18).
 
Pertama, kalimat:
 
“Sungguh Allah subhanahu wa ta'ala tidak ridho disekutukan dengan sesuatu apa pun dalam ibadah kepada-Nya”.
 
Ibadah hanya kepada Allah, inilah tujuan kita diciptakan. Oleh karena itu, dalam masalah kedua ini penulis menyampaikan bahwa, Allah subhanahu wa ta'ala tidak ridha disekutukan dengan apa pun juga, baik dengan malaikat yang dekat maupun dengan seorang Nabi yang menjadi Rasul. dalilnya adalah firman Allah subhanahu wa ta'ala berikut :
 
وَأَنَّ ٱلۡمَسَٰجِدَ لِلهِ فَلَا تَدۡعُواْ مَعَ ٱللهِ أَحَدٗا ١٨
 
“Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kalian menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah”. (Al-Jin [72]: 18)
 
Allah subhanahu wa ta'ala menggunakan kalimat (فَلَا تَدۡعُواْ مَعَ ٱللهِ أَحَدٗا), kata Tad’u makna asalnya adalah “janganlah kalian berdo’a kepada selain Allah”, hanya saja do’a dalam ayat tersebut ada dua macam;
 
Pertama: Do’a dalam arti ibadah-ibadah yang kita lakukan seperti shalat, puasa, zakat dan yang lainnya.
 
Kedua: Do’a Mas’alah, yakni do’a yang biasa kita sebut dengan kata do’a yang artinya meminta, walaupun do’a dalam arti meminta ini pun sejatinya adalah ibadah kita kepada Allah. Jadi simpulnya, ayat tersebut mengandung larangan berbuat syirik kepada Allah subhanahu wa ta'ala.
 
Kedua, Kalimat:
 
“Tidak dengan malaikat yang dekat, tidak pula dengan seorang Nabi yang menjadi Rasul”.
 
Jelasnya, terkadang manusia menduga bahwa, ketika seorang hamba sangat tinggi kedudukannya di sisi Allah subhanahu wa ta'ala, maka ia bisa menjadi wasilah (media) antara manusia dengan Allah subhanahu wa ta'ala seperti orang-orang yang menjadikan wali yang sudah meninggal sebagai wasilah. Nah dalam pernyataannya ini penulis menafikan hal itu, bahkan seandainya yang menjadi media itu adalah Malaikat yang sangat dekat dengan Allah, yakni Malaikat Jibril, demikian pula seorang Nabi yang menjadi Rasul.
 
Perlu diperhatikan dalam hal ini sebuah kaidah bahwa, setiap Rasul adalah Nabi akan tetapi tidak setiap Nabi adalah Rasul, karena itulah penulis menegaskan Nabi yang Rasul pun tidak bisa dijadikan sebagai wasilah antara seorang hamba dengan Allah.
 
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam kitabnya an-Nubuwwat berkata:   
 
“Nabi adalah orang yang diberikan kabar (wahyu) oleh Allah, lalu dia mengabarkannya kepada yang lain. Jika dia diutus kepada kaum yang menyelisihi perintah Allah untuk menyampaikan risalah itu maka dia adalah Rasul, adapun jika dia hanya mengamalkan syariat sebelumnya dan tidak diutus kepada seorang pun untuk menyampaikan risalah maka dia adalah Nabi bukan Rasul”. (An-Nubuwwat 2/ 714)
 
Dalam hal ini Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
 
وَمَآ أَرۡسَلۡنَا مِن قَبۡلِكَ مِن رَّسُولٖ وَلَا نَبِيٍّ إِلَّآ إِذَا تَمَنَّىٰٓ أَلۡقَى ٱلشَّيۡطَٰنُ فِيٓ أُمۡنِيَّتِهِۦ
 
“Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasulpun dan tidak (pula) seorang nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, syaitanpun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu”. (Al-Hajj [22]: 52)
 
Perhatikan kalimat “Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasulpun dan tidak (pula) seorang nabi”, ini adalah kalimat yang menunjukan perbedaan antara Rasul dan Nabi.
 
Jadi kembali kembali kepada permasalahan inti pernyataan penulis bahwasannya, Allah tidak ridho disekutukan dengan sesuatu apa pun bahkan disekutukan dengan seorang malaikat yang dekat atau dengan seorang nabi yang menjadi rasul, apalagi disekutukan dengan yang lainnya. Inilah inti dari perkara kedua yang ingin disampaikan oleh penulis.
 
Mudah-mudahan apa yang saya sampaikan dipahami dengan baik dan tentunya bermanfaat bagi kita semuanya.
 
Akhukum fillah,
Abu Sumayyah Beni Sarbeni


1.     “Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka .............. kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah”
    A.     Hendaknya
    B.     Selayaknya
    C.     Sepantasnya
    D     Janganlah
    
Kunci Jawaban : D

2.     Kalimat (فَلَا تَدۡعُواْ مَعَ ٱللهِ أَحَدٗا), kata Tad’u makna asalnya adalah ...
    A.     Berdo’alah kepada selain Nabi
    B     Janganlah kalian berdo’a kepada selain Allah
    C.     Berdo’alah kepada selain Rasul
    D.     Berdo’alah kepada selain Malaikat
    
Kunci Jawaban : B

3.    Bolehkah menjadikan orang-orang shalih yang sudah mati sebagai wasilah dalam berdoa ...
    A.     Boleh
    B     Tidak boleh
    C.     Sesuai tingkat kesholihannya
    D.     Sesuai keturunan
    
Kunci Jawaban : B

4.     “Nabi adalah orang yang diberikan kabar (wahyu) oleh Allah, lalu dia mengabarkannya kepada yang lain. Jika dia diutus kepada kaum yang menyelisihi perintah Allah untuk menyampaikan risalah itu maka dia adalah Rasul, adapun jika dia hanya mengamalkan syariat sebelumnya dan tidak diutus kepada seorang pun untuk menyampaikan risalah maka dia adalah Nabi bukan Rasul”

Pernyataan siapakah kalimat di atas ?
    A.     Syaikh Muhammad bin abdul Wahhab
    B.     Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah
    C     Syaikh Utsaimin
    D.     Syaikh Albani
    
Kunci Jawaban : B

5.     Di bawah ini adalah kalimat yang menunjukan perbedaan antara Rasul dan Nabi dalam surat al-Hajj ayat 52, yaitu ...
    A.     Syaitanpun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu
    B.     Melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan
    C     Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasulpun dan tidak (pula) seorang nabi
    D.     Semua jawaban salah
    
Kunci Jawaban : C
     

0 komentar:

Posting Komentar