Minggu, 07 Juni 2020

Sebab-sebab Tazkiyatun Nufus (bag.6)

Sebab-sebab Tazkiyatun Nufus (bag.6)



بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه وَمَنْ وَالاَهُ
Ikhwah sekalian di grup whatsApp Belajar Islam yang semoga dimuliakan oleh Allah subhanahu wa ta'ala, kita lanjutkan kajian Tazkiyatun Nufus, kembali pada bahasan tentang sebab-sebab Tazkiyatun Nufus, kali ini adalah sebab yang keenam yaitu menyibukkan diri dengan amalan-amalan paling utama.
Penulis hafidzahullah berkata:
Di antara sebab tazkiyatun nufus adalah menyibukkan diri dengan amalan paling utama, yang tentunya disesuaikan dengan perbedaan keadaan, tempat dan waktu.
Jadi, seorang hamba melakukan ketaatan-ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta'ala sesuai dengan keadaannya diwaktu tersebut.
Jika kesempatan yang paling utama (paling tepat) adalah berdakwah, maka sibukkanlah dengan mendakwahi dan membimbing manusia, jika kesempatan paling utama adalah menuntut ilmu maka sibukkanlah dengannya, jika kesempatan paling tepat adalah membantu orang lain, dan memenuhi hajat mereka maka sibukkanlah dengannya.
Oleh karena itu, ibadah bisa lebih utama sesuai dengan kadar kebutuhan manusia. Terkadang zamannya adalah zaman yang penuh dengan kefakiran, banyak manusia yang fakir, maka infak untuk memenuhi kebutuhan mereka lebih utama daripada ibadah yang manfaatnya untuk diri sendiri. 
Adapun di zaman fitnah misalnya, zaman yang banyak syubhat mempengaruhi manusia maka kesempatan untuk menjelaskan kebenaran dan menghilangkan syubhat adalah sebaik-baik ibadah yang tidak bisa ditandingi oleh apapun.
Jika seseorang itu faham dan memperhatikan kaidah di atas dengan baik bahwa nilai ibadah itu berbanding lurus dengan kebutuhan manusia, maka ia akan menyibukkan diri dengan ibadah yang sesuai dengan keadaan, waktu, juga tempat. 
Adapun jika ia tidak memahami kaidah di atas, maka bisa jadi ia akan sibuk dengan amalan yang tidak lebih utama, lalu ia pun kehilangan banyak keutamaan. Dan para ulama menganggap bahwa, sibuk dalam perkara yang tidak lebih utama dengan meninggalkan perkara yang lebih utama itu termasuk perangkap syaitan.
Hal itu seperti disebutkan oleh Al-Imam Ibnu Qayyim ketika beliau menjelaskan tentang berbagai hambatan dalam bentuk perangkap syaitan. Hambatan untuk beramal, hambatan untuk bertaqwa kepada Allah dalam bentuk perangkap syaitan, beliau mengatakan:
Hambatan yang ke enam adalah hambatan dalam bentuk yang tidak lebih utama (syaitan menyibukkan seseorang dengan amalan yang tidak lebih utama), syaitan menghiasinya dan menjadikannya baik dihadapan orang tersebut, syaitan menampakan kelebihan dan keuntungan dalam amalan tersebut, agar dia sibuk dengan nya, sementara amalan yang jauh lebih utama dia tinggalkan.
Dia sibuk dengan amalan yang tidak lebih kuat, sambil meninggalkan amalan yang jauh lebih kuat, dia sibuk dengan amalan yang tidak terlalu dicintai oleh Allah subhanahu wa ta'ala sementara dia meninggalkan amalan yang sangat dan lebih dicintai oleh Allah subhanahu wa ta'ala, diapun sibuk dengan amalan yang tidak lebih diridhai oleh Allah subhanahu wa ta'ala dengan mengorbankana amalan yang jauh lebih diridhai oleh Allah subhanahu wa ta'ala. 
Demikianlah perkataan Imam Ibnu Qayyim Al-Jauzy dalam kitabnya Madarijus Salikin.
Ikhwah sekalian, tentunya semua ini kembali pada taufiq dari Allah subhanahu wa ta'ala, kemudian berbagai sebab yang dilakuakan oleh seorang hamba seperti doa, tawakal, dan sebab-sebab lainnya. Maksudnya sehingga kita betul-betul bisa melakukan amalan yang lebih utama itu kembali pada taufiq atau pertolongan dari Allah subhanahu wa ta'ala dan tentunya kita membutuhkan ilmu sehingga kita tahu mana amalan yang lebih utama, mana amalan yang lebih dicintai, dan mana amalan yang lebih diridhai oleh Allah subhanahu wa ta'ala.
Ikhwah sekalian, inilah bahasan terakhir dari kitab Tazkiyatun Nafs yang ditulis oleh Asy Syaikh Ibrahim Ar Ruhaily. Beliau di akhir tulisannya mengatakan:
"Inilah sebagian catatan yang ingin saya sampaiakan dalam bab yang sangat luas, sebab tazkiyatun nufus sangatlah luas sebagaimana yang telah kami isyaratkan sebelumnya dengan berharap semoga catatan ini bermanfaat, dan sesuai dengan tujuan, yakni hanya sebatas mengingatkan bab yang sangat luas ini, bukan merincinya secara detail. Tentunya hanya kepada Allah subhanahu wa ta'ala kita memohon agar diberikan taufiq pertolongan untuk mengamalkannya. Hanya pada Allah kita memohon agar Allah memberikan kusucian jiwa dan kemampuan untuk senantiasa taat kepadanya."
Ikhwah sekalian demikian lah materi yang ingin saya sampaikan pada pagi ini, semoga bermanfaat .
Akhukum fillah
Abu Sumayyah Beni Sarbeni

0 komentar:

Posting Komentar