Rabu, 28 Maret 2018

AQIDAH AL-IMAM AL-BUKHARI RAHIMAHULLAH

*AQIDAH AL-IMAM AL-BUKHARI RAHIMAHULLAH*

KEMULIAAN SAHABAT RASULULLAH shallallahu ‘alaihi wasallam
Tidak ada manusia yang lebih mulia dari kalangan ummat ini setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam daripada sahabat-sahabatnya.

Al-Imam Al-Bukhari rahimahullah menjelaskan prinsip mulia diatas.
Beliau berkata :

‎وما رأيتُ فيهم أحدًا يتناول أصحابَ محمد صلى الله عليه وسلم، قالت عائشة: " أمروا أن يستغفروا لهم "، وذلك قوله: {رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ} [الحشر: 10]

“Dan aku tidak melihat seorangpun dari mereka (Ulama islam) menhina sahabat Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.”
Berkata Aisyah radhiyallahu ‘anha : “ dan mereka diperintahkan untuk memintakan ampunan untuk mereka (sahabat)”.

Dikarenakan firman Allah :
“Wahai Rabb kami, berikanlah ampunan untuk kami dan saudara saudara kami yang telah mendahului kami dalam keimanan, dan jangan jadikan didalam hati kami kedengkian kepada orang yang beriman, wahai Rabb kami, sesunggunya engkau Dzat yang maha pengasih dan penyayang. (QS. Al-Hasyr : 10)
Demikian yang dituliskan oleh Al Imam Al-Bukhari rahimahullah.

Penjelasan :
Kemuliaan sahabat Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wasallam adalah hal yang wajib diyakini oleh setiap muslim.

Allah Ta’ala berfirman :

‎لقد رضي الله عن المؤمنين إذ يبايعونك تحت الشجرة فعلم ما في قلوبهم فأنزل السكينة عليهم وأثابهم فتحاً قريباً

“Sungguh Allah telah ridha kepada kaum mukminin ketika mereka membaitmu dibawah pohon, Allah mengetahui apa yang ada dihati mereka dan Allah menurunkan ketenangan atas mereka dan memberikan balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat. (QS. Al-Fath: 18)
Didalam ayat diatas Allah menjelaskan bahwa mereka para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah manusia yang telah Allah ridhai, dan ini adalah sebuah keutamaan.

Dalam Ayat lain Allah berfirman :

‎وَالسَّابِقُونَ الأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأَنصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ

“Dan orang – orang yang pertama dalam keimanan, dari kalangan Muhajirin dan Anshar dan orang yang mengikuti mereka dengan kebaikan, Allah ridha kepada mereka dan mereka ridha kepada Allah.” (QS. At-Taubah: 100)

Tidak ada pilih lain bagi kita melainkan mencintai mereka. Dan tentunya sangat dilarang mencela dan menghinakan mereka.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

‎لا تَسبُّوا أَصحابي؛ فإنَّ أحدَكم لو أنفق مثل أُحُدٍ ذهبًا؛ ما أدرك مُدَّ أحدهم ولا نصيفَه

“Jangan kalian mencela sahabatku, karena sesungguhnya kalian jika berinfaq dengan seperti gunung uhud emas, maka tidak akan melampaui Infaqnya mereka satu genggam atau bahkan setengahnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Didalam Hadist yang lain, Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wasallam mengancam orang yang mencela sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda :

‎من سبَّ أصحابي؛ فعليه لعنةُ الله والملائكةِ والناس أجمعين

“Siapa yang mencela sahabatku maka mereka akan mendapatkan laknat Allah, malaikatnya dan manusia seluruhnya.” (HR. Thabrani dari Abdullah bin Abbas dan disahihkan oleh Syaikh Al-Albany dalam Sahihah : 2340)

Maka menjadi kewajiban kita untuk menjaga lisan agar tidak membicarakan mereka (para sahabat) kecuali dengan kebaikan dan mendoakan mereka dengan rahmat dan ampunan.

Untuk melengkapi penjelasan diatas, akan kami sebutkan beberapa hal yang perlu diketahui oleh kita semua terkait dengan sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

1.DEFINISI SAHABAT RASULULLAH shallallahu ‘alaihi wasallam
Sahabat secara bahasa (etimologi) adalah : teman, kawan dan pendamping. (Lisanul Arab : 1/ 7-9)
Sedangkan secara Istilah syar’i adalah apa yang disebutkan oleh Al-hafidz Ibnu Hajar didalam Al-Ishabah :

‎أن الصحابي من لقي النبي صلى الله عليه وسلم مؤمنًا به، ومات على الإسلام،

Bahwa Sahabat adalah “siapa yang bertemu dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan beriman dengannya, serta mati diatas keislaman.” (Al-Ishabah : 1 / 2-3)

Sebagian ulama menambahkan dari definisi diatas sebuah tambahan :

‎و لو تخللته الردة

Walaupun terselingi dengan Riddah.
Artinya walaupun orang yang bertemu dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam keimanan tersebut pernah Murtad, asalkan dia meninggal dalam keadaan IMAN, maka dia dianggap sahabat.
Dan ini adalah pendapat yang paling kuat.
Dari definisi Al-Hafidz ibnu Hajar diatas, menjelaskann kepada kita bahwa orang yang buta yang bertemu dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam keadaan beriman dengannya, tetap dianggap sahabat walaupun dia tidak melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Adapun yang melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan bertemu dengannya tidak dalam keadaan beriman dengannya, atau yang beriman dizamannya namun tidak bertemu atau melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dia bukan dikategorikan sahabat, namun dinamakan dengan MUHADHRAM.

Wallahu A’lam Bishowab
(Bersambung)

Abu Abdillah Imam
____________________________
BERSAMA MENUJU SYURGA
GROUP KAJIAN ISLAM AL MISK

Untuk Join Group Ikhwan & Akhwat:
WA dn SMS; 082365250000
#LK/PR#NAMA#UMUR#ALAMAT#NOHP
Untuk mendapatkan postingan Faidah Ilmu Agama setiap harinya.

Dan jangan lewatkan ikuti chanel telegram Al-Misk untuk mendapatkan Audio kajian Al Ustadz Imam Abu Abdillah di: http://bit.ly/2bTSPaC

Dan ikuti Akun Media Sosial Al Misk lainnya:

> Instagram: https://www.instagram.com/_almisk_/ (@_almisk_)
> Facebook (FP): https://www.facebook.com/tahfidzulquranalmisk/ (Al Misk)

0 komentar:

Posting Komentar