Rabu, 04 Maret 2020

Roja adalah Ibadah

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين أمَّا بعد

Ikhwah di grup whatsApp Belajar Islam yang semoga dimuliakan oleh Allah subhanahu wa ta'ala, kita lanjutkan kajian kitab Tsalatsatul Ushul, kajian kali ini saya beri judul “Roja (rasa harap) adalah Ibadah”

Penulis rahimahullah berkata:

ودليل الرجاء قوله تعالى: فَمَنْ كَانَ يَرْجُوا لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحاً وَلا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَداً

“Adapun dalil Roja adalah firman Allah subhanahu wa ta'ala: “Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabnya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Rabnya". (QS. Al-Kahfi [18]: 110)

Penjelasan:

Roja adalah ibadah hati, hakikatnya adalah menginginkan sesuatu yang diharapkan

الطمع و الرغبة في الحصول على شيء مرجو

Harapan (roja) ini terbagi menjadi dua:
1. Jika harapan itu untuk sesuatu yang dimiliki oleh orang lain, maka ini adalah roja yang sesuai dengan tabiat, contoh: "Saya berharap anda mendengarkan apa yang saya sampaikan dengan baik". Berarti saya mengharapkan sesuatu yang mungkin anda lakukan. Ini tabiat dan tidak termasuk daripada ibadah.
2. Roja yang termasuk ibadah yaitu ketika seseorang mengharapkan dari orang lain perkara yang tidak dimiliki kecuali oleh Allah. Misalnya seseorang berharap dari yang lain kesembuhan penyakitnya padahal yang menyembuhkan penyakit hanyalah Allah, seperti yang dikatakan oleh Nabi Ibrahim 'alaihis salam :

وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ

“Dan apabila aku sakit. Dialah (Allah) yang menyembuhkanku” (QS. As Syu’araa: 80)

atau seseorang berharap dari kawannya agar kawannya memasukkan dia ke dalam surga, maka ini harapan dari seseorang pada perkara yang tidak dimiliki kecuali oleh Allah. Selanjutnya ikhwah sekalian, penulis membawakan QS. Al-Kahfi [18]: 110, sebagai dalil bahwasannya Roja merupakan bagian daripada ibadah. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

 فَمَن كَانَ يَرۡجُواْ لِقَآءَ رَبِّهِۦ فَلۡيَعۡمَلۡ عَمَلٗا صَٰلِحٗا وَلَا يُشۡرِكۡ بِعِبَادَةِ رَبِّهِۦٓ أَحَدَۢا 

Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabnya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Rabnya”. (QS. Al-Kahfi [18]: 110).

Jadi ayat ini merupakan pujian bagi orang yang berharap ingin berjumpa dengan Allah, karena itulah Allah subhanahu wa ta'ala setelahnya berfirman فَلۡيَعۡمَلۡ عَمَلٗا صَٰلِحٗا وَلَا يُشۡرِكۡ بِعِبَادَةِ رَبِّهِۦٓ أَحَدَۢا  maka hendaknya ia melakukan amal shalih, amal shalih adalah amal yang memenuhi dua syarat (1) Dilakukan secara ikhlash (2) Dilakukan sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

Jadi berharap kepada Allah subhanahu wa ta'ala adalah amalan yang dicintai oleh Allah, maka ia adalah ibadah. Berharap itu bukan sebatas Tamanni (angan-angan), ia adalah keinginan yang disertai dengan amal.

Imam Ibnul Qayyim berkata:
“Pasal, diantara perkara yang mesti diketahui bahwa, orang yang mengharapkan sesuatu, maka harapannya itu harus memenuhi tiga perkara; pertama: Cinta terhadap apa yang ia harapkan, kedua: Khawatir apa yang diharapkannya itu hilang, ketiga: Berusaha untuk mendapatkannya semaksimal mungkin.

Adapun Roja (harapan) yang tidak disertai dengan tiga perkara di atas, maka itu hanyalah Amani (angan-angan), tentunya Roja (berharap) dan Amani (angan-angan) adalah dua perkara yang berbeda, setiap orang yang berharap pasti memiliki rasa takut atau khawatir, dan orang yang berjalan dengan rasa takut niscaya akan mempercepat langkahnya karena khawatir apa yang diharapkannya hilang.

Ikhwah sekalian, demikianlah materi yang bisa saya sampaikan, semoga apa yang saya sampaikan semoga apa yang saya sampaikan dipahami dengan baik dan bermanfaat.

Akhukum fillah,
Abu Sumayyah Beni Sarbeni

0 komentar:

Posting Komentar