Selasa, 13 September 2022

Dalil Rukun Agama Islam dalam Hadits #1

 Dalil Rukun Agama Islam dalam Hadits #1


السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه وَمَنْ وَالاَهُ. أمَّا بعد
 
Saudara sekalian di grup whatsapp Belajar Islam yang semoga dimuliakan oleh Allah rabbul 'alamin, kita lanjutkan kajian kitab Tsalatsatul Ushul, kali ini saya akan membahas atau menjelaskan dalil semua tingkatan Agama di dalam hadits.
 
Sebagaimana kita ketahui tingkatan agama yaitu: 1. Islam, 2. Iman, 3. Ihsan.
 
Sebelumnya sudah dibawakan dalil-dalil di dalam Al-Quran, pada kesempatan ini saya akan menjelaskan dalil di dalam hadits Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.
 
Penulis rahimahullah berkata:
 
وَالدَّلِيلُ مِنَ السُّنَّةِ: حَدِيثُ جِبْرِيلَ الْمَشْهُورُ: عَنْ عُمَرَ بنِ الْخَطَّابِ ـ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ـ قَالَ: بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوسٌ عِنْدَ النَّبِيِّ ـ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ـ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ، شَدِيدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ، شَدِيدُ سَوَادِ الشَّعْرِ، لا يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ، وَلا يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ، فَجَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ ـ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ـ فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ، وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ، وَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِي عَنِ الإِسْلامِ  فَقَالَ: ( أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لا اله إِلا اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ، وَتُقِيمَ الصَّلاةَ، وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ، وَتَصُومَ رَمَضَانَ، وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنْ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيلا). قَالَ: صَدَقْتَ. فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ.
 
"Adapun dalil dalam as-Sunnah adalah hadits Jibril yang masyhur, dari Umar bin Khattab radhiallahu 'anhu, beliau berkata:"
 
"Ketika kami duduk-duduk bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, tiba-tiba seorang lelaki datang dengan bajunya yang sangat putih dan rambutnya yang sangat hitam, tidak nampak darinya bekas perjalanan jauh dan tidak seorang pun dari kami mengenalnya."
 
"Lalu orang itu duduk di hadapan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, dia menempelkan kedua lututnya pada kedua lutut Nabi, dan meletakan kedua telapak tangannya pada kedua pahanya."
 
"Ia berkata: 'Wahai Muhammad, kabarkanlah kepadaku tentang Islam'."
 
"Lalu Nabi menjawab: 'Kamu bersaksi bahwa tidak ada Ilah (sesembahan) yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah dan bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasulullah, kamu mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan menunaikan ibadah haji jika kamu mampu melakukan perjalan (untuknya)'."
 
"Dia berkata: 'Benar apa yang kamu ucapkan'. Kami merasa aneh padanya, dia yang bertanya dia pula yang membenarkannya."
 
Saudara sekalian yang dimuliakan oleh Allah, itu baru sebagian hadits yang akan kita jelaskan. Hadits yang panjang ini bersumber dari shahabat mulia Umar bin Khattab radhiallahu 'anhu, dan dikenal dengan hadits Jibril karena di dalamnya ada malaikat Jibril yang bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam,
 
Dari satu sisi beliau datang sebagai seorang pelajar yang datang kepada baginda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam untuk bertanya tentang urusan agama, dari sisi lain beliau datang sebagai pengajar untuk mengajarkan para Shahabat, karena pertanyaan itu ditujukan agar mereka (para Shahabat) mengambil ilmu dan faidah darinya.
 
Hadits ini pun dikenal dengan sebutan Ummus Sunnah (induknya ajaran yang dibawa oleh baginda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam) sebagaimana di dalam Al-Qur’an pun ada Ummul Qur’an yaitu surat Al-Fatihah sebagai induknya Al-Quran.
 
Hal itu karena hadits ini membawakan induk atau inti ajaran yang dibawa oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, di dalamnya ada penjelasan tentang Akidah yang dibangun di atas rukun Iman yang enam, di dalamnya ada penjelasan tentang Syariat, yang dibangun di atas rukun Islam yang lima, di dalamnya pun dijelaskan di antara perkara-perkara gaib, yakni tentang tanda-tanda kiamat, dan bahwa terjadinya kiamat itu hanya diketahui oleh Allah subhanahu wa ta'ala.
 
Selain itu, di dalamnya ada penjelasan tentang Adab atau etika seorang penuntut ilmu. Ada beberapa kalimat yang akan sedikit kami jelaskan:
 
Pertama, kalimat: “Ketika kami duduk-duduk bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.”
 
Kami disini tentunya para Shahabat dan demikianlah kedekatan mereka dengan baginda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, mereka biasa duduk dengan baginda Nabi untuk mengambil ilmu dan adab, mereka sebaik-baiknya murid untuk sebaik-baiknya guru, mereka adalah orang-orang mulia yang direkomendasikan oleh Allah subhanahu wa ta'ala dan Rasul-Nya agar kita selalu mengikuti mereka.
 
Kedua, kalimat:  “Tiba-tiba seorang lelaki datang dengan bajunya yang sangat putih dan rambutnya yang sangat hitam.”
 
Seorang lelaki ini adalah Malaikat Jibril, yang para Shahabat tidak mengetahuinya, hanya saja orang itu datang dengan penampilan yang sepertinya baru saja keluar dari rumahnya, rambutnya hitam dan bajunya putih tidak kotor.
 
Oleh karena itu Umar melanjutkan ceritanya: “Tidak nampak darinya bekas perjalanan jauh dan tidak seorang pun dari kami mengenalnya”, yakni tidak seorang pun dari kami mengenalnya sebagai penduduk Madinah. Dan Malaikat Jibril pun terkadang datang menjelma seperti seorang Shahabat yang bernama Dihyah al-Kalby.
 
Ketiga, kalimat: “Lalu orang itu duduk di hadapan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, dia menempelkan kedua lututnya pada kedua lutut Nabi, dan meletakan kedua telapak tangannya pada kedua pahanya.”
 
Meletakan kedua telapak tangan Jibril pada kedua paha Jibril, sebagian ulama mengatakan kedua paha malaikat Jibril itu sendiri, dan yang lain mengatakan kedua paha Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.
 
Saudara sekalian, dalam kalimat di atas menjelaskan tentang adab (etika) seorang penuntut ilmu, yakni keseriusan dan kesiapan untuk bertanya dan mendengarkan ilmu yang disampaikan, bahkan dalam kalimat sebelumnya pun seorang penuntut ilmu itu semestinya datang ke majlis dalam sebaik-baiknya keadaan dan penampilan, karena sungguh “orang yang menghormati layak untuk dihormati” sebagaimana pepatah.
 
Keempat, kalimat: “Wahai Muhammad, kabarkanlah kepadaku tentang Islam.”
 
Kata “Kabarkanlah”, ini menunjukan bahwa baginda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam hanya mengabarkan apa yang Allah wahyukan kepada dirinya, baginda hanya menyampaikan, karena tugas beliau adalah hanya menyampaikan syariat yang diwahyukan dari Allah subhanahu wa ta'ala.
 
Bahkan dalam sebagian hadits diungkapkan: “Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda tentang apa yang diriwayatkannya dari Rabnya”.
 
Lihat kalimat "tentang apa yang diriwayatkannya dari Rabnya”, jadi semata-mata hanya dikabarkan dari Allah subhanahu wa ta'ala.
 
Kemudian Nabi pun mengabarkan tentang rukun Islam yang lima, ia adalah Islam dalam arti amalan-amalan yang nampak.
 
Kelima, kalimat: “Benar apa yang kamu ucapkan.”
 
Jibril berkata: “Benar apa yang kamu ucapkan”. Dia sendiri yang bertanya dan dia sendiri yang membenarkan. Kalimat tersebut dirasakan aneh oleh para Shahabat ridhwanullah 'alaihim ajmain.
 
Bagaimana bisa demikian?, Hal itu karena malaikat Jibril datang sebagai pelajar dan pengajar, dan metode tanya jawab adalah diantara salah satu metode dalam pengajaran, yang memudahkan para pelajar dan menjadikan lebih kuat untuk diingat.
 
Jadi, kalimat Jibril yang bertanya pada Nabi itu dalam posisi malaikat Jibril sebagai pelajar, malaikat Jibril yang membenarkan apa yang disampaikan oleh Rasulullah itu posisi malaikat Jibril sebagai pengajar para Shahabar Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.
 
Saudara sekalian yang dimuliakan oleh Allah rabbul 'alamin, demikianlah materi yang bisa saya sampaikan semoga bermanfaat.
 
Akhukum fillah
Abu Sumayyah Beni Sarbeni

0 komentar:

Posting Komentar