Selasa, 13 September 2022

Rukun Ihsan

 Rukun Ihsan


السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه وَمَنْ وَالاَهُ. أمَّا بعد
 
Saudara sekalian yang dimuliakan Allah subhanahu wa ta'ala, kita lanjutkan kajian kitab Tsalatsatul Ushul, bahasan kali ini tentang Rukun Ihsan.
 
Saudara sekalian, Ihsan diambil dari kata Ahsana artinya melakukan sesuatu dengan baik, dalam hal ini Ihsan terbagi menjadi tiga:
 
Pertama, Seorang hamba melakukan hubungan antara dia dengan Allah secara baik, hubungan dia dengan Allah adalah Ubudiyyah (penghambaan diri), yang dilakukan secara ikhlas dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
 
Kedua, Ihsan (berbuat baik) antara dia dengan mahluk, yakni dengan memenuhi hak-hak mereka.
 
Ketiga, Ihsan dalam pekerjaannya, berbuat baik dalam setiap pekerjaannya. Yakni melakukan pekerjaan secara profesional atau itqan.
 
Adapun yang dimaksud dalam bahasan kita ini adalah Ihsannya (berbuat baiknya) seorang hamba dalam ibadah, oleh karena itu rukun Ihsan sebagaimana disebutkan oleh penulis dengan mengutip sebuah hadits:  
 
أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِن لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ
 
“Kamu beribadah kepada Allah seolah-olah kamu melihat-Nya, jika kamu tidak bisa melihat-Nya maka sungguh Allah melihatmu.”
 
Jadi, Rukun Ihsan hanya ada satu, sebagaimana yang disabdakan oleh Rasul ini.
 
Hadits di atas menunjukan pula bahwa ihsan itu memiliki dua tingkatan:
 
1. Musyadahah, yakni kamu beribadah kepada Allah seolah-olah kamu melihat-Nya. Inilah tingkatan Ihsan paling tinggi.
 
2. Muroqobah, bahwa kita merasa senantiasa di awasi oleh Allah subhanahu wa ta'ala.
 
Kesimpulannya, Rukun Ihsan hanya satu yakni:
 
“Kamu beribadah kepada Allah seolah-olah kamu melihat-Nya, jika kamu tidak bisa melihat-Nya maka sungguh Allah melihatmu.”
 
Semoga apa yang saya sampaikan bisa dipahami dengan baik dan bermanfaat.

Akhukum fillah
Abu Sumayyah Beni Sarbeni



0 komentar:

Posting Komentar