Senin, 27 Januari 2020

Tazkiyatun Nufus Adalah Taufiq dari Allah (bag.1)


بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين أمَّا بعد

Ikhwah sekalian di Grup whatsApp Belajar Islam yang semoga dimuliakan oleh Allah subhanahu wa ta'ala. Kita lanjutkan kajian Tazkiyatun Nufus, kali ini saya akan sampaikan satu masalah, yakni bahwa Tazkiyatun Nufus Adalah Taufik dari Allah subhanahu wa ta'ala

Jadi, Tazkiyatun Nufus merupakan pertolongan dari Allah subhanahu wa ta'ala. Penulis mengatakan: ini masalah lain yang mesti dipahami dengan baik, yakni: Apakah Tazkiyatun Nufus termasuk ke dalam perbuatan Allah subhanahu wa ta'ala atau perbuatan hamba ?

Para Ulama berbeda pendapat tentang firman Allah subhanahu wa ta'ala dalam QS. Asy-Syams: 9,

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا

"Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa"

Dalam kalimat Aflaha (أَفْلَحَ), Apakah Allah yang mensucikan jiwa seorang hamba ataukah hamba itu sendiri yang mensucikan dirinya ?
Dalam hal ini ada 2 pendapat ulama. Adapun Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menguatkan bahwa yang dimaksud dari ayat tersebut, seorang hamba mensucikan dirinya sendiri, yakni dengan melakukan ketaatan kepada Allah. Ayat ini semakna dengan firman Allah dalam QS. Al-A'la :14, Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّىٰ

"Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri"

Membersihkan diri dengan keimanan. Jadi Attazkiyah (pensucian jiwa) itu dilakukan seorang hamba dengan melakukan ketaatan kepada Allah. Hanya saja jangan lupa bahwa pensucian hamba atas dirinya sendiri adalah taufiq (pertolongan) dari Allah subhanahu wa ta'ala.

Karena itulah Allah subhanahu wa ta'ala berfirman dalam ayat yang lain, yaitu dalam QS. An-Nuur : 21

وَلَوْلَا فَضْلُ اللهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ مَا زَكَىٰ مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ أَبَدًا وَلَٰكِنَّ اللهَ يُزَكِّي مَنْ يَشَاءُ ۗ وَاللهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

"Jika bukan karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu sekalian. Niscaya tidak ada seorang pun dari kalian bersih dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar selama-lamanya. Tapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui"

Maka tidak diragukan lagi bahwa seorang hamba memiliki peran dalam mensucikan dirinya sendiri, akan tetapi hal itu tidak berdiri sendiri. Ia hanya akan terjadi dengan taufiq (pertolongan) dari Allah subhanahu wa ta'ala. Seandainya tidak ada karunia dan kasih sayang-Nya, niscaya tidak seorang pun dari hamba-Nya yang mampu mensucikan jiwa.

Masalah ini menyadarkan kita akan satu masalah besar, yakni bahwa manusia sangat membutuhkan Allah dalam setiap hembusan nafasnya. Karena itulah diantara do'a yang diajarkan dalam hadits yang shahih adalah do'a berikut ini:

اللَّهُمَّ آتِ نَفْسِي تَقْوَاهَا، وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا

"Ya Allah berikanlah ketaqwaan dalam diriku dan bersihkanlah, karena Engkau adalah sebaik-baik yang mensucikan" (HR. Muslim)

Jadi kesimpulannya,
1. Manusia memiliki peran dalam mensucikan jiwanya, yakni dengan melakukan segala ketaatan kepada Allah
2. Tapi jangan dilupakan, bahwa kemampuan seorang hamba untuk mensucikan dirinya itu merupakan taufiq (pertolongan) dari Allah subhanahu wa ta'ala.

Ikhwah sekalian, inilah materi yang bisa saya sampaikan. Mudah-mudahan dipahami dengan baik dan bermanfaat.

Akhukum fillah,
Abu Sumayyah Beni Sarbeni

0 komentar:

Posting Komentar