Senin, 27 Januari 2020

Tazkiyatun Nufus Adalah Taufiq dari Allah (bag.2)

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين أمَّا بعد

Ikhwan sekalian di grup whatsApp Belajar Islam yang semoga dimuliakan oleh Allah subhanahu wa ta'ala, kita lanjutkan kajian Tazkiyatun Nufus, kali ini saya akan melanjutkan bahasan tentang “Tazkiyatun Nufus itu adalah Taufik dari Allah subhanahu wa ta'ala” yang merupakan pertolongan dari Allah subhanahu wa ta'ala.

Pada bahasan sebelumnya sudah kita bisa menarik sebuah kesimpulan bahwa,
(1) Hamba itu sendiri yang mensucikan dirinya dengan ketaatan.
(2) Hanya saja itu merupakan Taufik (pertolongan) dari Allah subhanahu wa ta'ala, maka kita seorang hamba sangat membutuhkan Allah subhanahu wa ta'ala dalam hal ini, tentunya bahkan dalam segala kebutuhan kita.

Ikhwah sekalian, selanjutnya penulis mengatakan:
Maka seorang hamba membutuhkan Allah, agar Allah memberikan kemampuan sehingga dia bisa mensucikan jiwanya, membantunya untuk melakukan ketaatan. Sebaliknya, tidak sepantasnya bagi seorang hamba bersandar kepada kemampuan dirinya dalam Tazkiyatun Nufus ini, karena itulah seorang muadzin mengucapkan Hayya 'alash shalah, ketika seorang muadzin mengatakan Hayya 'alal falah maka yang kita ucapkan adalah La Haula Wala Quwwata Illa Billah (tidak ada daya dan upaya kecuali dari Allah subhanahu wa ta'ala).

Ikhwah sekalian, ini adalah perkara besar yang karena buruknya pemahaman, ahli bid’ah seperti kaum Qadariyyah itu menyimpang, yakni mereka yang mengatakan bahwa, seorang hamba mampu melakukan perbuatannya sendiri (baca: tanpa pertolongan dari Allah), dan seseorang itu mensucikan dirinya sendiri dengan daya dan upayanya sendiri, bahkan mereka meyakini bahwa Allah subhanahu wa ta'ala tidak memiliki peran dalam keshalihan dirinya.

Tentunya ini merupakan kebatilan, karena seseorang hamba itu bisa istiqamah dengan Taufik dari Allah subhanahu wa ta'ala, Allah yang memberikan untuknya pertolongan dan rahmat sehingga dia bisa melakukan beragam ketaatan, Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

وَلَٰكِنَّ ٱللهَ حَبَّبَ إِلَيۡكُمُ ٱلۡإِيمَٰنَ وَزَيَّنَهُۥ فِي قُلُوبِكُمۡ

“Tetapi Allah menjadikan kamu "cinta" kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu”. (Al-Hujurat [49]: 7).

Ikhwah sekalian, Allah subhanahu wa ta'ala yang pertama kali memberikan kepada kita hidayah Irsyad (hidayah dalam bentuk ilmu), yakni dengan diutusnya seorang Rasul, kemudian Allah subhanahu wa ta'ala memberikan kepada kita hidayah Taufik (pertolongan) sehingga kita mencintai ketaatan dan membernci kemaksiatan.

Selanjutnya penulis mengatakan, Taufik ini pun ada sebabnya dari seorang hamba, hal itu sebagaimana difirmankan oleh Allah subhanahu wa ta'ala:

فَأَمَّا مَنۡ أَعۡطَىٰ وَٱتَّقَىٰ  ٥ وَصَدَّقَ بِٱلۡحُسۡنَىٰ  ٦ فَسَنُيَسِّرُهُۥ لِلۡيُسۡرَىٰ  ٧ وَأَمَّا مَنۢ بَخِلَ وَٱسۡتَغۡنَىٰ  ٨ وَكَذَّبَ بِٱلۡحُسۡنَىٰ  ٩ فَسَنُيَسِّرُهُۥ لِلۡعُسۡرَىٰ  ١٠

“Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar”. (Al-Lail [92]: 5-10).

Maka jika seorang hamba mengharap kepada Allah dan menunaikan perintah Allah, ia pun membenarkan segala pahala yang telah disiapkan untuk orang-orang yang taat, tentunya Allah subhanahu wa ta'ala memberikan untuknya Hidayah dan Taufik, sebaliknya adapun jika dia berpaling dan lalai, maka hal itu menjadi sebab Taufik itu tidak datang. 

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah dalam kitabnya Madarijus Saalikin, beliau berkata: “Orang-orang yang mengenal Allah subhanahu wa ta'ala telah sepakat bahwa, kerugian adalah ketika Allah subhanahu wa ta'ala menyerahkanmu kepada dirimu sendiri dan membiarkanmu bersamanya, adapun Taufik adalah ketika Allah subhanahu wa ta'ala tidak menyerahkanmu kepada dirimu sendiri. (Madarijus Salikin (1/ 180), dan lihat kitab Syifaul Alil (1/ 261))

Ketika Allah subhanahu wa ta'ala menyerahkan seseorang kepada dirinya sendiri berarti dia merasa cukup dengan dirinya sendiri dan ini adalah takabur (kesombongan), karena sejatinya kita tidak akan pernah bisa berdiri sendiri, kita pasti membutuhkan Allah rabbul 'alamin.

Maka disini Imam Ibnul Qayyim mengatakan kerugian/ketertipuan adalah ketika Allah subhanahu wa ta'ala menyerahkanmu kepada dirimu sendiri maksudnya orang itu sudah merasa tidak membutuhkan Allah, adapun Taufik (pertolongan) Allah adalah ketika Allah subhanahu wa ta'ala tidak menyerahkanmu kepada dirimu sendiri.

Kemudian penulis rahimahullah berkata, Ini saya sampaikan agar kita sadar -betul-betul sadar- bahwa asas atau dasar Tazkiyatun Nufus merupakan Taufik (pertolongan) dari Allah subhanahu wa ta'ala. Walaupun tazkiyatun Nufus itu sendiri kita yang melakukannya tapi asasnya (dasarnya) adalah pertolongan dari Allah subhanahu wa ta'ala. maka teruslah kita berdoa kepada Allah agar Allah subhanahu wa ta'ala senantiasa memberikan pertolongan kepada kita sehingga kita mampu untuk melakukan Tazkiyatun Nufus, mensucikan jiwa dan mensucikan hati kita.

Ikhwah sekalian, inilah materi yang bisa saya sampaikan. Mudah-mudahan apa yang saya sampaikan ini dipahami dengan baik dan tentunya bermanfaat.

Akhukum fillah,
Abu Sumayyah Beni Sarbeni

0 komentar:

Posting Komentar